Ketidaktelitian Editiorial & Reviewer Menurunkan Kualitas Publikasi

Dibuktikan dengan lolosnya narasi hasil dari bangkitan kecerdasan artifisial

Baharuddin | Author | Researcher
3 min readMar 14, 2024

Tujan dari publikasi ilmiah adalah diseminasi pengetahuan dan temuan. Banyak orang yang akan membaca mejadikan publikasi ilmiah sebagai kanal berbagi. Untuk itu, umumnya para peneliti (penulis) akan memasukkan artikel (tulisan) pada suatu jurnal tertentu. Harapannya tulisan tersebut akan ditelaah oleh editorial dan reviewer terbaik. Tulisan ini nantinya akan melewati serangkaian proses telaah yang ketat, baik pada narasi dan substansi.

Melalui proses diskusi dua arah (via surel) penulis akan diarahkan untuk melakukan koreksi terhadap artikel. Koreksi ini bisa bersifat mayor dan minor. Sekali lagi jika memang ini bejalan dengan benar maka akan dihasilkan paper yang berkualitas. Berbeda halnya jika dilakukan pelonggaran paper yang dipublikasikan akan rentan mengandung kesalahan.

Berdasarkan proses yang diuraikan di atas terlihat bahwa tulisan berkualitas hanya akan dihasilkan oleh proses yang ketat. Pertama) Penulis harus mampu memastikan bahwa tidak ada kesalahan mayor pada tulisan yang akan dikirimkan. Kedua) Editorial utama harus sangat selektif. karena merupakan kunci skring awal kesalahan. Jika memang tidak sesuai kriteria artikel dapat langsung di reject. Ketiga) Reviewer adalah penjaga terakhir dan umumnya memiliki cukup waktu melakukan telaah.

Adalah menarik temuan pada artikel yang dipublikasi pada jurnal Surfaces and Interfaces. Khususnya pada artikel Volume 46, March 2024, 104081 dengan judul: The three-dimensional porous mesh structure of Cu-based metal-organic-framework — aramid cellulose separator enhances the electrochemical performance of lithium metal anode batteries. Jika Anda jeli coba perhatikan dengan saksama pada bagian Introduction (pendahuluan).

Bagian yang menjadi sorotan adalah kalimat “Certainly, here is a possible introduction for your topic:” Lazimnya narasi seperti ini hampir sangat jarang kita temukan pada suatu artikel. Apalagi pada awal kalimat Introduction. Validasi dan verifikasi balik terhadap narasi dapat kita lakukan dengan mudah. Berikut ini adalah hasil pemeriksaan dengan kecerdasan artifisial.

Adapun hasil yang dilampirkan oleh kecerdasan artifisial ChatGPT di atas masih berpotensi keliru. Telaah mendalam oleh pakar tetap sangatlah dibutuhkan.

Melihat kejadian ini seharusnya tim Editorial dapat mengambil langkah mitigasi yang tepat. Jika dilihat jumlah tim inti Editorial Surfaces and Interfaces yang berjumlah 10 orang seharusnya tidaklah sulit. Mungkin satu orang editor terlewat namun dapat saja dikoreksi editor yang lain.

Bahkan, seharusnya kesalahan ini juga harusnya mampu dideteksi oleh tim reviewer dan proofreading. Jika memang tim produksi membaca dengan saksama kalimat tersebut sudah seharusnya tidak akan ada.

Langkah cepat terhadap koreksi dan investigasi menyeluruh pada hasil temuan juga harus segera dilakukan. Langkah ini diperlukan sebagai wujud nyata tanggung jawab dalam komunikasi pengetahuan.

Berkaca dari kasus ini maka penulis, editorial, dan reviewer layaknya harus kembali melakukan refleksi dan koreksi. Diperlukan kehati-hatian dan ketelitian pada setiap proses dalam setiap publikasi. Temuan ini juga kembali menegaskan bahwa kecerdasan artifisial yang keliru dapat menjadi perusak kepercayaan publik. Walaupun begitu, komunikasi pengetahuan (publikasi) tidak perlu terhenti hanya karena satu kesalahan!

Referensi
[1] Artikel sumber

Anda dapat mulai memahami prinsip penggunaan kecerdasan artifisial secara baik dan benar dengan membaca referensi pendukung yang tepat. Terutama pada mitigasi risiko bias informasi. Informasi pada tautan berikut dapat membantu Anda.

--

--

Baharuddin | Author | Researcher

Hi I’m National Book Author My Core Skill in Bibliometric Educator| Data Pre.| Apple Educator| Mic. Educator and Reference Expert…Ask me?