Logical Fallacy?

Sebuah pengantar singkat tentang kekeliruan logika dalam proses berpikir kritis

Bryan Sullivan Aliwarga
4 min readNov 30, 2019

Terkadang dalam beradu argumen pendapat kita diresponi dengan respon yang tidak valid. Mungkin respon tersebut tidak sesuai konteks yang sedang dibicarakan, atau dengan sengaja membelokan arah pembicaraan. Bisa dibilang subjek yang kita hadapi memiliki logical fallacy, cara berpikir yang salah atau sesat. Akibat dari salahnya cara berpikir dapat menimbukan respon yang salah dan tidak sesuai harapan.

Kesalahan logika ini acap kali kita temukan di dalam kehidupan sosial. Dampak dari adanya kesalahan berpikir dapat mengakibatkan tidak tercapainya konsensus saat bertukar pikiran. Oleh karena itu, kita perlu mengidentifikasi kesalahan berpikir yang ada sehingga dapat meminimalisir terjadi kesalahpahaman.

Aristoteles, dalam naskahnya De Sophisticis Elenchis, menyebutkan ada 13 kesalahan berpikir. Walau dalam perkembagannya terdapat banyak sekali logical fallacies yang dapat diidentifikasi, sebagian besar diantaranya merupakan pengembangan dari tema yang diangkat Aristoteles. Ketigabelas kesalahan berpikir yang ditulis yakni:

  1. Equivocation
  2. Amphibology
  3. Composition
  4. Division
  5. Accent
  6. Figure of speech or form of expression
  7. Accident
  8. Secundum quid
  9. Irrelevant conclusion
  10. Begging the question
  11. False cause
  12. Affirming the consequent
  13. Fallacy of many questions

Fallacy 1–6 berhubungan dengan bahasa (in dictione), sementara 7–13 diluar bahasa (extra dictionem). Sekarang yang kita bahas adalah no 1–5 dan 7–11

1. Equivocation

Equivocation adalah kesalahan berpikir yang didasarkan kepada ambiguitas bahasa yang digunakan. Dalam kasus ini, sebuah kata yang bermakna ganda (equivocal) dijadikan bahan argumen. Sebagai contoh:

All banks are beside rivers.
Therefore, the financial institution where I deposit my money is beside a river.

Dalam kasus ini, kata bank bermakna ganda, yakni tepian sungai dan sebuah institusi finansial. JIka artian yang digunakan adalah tepian sungai, maka dasar pemikiran yang digunakan benar, namun argumentasinya salah. Sebaliknya jika artian yang digunakan adalah institusi finansial, maka argumentasinya mungkin benar, namun dasar pemikiran awal tetap salah, menjadikan keseluruhan pernyataan tersebut tidak valid.

2. Amphiboly

Amphiboly merupakan suatu fallacy yang argumentasinya tersusun dari beberapa kata atau frasa yang memiliki beberapa intrepetasi. Hal ini biasanya disebakan oleh ambiguitas karena susunan tatabahasanya. Seperti contohnya dalam film Animal Crackers:

One morning I shot an elephant in my pajamas

Dalam kasus ini terdapat dua kemungkinan: sang penembak yang memakai piyama atau gajah yang memakai piyama. Hal ini disebabkan ketidakjelasan tatabahasa. Namun kalimat selanjutnya dalam film tersebut adalah:

How he got into my pajamas I’ll never know

dimana dijelaskan bahwa sang gajahlah yang memakai piyama. Kasus yang lebih serius terdapat dalam amandemen kelima konstitusi AS, dimana ketidakjelasan membuat sepenggal kalimat menjadi multitafsir.

3. Composition

Pada dasarnya fallacy ini mengasumsikan jika fakta umum keseluruhan menjadi fakta bagian yang didalamnya. Pada dasarnya, suatu fakta khusus dijadikan fakta umum. Contoh kasusnya adalah:

Semua mahasiswa Teknik Informatika pintar dalam hal programming. Maka semua hal programming dapat dilakukan oleh mahasiswa Teknik Informatika

Pada kenyataan keahlian programming memerlukan spesialisasi, sehingga tidak semua mahasiswa yang menguasai kemampuan web programming dapat pula menguasai machine programming.

4. Division

Tipe fallacy ini merupakan kebalikan dari tipe fallacy sebelumnya. Dalam kasus ini, sifat umum keseluruhan bagian dijadikan sifat khusus suatu bagian. Sebagaimana dalam contoh:

Alam semesta berumur 15 milyar tahun. Alam semesta terbentuk dari molekul. Maka semua molekul dalam alam semesta berumur 15 milyar tahun

Namun tidak semua molekul dalam alam semesta berumur 15 milliyar tahun. Oleh karena itu pernyataan ini tidak valid.

5. Accent

Fallacy ini sangat bergantung kepada penekanan dan pelafalan kata. Dalam sejarah Yunani modern, terdapat tiga aksen yang digunakan untuk pelafalan, tetapi pada zaman Yunani kuno aksen terseut bukan merupakan bagian dari bahasa baku, melainkan hanya dapat ditafsirkan oleh sang pembaca bergantung dengan cara ia membacakan teks tersebut. Tipe fallacy ini mungkin kurang lazim di masa modern, namun terkadang muncul jika subjek kurang fasih dalam pemahaman suatu bahasa

6. Accident

Arti kata accident disini bukanlah kecelakaan, melainkan “a dicto simpliciter ad dictum secundum quid” yang berarti (merupakan) kurang sebuah nama dan (merupakan) lebih sebuah deskripsi. Fallacy ini memang yang paling susah diintrepetasikan karena kurang kejelasan dan banyaknya misintrepitasi. Salah satu contohnya sangat mirip dengan fallacy Composition atau Division, dengan perbedaannya terletak pada pengunaan nama, bukan objek. Contohnya adalah:

Birds normally can fly.
Tweety the Penguin is a bird.
Therefore, Tweety can fly.

7. Secundum quid

Secundum quid et simpliciter, artinya apa yang benar dalam hal tertentu dan pasti benar, adalah tipe fallacy yang mengenalisir suatu keadaan berdasarkan beberapa contoh, sementara mengabaikan contoh-contoh lainnya, seperti:

Let me tell you: all great composers die young. Take Mendelssohn: he was 38. Or Mozart, just 35. And Schubert! Hundreds of songs, and he was only 31.

Pernyataan tersebut mengabaikan Bach, Beethoven, Brahms, dll. yang juga dianggap komposer hebat.

8. Irrelevant conclusion

Ignoratio elenchi atau melewatkan intinya adalah tipe fallacy yang biasa digunakan dalam berargumen. Biasanya respon tidak berkaitan dengan topik awal, sehingga tidak ada titik temu. Contohnya adalah:

A: Does the law allow me to do that?

B: The law should allow you to do that because this and that.

Pada kenyataanya, subjek A menanyakan legalitas dari tindakannya (dimana jawabannya ya atau tidak), sementara jawaban B mengaraha kepada hak untuk melakukan suatu tindakan.

9. Begging the question

Fallacy tipe ini mengasumsikan suatu pernyataan benar karena sedang dibuktikan dengan menawarkan sebuah pertanyaan yang mengasumsikan pernytaaan tersebut benar. Contohnya adalah:

A: Anda Yakin Anda adalah pekerja berprestasi di kantor ini ?
B: Ya! Karena beberapa karyawan mengatakan begitu. Bagaimana membuktikannya? Gampang, Tanya saja mereka semua.

Dalam kasus ini B sangat yakin dengan pernyataan A sehingga ia menawarkan A untuk menanyakan pertanyaan sebagai pembuktian

10. False Cause

Terlihat jelas dari judulnya, fallacy tipe ini diawali dengan kesalahan dalam mengidentifikasi penyebab suatu akibat. Contohnya dapat digambarkan seperti:

Every time I go to sleep, the sun goes down. Therefore, my going to sleep causes the sun to set

Dalam kasus ini kedua hal bisa saja bersinggungan, tetapi tidak ada hubungan jelas antara keduanya. Fallacy tipe ini memiliki variasi seperti Texas sharpshooter, Jumping into conclucions, dst.

--

--