Asta Kosala Kosali, Sebuah Konsep Tata Ruang Warisan Budaya Bali

Bunga Widrayani
5 min readMar 12, 2024

--

Asta Kosala Kosali merupakan bagian dari konsep keagamaan dalam tata bangunan atau arsitektur Rumah Adat Bali.

Asta Kosala Kosali menjadi tuntunan dalam membangun berdasarkan Tri Hita Karana

Asta Kosala Kosali adalah konsep arsitektur tradisional Bali yang mengatur tata cara penataan lahan untuk bangunan suci dan tempat tinggal. Penataan bangunan dalam konsep Asta Kosala Kosali dibuat berdasarkan anatomi tubuh manusia dimana pemilik rumah dan pekarangan menjadi acuan utama. Aturan dalam Asta Kosala Kosali mecakup tata letak dan bentuk-bentuk tempat pemujaan serta bangunan rumah, termasuk bentuk Pelinggih, ukuran panjang, lebar, dan tinggi. Asta Kosala Kosali merupakan bagian dari konsep keagamaan dalam tata bangunan atau arsitektur Rumah Adat Bali. Konsep ini menjadi tuntunan dalam membangun berdasarkan Tri Hita Karana.

Tri Hita Karana adalah konsep kehidupan Bali yang mengedepankan keseimbangan. dimana konsep tersebut mencakup prinsip-prinsip kehidupan yang seimbang dan harmonis yaitu hubungan manusia dengan alam atau palemahan, hubungan manusia dengan manusia atau pawongan, dan hubungan manusia dengan Tuhan atau Parahyangan.

Dalam Asta Kosala Kosali, tata letak dan bentuk bangunan berdasarkan pada prinsip-prinsip kehidupan yang seimbang dan harmonis. Penempatan bangunan rumah dan tempat pemujaan mengikuti aturan yang menghormati hubungan antara manusia dengan alam dan Tuhan bertujuan untuk menjaga keseimbangan dan harmoni dalam kehidupan sehari-hari. Asta Kosala Kosali juga mengajarkan nilai-nilai kebersamaan, saling menghormati, dan saling peduli antar manusia. Untuk itu, pentingnya memahami dalam menjaga hubungan baik dengan sesama manusia, baik dalam ruang lingkup keluarga, masyarakat, dan komunitas.

Selain itu, dengan menggunakan Asta Kosala Kosali sebagai tuntunan, diharapkan dapat menerapkan nilai-nilai Tri Hita Karana dalam kehidupan sehari-hari, menciptakan keseimbangan, dan harmoni dalam hubungan dengan alam, sesama manusia, dan Tuhan.

Asta Kosala Kosali memiliki sejarah panjang tentang pengetahuan arsitektur tradisional Bali yang telah ada sejak zaman kuno dan terus mengalami perkembangan seiring waktu. Sejarah Asta Kosala Kosali secara erat dipengaruhi Agama Hindu Bali pada abad ke-1 Masehi. Masuknya Agama Hindu di Bali memberikan pengaruh dalam hal kebudayaan serta arsitektur termasuk prinsip Asta Kosala Kosali. Selain Agama Hindu, Agama Buddha turut memberikan pengaruh signifikan terhadap perkembangan Arsitektur Tradisional Bali. Pada abad ke-8 Masehi, Agama Buddha mulai berkembang di Bali dan memberikan kontribusi terhadap perkembangan seni dan arsitektur. Di jaman kekuasaan Kerajaan Majapahit terhadap Bali, pengaruh Jawa juga mempengaruhi dalam perkembangan seni dan arsitektur. Beberapa elemen arsitektur Jawa seperti candi dan penataan ruang juga mengadopsi prinsip Asta Kosala Kosali.

Asta Kosala Kosali terus mengalami perubahan sesuai dengan perkembangan yang terjadi dalam kehidupan masyarakat Bali. Masuknya pengaruh budaya asing, prinsip Asta Kosala Kosali tetap dijaga dan dilestarikan oleh masyarakat Bali sebagai bagian integral dari identitas budaya.

Pada zaman modern saat ini, Asta Kosala Kosali masih menjadi pedoman dalam merancang dan membangun arsitektur di Bali. Prinsip ini tidak hanya diterapkan dalam arsitektur Rumah Tradiaional Bali, tetapi dapat digunakan untuk membangun pura, Pelinggih, dan bangunan suci lainnya. Hal tersebut menunjukan pentingnya Asta Kosala Kosali dalam mempertahankan warisan budaya Bali.

Dalam Asta Kosala Kosali, terdapat beberapa prinsip yang mengatur tata letak bangunan.

Tata Letak Berdasarkan Anatomi Tubuh Manusia

Prinsip ini mengatur tata letak bangunan berdasarkan anatomi tubuh manusia. Pemilik rumah atau pekarangan menjadi acuan untuk menentukan posisi dan arah bangunan. Misalnya, bagian depan rumah (utama) menghadap ke timur, yang dianggap sebagai arah yang paling suci.

Tata Letak Berdasarkan Sistem Koordinat Kosala-Kosali

Sistem koordinat Kosala-Kosali digunakan untuk menentukan tata letak bangunan. Sistem ini terdiri dari empat poin penting yang membentuk sumbu koordinat. Poin-poin ini meliputi Bhuwana Agung (pusat dunia), Bhuwana Alit (pusat kepala manusia), Bhuwana Kaja (arah utara), dan Bhuwana Kangin (arah timur).

Tata Letak Tempat Pemujaan

Prinsip ini mengatur tata letak tempat pemujaan seperti pura atau pelinggih. Tempat-tempat suci ini ditempatkan dalam posisi yang strategis sesuai dengan aturan Asta Kosala Kosali. Misalnya, pelinggih yang paling suci ditempatkan di sebelah timur atau tenggara, sedangkan pelinggih yang lebih rendah tingkat kepentingannya ditempatkan di sebelah barat atau barat laut.

Penggunaan Proporsi yang Seimbang

Asta Kosala Kosali juga mengatur penggunaan proporsi yang seimbang dalam tata letak bangunan. Setiap bangunan memiliki ukuran panjang, lebar, dan tinggi yang ditentukan berdasarkan aturan Asta Kosala Kosali. Proporsi yang seimbang dianggap penting untuk menciptakan harmoni dalam desain bangunan.

Tata Ruang dalam Bangunan

Prinsip ini mengatur tata ruang dalam bangunan. Misalnya, tata letak ruang dalam rumah atau pura mengikuti aturan yang menentukan fungsi dan hierarki ruang. Ruang yang lebih sakral ditempatkan di bagian dalam atau tengah bangunan, sementara ruang yang lebih umum ditempatkan di sekitarnya. Prinsip-prinsip Asta Kosala Kosali ini bertujuan untuk menciptakan tata letak bangunan yang seimbang, harmonis, dan menghormati hubungan manusia dengan alam dan Tuhan.

Dengan mengikuti prinsip-prinsip ini, diharapkan dapat menciptakan bangunan yang memancarkan nilai-nilai spiritual, sosial, dan budaya yang tinggi. Selain itu, menerapkan prinsip Asta Kosala Kosali, diharapkan mampu mempertahankan identitas budaya Bali yang menjadi salah satu aspek penting dalam upaya melestarikan budaya Bali dimana kelak akan mewariskannya kepada generasi mendatang serta membantu menjaga keunikan dan ciri khas arsitektur tradisional Bali.

Asta Kosala Kosali mengajarkan tentang pentingnya menciptakan keseimbangan dan harmoni dalam kehidupan.

Prinsip ini juga mengajarkan untuk menghormati lingkungan sekitar, dimana dalam pengaturan tata letak bangunan, lingkungan alam sekitar menjadi hal yang perlu diperhatikan seperti pohon-pohon dan sungai. Hal tersebut bertujuan untuk menjaga keseimbangan ekosistem dan memelihara keindahan alam.
Penggunaan proporsi yang seimbang dalam pengaturan tata letak bangunan menurut Asta Kosala Kosali bertujuan untuk menciptakan harmoni dan keserasian dalam desain bangunan. Proporsi yang seimbang dapat memberikan kesan visual yang harmonis, terlihat indah dan seimbang dalam estetika. Hal ini dapat menciptakan sebuah pengalaman yang menyenangkan bagi penghuni bangunan dan juga bagi orang yang melihatnya.

Keserasian alam dan manusia tercermin dari tata letak bangunan yang dibuat dengan proporsi seimbang dan menyatu dengan lingkungan alam sekitar.

Dalam kepercayaan masyarakat Bali, kesejahteraan dan keseimbangan merupakan aspek penting dalam mencapai kesejahteraan dan keberkahan sehingga bangunan tersebut mencerminkan nilai-nilai spiritual dan sakral.

Keserasian dengan alam dan manusia dapat tercipta dari keseimbangan proporsi bangunan. Alam dianggap sebagai entitas hidup dan memiliki energi serta elemen-elemen alam seperti tanah, air, angin dan matahari. Pentingnya penggunaan proporsi yang tepat serta memastikan pemanfaatan cahaya matahari yang optimal. Keseimbangan manusia dengan alam menciptakan keseimbangan karena mencerminkan penghargaan terhadap alam dan lingkungan sekitar, serta menjaga harmoni antara manusia dengan alam. Sebagai penghuni dan pengguna bangunan, proporsi yang seimbang memastikan kenyamanan dan kesejahteraan penghuni sehingga mampu menciptakan ruang yang nyaman sesuai dengan skala tubuh manusia dan penataan letak bangunan yang memudahkan interaksi sosial antar penghuni.

Selain menentukan tata letak bangunan, prinsip Asta Kosala Kosali juga mencakup penggunaan seni ukiran dan hiasan yang khas dalam arsitektur Bali. Penggunaan ornamen dan motif tradisional dalam seni ukiran dan hiasan seperti motif daun pisang, bunga, burung dan naga yang sering digunakan dalam seni ukiran Bali memiliki makna simbolis yang menggambarkan kehidupan alam dan kepercayaan spiritual Bali. Penempatan seni ukiran dan hiasan pada bangunan turut dipengaruhi oleh prinsip Asta Kosala Kosali. Jenis ukiran yang memiliki nilai sakral ditempatkan di tempat yang lebih tinggi seperti di pintu gerbang dan di Pelinggih.

Penggunaan simbol keagamaan seperti Dewa-Dewi, Aksara Bali dan lambang-lambang keagamaan digunakan untuk menghormati dan menghias bngunan suci seperti di pura dan di Pelinggih. Untuk itu pentingnya para pengrajin memiliki pengetahuan mendalam tentang Asta Kosala Kosali agar dapat menempatkan seni ukiran yang tepat dengan menggunakan tekni tradisional untuk menciptakan ukiran yang rumit dan indah. Dengan mengikuti prinsip Asta Kosala Kosali dalam penempatan seni ukiran pada bangunan suci, seni tersebut tidak hanya memperindah bangunan, tetapi juga menghormati dan menggambarkan nilai-nilai spiritual serta kepercayaan masyarakat Bali.

--

--