Study Date(?)

berriesparklees
2 min readAug 17, 2023

--

Cuaca yang cerah tapi sedikit dingin ini membuat Aneira malas untuk bertemu siapa-siapa. Rencananya saat sampai rumah, Aneira ingin langsung mandi dan berdandan sedikit lalu langsung berangkat. Tapi karena adanya kejadian tadi, Aneira jadi sangat malas untuk beranjak dari tempat tidurnya. Tapi, karena sudah janji mau tidak mau Aneira tetap berangkat. Walaupun badmood, sedikit.

Tidak tahu kenapa setelah melihat Jaden bersama perempuan yang tidak ia kenali tadi siang, pikiran Aneira jadi kemana-mana. Sepanjang jalan pulang pun ia bergelut dengan pikiran diri sendiri. Ia sangat amat bingung dengan perasaannya saat ini. Harusnya ia bersikap biasa saja, kan? karena Jaden dan dia juga hanya berteman, tidak lebih. Tapi kenapa rasanya sangat panas saat tadi melihat Jaden dengan perempuan lain? bukankah seharusnya tidak apa-apa?

Apakah ini pertanda bahwa Aneira sudah menaruh hatinya kepada Jaden? Apakah itu artinya ia suka kepada Jaden? bukankah ini terlalu cepat untuk seseorang menaruh perasaan lebih kepada orang lain yang abru ia temui akhir-akhir ini?

Setelah sampai, Aneira sudah bisa melihat Jaden yang duduk di meja paling ujung, segera Aneira menuju ke arah Jaden dan ikut duduk bersama pria itu.

“Udah lama ya nunggunya? maaf ya.”

“Gapapa, ra santai aja. Mau pesen apa? it’s on me.”

“Eh engga ah.”

“Satu aja pilih gapapa.”

Matcha latte nya aja satu deh.”

“Oke. Tunggu sini aja ya.”

Netra Aneira mengikuti punggung lelaki yang sedang menuju kasir. Dipandangnya lelaki itu sambil sesekali tersenyum.

Padahal sebelum kesini ia kesal setengah mati karena melihatnya bersama perempuan lain. Tapi saat sudah bersamanya perilakunya tidak menunjukkan bahwa ia kesal.

“Here’s your matcha latte, ma’am.”

“Hahaha, thank you! besok-besok gue yang traktir ya!”

“Oh you expect to do this constantly ya?”

“HAH APASIH ENGGA?!”

“Santai aja kali Ra.”

“Yaudah belajar deh ayo.”

“Gue gak tau jujur gunanya kita disini apa. Padahal matkul yang kita pelajarin aja beda.”

“Gapapa, suasana baru. Sumpek gak sih di kamar terus?”

“Iya sih. Gak salah.”

“Yaudah belajar sana.”

Setelah mendengar kalimat itu, Aneira langsung mengeluarkan ipadnya. Ia catat hal-hal penting disitu, sembari ia hias agar terlihat menarik saat dibaca nanti.

Netra Jaden tidak berpaling dari wanita didepannya. Wajahnya lucu saat ia sedang serius, pikirnya.

Selang beberapa jam, Aneira menyelesaikan catatannya dan jam menunjukkan pukul delapan lewat lima belas menit, itu berarti saatnya ia segera pulang untuk menghindari ocehan dari mamanya.

“Den, udah selesai?”

“Sebentar lagi, kenapa Ra?”

“Itu.. gue pulang duluan gapapa? takut dicariin nyokap gue.”

“Eh? gapapa Ra. Gue anter aja sini. Gue bisa lanjutin di kos kok.”

“Serius?”

“Duarius, Ra.”

“Gue beresin laptop gue bentar ya.” lanjutnya

Malam itu ada malam dimana Aneira mulai membuka pintunya untuk Jaden. Walaupun masih sedikit yang terbuka, at least Jaden bisa membukanya, tidak seperti pria lainnya yang tidak berhasil.

--

--