Uneed
3 min readDec 7, 2022
Tugas Surya

Tugas Surya ~

Biru sedang duduk dilantai dengan setumpuk tugas sekolah dan laptop yang ada dihadapannya sedangkan Surya sibuk bermain game dan menghisap sebatang rokok.

“Kak ini tugasnya dikumpul kapan?” Tanya Biru masih sibuk menulis sesuatu yang ia lihat di laptop.

“Besok" jawab singkat Surya.

Biru hanya mengangguk, ia tak akan sesak lagi ada cara ampuh yang ia lakukan memakai masker untuk meminimalisir asap rokok yang ia hirup.

“Gw laper lo masak mie gih" perintah Surya yang langsung di angguki oleh Biru.

Biru bangun dan langsung menuju dapur membuatkan mie untuk Surya.

**

“Kak …” Biru meletakkan mangkuk yang berisi mie kuah dihadapan Surya.

Surya langsung menarik mangkuk itu lebih dekat dengannya, “Punya lo mana?” Tanya Surya melihat Biru hanya membawa satu mangkuk.

Biru menggeleng, “Biru udah makan tadi sisa kakak" balas Biru kembali duduk mengerjakan tugas Surya.

Surya hanya mengangguk kecil sambil mulai meracik mie kuahnya.

Hening di ruangan itu terdengar jelas hanya ada suara detik jam. Biru yang fokus mengerjakan tugas dan Surya yang sibuk bermain game.

Beberapa kali Biru menguap dan terus mengucek-ngucek matanya yang sudah benar-benar berat .

“Lo udah ngantuk?” Tanya Surya

Biru menggeleng, “Belum kok kak" balas Biru berbohong, padahal ia benar-benar sudah mengantuk bahkan matanya beberapa kali lolos terpejam.

Surya bangkit dari duduknya, “Kerjain cepat, gw udah ngantuk" ucapnya sebelum meninggalkan Biru sendirian di ruang tv.

Biru hanya melihat punggung Surya samar-samar menghilangkan masuk ke dalam kamarnya, mengelus perutnya. “Ayo sayang sedikit lagi kok" ucap pada baby dalam perutnya.

Lagi-lagi Biru tidur diatas jam 2 malam, hal ini hampir setiap hari ia jalani selama hampir 2 bulan belakangan ini, kehamilannya sudah masuk bulan ke 4.

Sampai hari ini tak pernah terdengar kabar Bunda mencari atau sekedar berta basa basi tentangnya pada Win.

Biru sudah menyerah ia mulai belajar terbiasa dengan perlakuan Surya, karena hanya Surya satu-satunya yang bisa jadi tumpuhan untuknya dan calon anaknya.

Tak banyak yang ia inginkan hanya ingin tetap di ijinkan tinggal dirumah itu.

Karena jujur dia tak tau akan tinggal dimana lagi, Win memang mau menampungnya tapi orang tua Win mereka tak akan menerima Biru, apalagi Biru yang hamil tanpa tau siapa ayahnya.

Biru menutup buku terakhir yang ia kerjakan. “Akhirnya selesai" ucap Biru dengan gembira menarik nafas legah sambil terus mengusap perutnya yang sudah mulai membuncit.

“Mari kita tidur sayang, besok harus menyiapkan sarapan Deddy.” sambung Biru yang perlahan berdiri.

Biru melenggang ke kamar, ranya benar-benar lelah ingin langsung membaringkan tubuh rapuh itu.

Pinggang nya yang sanagt sakit terlalu lama duduk belum lagi harus membawa si baby dalam perutnya. Wah semua terlihat sangat sulit bagi Biru, tapi mari untuk tetap kuat demi hari esok.

Semua ia kerjakan sendiri, dan sejauh ini hanya Surya yang ia punya yang bisa ia harapkan menjadi tempat berteduhnya.

Semua orang berfikir Biru telah tiada bak ditelan bumi, semenjak kehamilannya diketahui semua orang Biru tak lagi pernah menampakkan diri pada orang-orang yang mengenalnya kecuali Surya dan Win. Tak banyak yang berfikiran kalau Biru bunuh diri karena frustasi.

Biru mulai menata hidup ditengah-tengah hubungan toxic nya dengan Surya, ia yang di anggap hanya sebagai pemuas nafsu dan babu gratis Surya.

Tak masalah selagi ada tempat tinggal, dan ia bisa makan itu tak jadi masalah. Biru tak ingin jika anaknya mengalami apa yang ia rasakan, tidak memiliki ayah bahkan tak tau siapa ayahnya sebenarnya.

Biru masih ingt kata-kata Bundanya saat akan mengusir nya dari rumah

“Jika anak tanpa ayah yang jelas itu pasti akan membawa masalah, dan kamu membuktikan itu pada saya"

Ucap wanita yang di panggil Biru bunda.

Sejak itu Biru hidup sendiri ia tak memiliki apapun dan siapapun lagi, dia berusaha sekedar hidup untuk calon anaknya tak tau sampai kapan semua ini harus ia jalani. Bukan salahnya jika keadaan ini menimpanya.