Cukai rokok selalu naik, untuk berhenti pun aku tak berhak

Bibo Bani
3 min readMar 24, 2022

Pada akhir abad 19, H. Djamhari mencampur tembakau asli dengan cengkeh yang dikeringkan. Lalu saat dihisap terdengar bunyi kretek — kretek. Dari situlah ia disebut sebagai penemu rokok kretek di Indonesia. Pada tahun 1870 rokok Kudus mulai berkembang. Rokok kretek kemudian mulai menyebar ke pulau Jawa dengan adanya kabar bahwa merokok dapat menyembuhkan penyakit paru — paru seperti sesak nafas. Hingga sekarang merokok sudah seperti gaya hidup.

Bagi sebagian besar masyarakat Indonesia, merokok sudah menjadi sebuah kebiasaan dikala sedang berkumpul dengan kawan, hidangan penutup setelah makan hingga menemani melamun di malam hari. Karena rokok tidak memandang golongan, mulai dari muda dan tua ataupun kaya dan miskin. Tidak tanggung — tanggung, jumlah konsumsi rokok pada tahun 2020 di Indonesia sebanyak 322 milyar batang rokok (Sumber Keuangan — Direktorat Jenderal Bea dan Cukai 14 Desember 2021). Tidak heran kalau orang terkaya di indonesia merupakan pemilik perusahaan rokok. Sekedar informasi, jumlah penerimaan pajak rokok ke negara sebesar Rp 111,12 T hingga akhir Agustus 2021.

Hingga saat ini, harga cukai rokok selalu naik dan harga satu bungkus rokok menjadi kian mahal. Kenaikan harga rokok ini menjadi sebuah perhatian pemerintah untuk melindungi masyarakat dari penyakit yang ditimbulkan oleh rokok. Menurut Menteri Keuangan Sri Mulyani, rokok adalah produk berbahaya yang harus dijauhkan dari masyarakat. Sehingga dilakukan kenaikan harga rokok dengan tujuan harga makin tidak terjangkau.

Tetapi pemerintah Indonesia mungkin lupa, karena masyarakat Indonesia memiliki banyak akal untuk menyiasati hal tersebut. Masyarakat yang dirasa sudah tidak mampu membeli rokok bungkusan terpaksa banting setir dengan cara melinting tembakau, dengan harga yang murah lebih murah masyarakat masih tetap bisa merokok dengan caranya sendiri. Semenjak cukai naik, popularitas melinting kini kian digemari oleh anak muda. Tembakau yang dijual pun sudah memiliki beragam rasa, dari rasa buah hingga rasa minuman. Minuman yang dimaksud disini bukan sekedar minuman, melainkan minuman keras. Seperti tembakau rasa wine, vodka, bourbon, whisky dan masih banyak lagi. Walaupun tembakau tersebut memiliki rasa minuman keras, perlu diingat tembakau tersebut tidak mengandung alkohol.

Tren melinting yang awalnya hanya dilakukan oleh orang tua atau disebut “kolot” (bahasa sunda) sudah tidak berlaku lagi. Tren ini sudah menyasar ke anak muda, terlihat dari kemasan tembakau yang eye cathing dan rasa tembakau yang beragam membuat kaum muda tidak malu lagi ketika melinting.

Tidak sedikit juga yang bilang kalau merokok itu dapat memberikan inspirasi dan membuat rileks, benarkah demikian?

Dr. dr. Agus Dwi Susanto, Sp. P(K) sebagai Ketua Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), rokok disebut-sebut dapat meningkatkan imajinasi didasari oleh kandungan nikotin

Menurutnya nikotin pada rokok dapat merangsang neutransmitter yaitu pembawa sinyal pada sel saraf otak. Itu sebabnya ketika orang merokok, otak mendapat stimulan yang bisa meningkatkan daya pikir sehingga membuat para perokok menjadi lebih konsentrasi/ fokus dalam suatu hal yang dikerjakannya. Perlu diingat bahwa rokok juga tidak hanya dapat membantu berpikir, tetapi rokok juga dapat memberikan penyakit pernafasan/ paru terhadap konsumennya.

Saya coba menerapkan teori tersebut, merokok sambil menulis artikel ini supaya mendapatkan inspirasi dalam menulis. Alhasil saya meyelesaikan tulisan ini, walaupun masih belum sempurna. Setidaknya saya menyelesaikannya hehe. Dan pertanyaannya adalah apakah benar rokok yang saya hisap membantu saya dalam menulis ini? atau memang hanya sugesti saja. Entahlah..

Sedikit saya mau cerita. Pernah suatu ketika saya ditanya oleh teman saya yang bukan perokok, ia menanyakan pengeluaran saya untuk membeli rokok. Setelah saya beri tahu ia lalu menyimpulkan, jika saya berhenti merokok selama 3 tahun, saya dapat membeli motor dengan cara tunai. Lalu saya tanya balik kepada dia yang tidak merokok “kamu dah bisa beli motor belum?”. Sontak teman saya hanya tersenyum. Dari situ dapat saya simpulkan, ternyata merokok atau tidak merokok tidak dapat menentukan nasib kita dalam membeli motor. Ia pun bertanya lagi kepada saya “emang apa sih enaknya merokok?” saya hanya bisa jawab “merokok memiliki kenikmatan tersendiri yang tidak dapat dirasakan oleh yang bukan perokok”

--

--