Dalam malam yang sunyi, aku menginginkanmu sekali lagi,
Seperti rembulan merindukan cahaya matahari di siang hari.
Rasa getir dalam hatiku bagai metafora yang kusut,
Kau adalah metafora yang tak pernah lekang oleh waktu.
Seperti simile yang membandingkan bunga dan senyummu,
Aku ingin melihat kembali senyumanmu yang indah.
Bagaikan perumpamaan yang menggambarkan cinta,
Rinduku padamu tak terhingga, bagaikan bahasa yang kaya.
Dalam puisi ini, kau adalah anakronisme yang berkilau,
Kembali salam ingatanku, tak terlupakan dan abadi.
Seperti alegori dalam mimpi-mimpi yang terjaga,
Aku merindukanmu, begitu besar dan tak terbatas lagi.
Sekali lagi, aku mencoba untuk merangkai kata-kata,
Dalam majas yang indah, untuk menyampaikan kerinduanku.
Kau adalah pengulangan yang selalu ku inginkan,
Seperti perumpamaan dalam puisi ini, aku merindukanmu sekali lagi.