Lampu Jalan Untuk Setiap Langkah

concuconcu
2 min readJul 9, 2022

--

Lampu Jalan

Di bawah lampu jalan yang senantiasa remang-remang ketika fajar, ada yang mengais, ada yang meringis, ada yang berjalan, ada yang berlari, ada yang berhenti sejenak, dan ada yang tak pernah lewat lagi.

Lampu jalan akan selalu disitu, entah ketika cahayanya bekerja maksimal atau ketika perlu diganti bohlam. Lampu jalan tetap disitu. Menyaksikan sebuah kota tertidur, mati, atau bising. Dia saksi. Untuk setiap jiwa pengejar waktu, berlomba dengan cahaya matahari. Atau mereka-mereka, pejalan kaki pembenci segala bentuk kompetisi. Orang-orang penikmat perjalanan tanpa ingin menambah banyak beban pikiran.

Tapi, tak semua orang akan selalu lewat di bawah lampu jalan remang-remang itu. Tidak selalu seseorang akan senantiasa, tanpa absen, lewat di bawah lampu jalan itu. Terkadang kejenuhan suka singgah. Jadi, mau tak mau, pemilik rumah harus menyambut jenuh itu, menyuguhinya dengan baik. Rute perjalanan baru misalnya.

Harusnya, kita menaruh sedikit simpati kepada lampu jalan. Dia banyak kehilangan, sering diabaikan, meski telah melewati beragam pergantian musim. Lampu jalan seringnya ada di titik yang sama. Tak ada perasaan yang dapat ia sampaikan.

Tak terhitung pasti berapa badai telah ia saksikan, berapa rintik hujan mengepung diri telanjangnya, diri penuh kepasrahan. Tak tercatat berapa lembar kertas di tempel di sekujur dirinya. Membuatnya terlihat usang, hari ke hari. Dan tak ada yang tahu, berapa kali ia hendak memasrahkan cahayanya. Tak ada yang benar-benar menaruh perhatian.

Lampu jalan tetap disitu. Hingga ucapan selamat tinggal terasa seperti ucapan purba.

Like a streetlight, at the end of a lonely day,

standing vacantly,

in the middle of the lonely night,

I try my best to smile brightly

-Streetlight by Changbin SKZ-

Ona T.

Great Streetlight

--

--

concuconcu

Cerita Ona T. merupakan ruang bagiku untuk berbagi tulisan-tulisan kecil, ada juga yang panjang. Tentang kehidupan yang hingar bingar juga sunyi ini.