Ruang tamu

abunotgray
4 min readJun 3, 2023

--

Hening. Tiga manusia yang ada didalam satu ruangan itu sama sekali tidak membuka suara, hanya ada suara yang memenuhi isi kepala mereka masing-masing.

Shani, diam sambil menatap nanar foto enam orang yang sedang tersenyum bahagia kala itu, ingatannya langsung terbang menuju beberapa bulan lalu tepat dimana foto itu diambil.

Ada rasa sesak yang shani rasakan setiap melihat foto yang terpajang di ruang tamu rumahnya, sejak satu bulan yang lalu suasana di rumah ini selalu membuatnya tidak nyaman, itulah alasan kenapa sekarang dia lebih suka tinggal di apartemen.

Zee, duduk diam tapi matanya sering mencuri pandang pada shani yang duduk bersandar pada sofa, beberapa kali dia tertangkap basah oleh shani yang membuat dia menjadi gelagapan sendiri.

Kepalanya sibuk memutar berbagai kenangan bersama shani, secara bersamaan juga mengingat alasan kenapa shani bisa bersikap seperti ini. Senyum getir menghiasai wajah zee untuk mengusir rasa sesak yang hinggap di dadanya. Dia membuang pandangan menghindari sosok yang menjadi alasan dia merasa sesak.

Christy, diam menunduk tanpa berani mengangkat pandangan sedikitpun, sekalipun dia benar-benar merindukan wajah seseorang yang sudah jarang dia lihat sebulan ini.

Untaian kata maaf dan rindu menguasai kepala christy, ingin sekali dia mengeluarkan kata yang terus menerus hinggap di kepalanya untuk menghilangkan beban yang dia rasa. Tapi christy memilih meredamnya untuk kesekian kali, dia hanya memberanikan diri menatap sosok didepannya yang sedang memejamkan mata, berharap dengan itu beban yang dia rasa berkurang kadarnya.

Shani berdiri dari duduknya, berjalan tertatih karna rasa pusing yang semakin mendera kepalanya.

“aku bantu ci,” Zee berniat untuk membantu shani yang kesusahan berjalan.

Tangan Zee meraih tangan kiri shani untuk dia pegang, tapi Shani langsung menepisnya.

Zee tidak masalah, dia kembali mecoba untuk memegang tangan Shani dengan lebih lembut.

“jangan pegang!” sentak Shani yang kembali menepis tangan Zee.

“aku cuman mau bantuin cici ke kamar, kepala cici pusingkan?” kekeh Zee yang masih ingin membantu Shani.

Shani memejamkan matanya dengan tangan yang mengepal erat merasakan gejolak emosi yang meningkat.

“gue bisa sendiri,” ketus Shani dengan tatapan sinisnya.

Zee tetap tidak menyerah, dia ingin memegang tangan Shani kembali tapi Shani berhasil menjauhkan tangannya lebih cepat.

“kalau dibilangin nurut bisa gak?!” nada bicara Shani rendah dan dalam, membuat Zee dan Christy mematung takut.

Christy menahan tangan Zee yang ingin meraih tangan shani lagi, “udah zoy.”

“aku cuma mau bantuin ci Shani,” entah keberanian dari mana yang Zee dapatkan hingga dia berani menentang Shani.

Christy menggeleng tidak setuju, dia takut, dia takut dengan tatapan dingin Shani, dia takut dengan intonasi bicara Shani, dia takut Shani semakin marah dan semakin membenci dia.

“udah zoy,” gumam Christy dengan air mata yang memenuhi pelupuk matanya.

“tapi…” Christy tetap menggeleng melarang Zee untuk membantu Shani.

Dia hanya bisa diam memandang shani yang kesusahan berjalan. Tapi itu tidak bertahan lama setelah dia melihat shani yang tidak bisa menahan keseimbangan tubuhnya.

Zee dan Christy reflek memegang kedua lengan Shani untuk menahan tubuh itu agar tidak terjatuh.

“LEPAS!” Shani memberontak untuk melepaskan dua tangan yang mengapit lengannya.

Tapi nyatanya kedua tangan itu masih kuat memegang lengannya, tenaganya sama sekali tidak membuat kedua orang itu kewalahan.

“GUE BILANG LEPAS!” bentak Shani, tubuhnya semakin keras memberontak hingga kedua tangan yang memegang lengannya itu terlepas.

Alhasil tubuh Shani terjatuh ke lantai dengan keras, kondisi tubuh dia yang lemas dengan kepala yang berdenyut membuat shani tidak bisa menahan berat tubuhnya.

“ci shani.”

Tiga orang itu menoleh ke sumber suara, disana ada Gracia yang baru saja datang dan melihat kejadian itu.

Senyum sinis menghiasi wajah Shani yang berantakan, “kamu liat kan, ge?”

“KAMU LIHAT KELAKUAN MEREKA KAYA GIMANA? KELAKUAN ORANG YANG SELAMA INI KAMU BELA MATI-MATIAN?!? KELAKUAN KEDUA ADIK KESAYANGAN KAMU? LIAT GE! KAMU LIAT APA YANG MEREKA LAKUIN TADI?!”

Gracia memejamkan matanya mendengar suara Shani yang memenuhi ruang tamu, teriakan itu berhasil membawa rasa sesak memenuhi rongga dada Gracia, jantungnya berdetak cepat dan terasa nyeri secara bersamaan, tubuhnya bergetar merespon ketakutan yang kembali menguasai dirinya.

“engga ci, kita gak kayak gitu, enggak.”

Suara lirih itu berhasil menyadarkan Gracia, dia membuka mata dan melihat kedua adiknya sedang menatap kosong ke arahnya.

Gracia berjalan ke arah mereka, menekan rasa sakit dan takut yang masih bersarang dalam dirinya. Dia mengulurkan tangannya untuk membantu Shani berdiri tapi tidak dihiraukan.

“kamu liat kan, ge?” tanya Shani, dia menatap nyalang ke mata Gracia yang berdiri diatasnya.

“ayo ci, kita ke kamar,” Gracia masih mengulurkan tangannya dengan harapan shani akan menerimanya.

“kenapa, ge? kenapa kamu gak jawab pertanyaan aku? kamu liat kan? aku tau kamu gak buta untuk ngeliat kejadian tadi.”

Tatapan Shani beralih pada Zee dan Christy yang berdiri diam di depannya, dia menatap sinis ke mereka berdua.

“iya, aku liat. sekarang kita ke kamar dulu,” Gracia menunduk untuk meraih lengan shani, dia berusaha mengangkat tubuh yang lebih besar darinya untuk berdiri.

Shani menolak, dia mengesampingkan tubuhnya hingga tangan gracia terlepas dari lengannya, “kamu masih mau ngebela mereka?”

Gracia diam, tidak berniat membalas perkataan Shani dan kembali meraih lengan shani.

“jawab, Gracia!” Shani menekan ucapannya, dia tidak suka diabaikan.

“kita ke kamar dulu, nanti aku jawab.” bujuk Gracia.

“aku mau kamu jawab sekarang!” tolak Shani sengit, dia ingin Gracia menjawab pertanyaan sekarang.

“ci shani…”

“kenapa? kamu masih tetap ngebela mereka kan?”

“kamu mabuk.”

“aku gak mabuk, jadi jawab pertanyaan aku!”

“…”

“jawab, gre!”

“…”

“AKU BILANG JAWAB GRACIA! KAMU MASIH NGEBELA MEREKA KAN? KAMU─ARGHHH.”

Shani mengeram saat pusing yang dia rasakan membuat kepalanya menjadi terasa berat, dan telinganya berdengung hebat.

©abunotgray

--

--