UI/UX Case Study : Krealogi By Du Anyam

Daffa Btara
4 min readNov 29, 2022

--

Latar Belakang

UMKM adalah usaha yang dimiliki perorangan atau badan usaha. UMKM diklasifikasikan menjadi beberapa kriteria berdasarkan omset, yaitu Usaha Mikro, Usaha Kecil, dan Usaha Menengah. Sebuah usaha yang baik tidak terlepas dari pembukuan yang baik. Untuk membuat sistem pembukuan yang baik, pelaku UMKM tidak jarang kesulitan, dan terkadang kerepotan dalam membuat pembukuan keuangan. Terkadang pelaku UMKM mengabaikan hal ini. Namun, seiring perkembangan teknologi dan dunia digital, beberapa aplikasi bantuan telah dibuat untuk memfasilitasi pembukuan UMKM, salah satunya adalah Krealogi.

Krealogi merupakan sebuah bagian dari revolusi digital untuk UMKM Indonesia. Aplikasi Krealogi dibuat dengan tampilan yang ramah pengguna, sehigga dapat digunakan oleh pelaku usaha dari berbagai kalangan. Fitur yang dibuat juga bertujuan untuk membantu permasalahan yang dihadapi pelaku usaha. Selain itu, Krealogi juga merupakan sebuah wadah untuk mengembangkan kemampuan dan keterampilan pelaku UMKM.

Objektif

  • Menyediakan fitur catatan keuangan untuk membantu pengguna dalam melacak pendapatan dan pengeluaran mereka.
  • Menyediakan fitur yang menunjukkan kinerja keuangan bisnis mereka berdasarkan catatan keuangan dan catatan penjualan.

Peran Dalam Tim

Dalam proses pengerjaan proyek ini saya berkolaborasi dengan 4 teman saya yaitu Alam, Mubin, Fahimmal, Nida

Dalam tim ini tanggung jawab kami adalah

  • Riset aplikasi Krealogi
  • Mendiskusikan fitur yang akan ditambahkan
  • Membuat Userflow
  • Membuat Wireframe
  • Membuat design High-Fidelity
  • Membuat Prototype
  • Membuat Research Script dan Brief
  • Melakukan Usability Testing

Design Proses

Pada Case Study ini kelompok saya menggunakan Design Thinking sebagai pendekatan pada Design Process yang kami lakukan, karena dengan proses ini dapat memecahkan masalah yang awalnya tidak diketahui.

Proses ini menciptakan ide — ide baru pada saat brainstroming dan dapat langsung membuat desain awal dan melakukan uji coba.

Empathize

Kelompok kami melakukan riset dan menemukan masalah dan Pain Point seperti dibawah ini:

Define

How Might We adalah salah satu cara mengetahui Pain Point atau masalah yang akan di pecahkan. Kelompok saya menggunakan FigmaJam untuk bekerja sama mengumpulkan ide — ide kesulitan yang mungkin dialami oleh pengguna.

Ideate

Pada tahap ini, kami melakukan brainstorming ide solusi berdasarkan “How Might We” yang telah dipilih sebelumnya. Ide solusi yang diperoleh kemudian disusun menurut prioritasnya berdasarkan nilai dan upaya pengguna.

Wireframing

Prototyping

Testing

Untuk tahap terakhir, kami melakukan “user research” untuk mengevaluasi prototipe yang saya buat. Saya melakukan wawancara dan uji kegunaan dengan responden yang sesuai dengan kriteria pengguna yang ditargetkan. Dengan wawancara, saya berhasil mendapatkan banyak wawasan dari responden. Saya juga mengajukan pertanyaan terbuka sehingga mereka dapat mengekspresikan pikiran mereka.

Ketika saya melakukan pengujian kegunaan, responden diminta untuk menjelajahi prototipe saya. Responden menunjukkan kekhawatiran atau kebingungan mereka saat melakukan tugas dan memberi tahu saya saran mereka setelah menjalankan prototype. Kemudian, kami membuat beberapa perbaikan pada prototipe saya sesuai dengan umpan balik.

Penutup

Pada Case Study ini, saya belajar banyak hal yang sangat yang sangat berharga. Saya jadi dapat memahami tentang arus kas bisnis. Selain itu, saya juga belajar bahwa memahami dan mendapatkan wawasan tentang masalah pengguna membutuhkan lebih banyak usaha. Saya telah menemukan bahwa sebagian besar pengguna mungkin tidak dapat dengan cepat memahami masalah sebenarnya dari wawancara mendalam yang saya lakukan. Jadi kita perlu secara aktif memberi mereka lebih banyak solusi sampel.

--

--