Easy they come, easy they go.

C. Lovy
2 min readMar 4, 2024

--

Langit menggelap, sinar mentari terik yang mulanya menyinari hari kini tenggelam menyelamatkan diri dari dinginnya malam.

Ini yang Geana benci dari malam, tidak ada satupun yang bisa di genggam untuk membantunya kembali kepada kebahagiaan tak berujung yang t’lah hilang lamanya dari hidup Geana.

Banyak yang datang — lalu banyak pula yang pergi. Kemana semua janji untuk bersama selamanya? Bohong. Palsu. Bualan belaka.

Bulan pasti tertawa karena Geana tenggelam dalam lautan gelap nan kelam dari bagian sisi kehidupannya. Tidak ada yang sama sekali membantunya untuk sekedar keluar dari lautan itu, miris.

Geana sontak ikut tertawa bersama bulan, menertawakan kehidupan yang sangat egois menurutnya.

Mengapa? Hei, orang-orang disana. Diluar sana! Mereka bahagia, mereka dapat tersenyum dengan lebar tanpa memikirkan bagaimana hidup mereka besok.

Lalu, Geana? Gadis itu bahkan takut untuk sekedar berbahagia. Ia terlalu takut untuk mengambil banyak tertawa, karena ia yakin. Itu semua hanya sementara.

Tertawa itu, akan berganti menjadi nangis luar biasa jika dia merasakan kesepian tak berujung di malam hari.

Sendiri, sunyi bersama bulan yang senantiasa menemani.

Maka, di malam itu. Geana mengambil langkah berani untuk pertama kalinya. Ia beranjak meninggalkan bulan yang sendari tadi belum menyelesaikan tawa diatas kehidupannya yang kelam ini.

Geana, gadis itu menutup matanya. Berharap pagi segera datang.

Berharap bahwa ia bisa naik ke atas permukaan laut untuk mencapai daratan dan berlari menjauhinya. ‘Tuk menemukan kebahagiaannya.

Geana. Terus berusaha, lari lah sampai jauh. Lari lah, sampai kamu lupa caranya untuk menangis.

Sampai dimana, ketika kebahagiaan itu yang menghampiri sendiri tanpa harus dikejar lagi.

--

--