Borneo Expedition: Awal Petualangan Gue dalam Rangka Conducting Field Research di Tanah Kalimantan #P1

Gilang Segara
16 min readNov 29, 2023

--

Fresh Crab from Fisherman | Images by Author

Pada penghujung tahun 2021, tepat diakhir Q4. Hari berjalan normal dan mengalir seperti biasanya, suddenly gue dapat suatu kabar yang datang dari salah satu senior gue di kantor (Aruna, pada saat itu).

Fyi: Aruna adalah integrated fisheries commerce startup di Indonesia, yang berusaha mewujudkan ekosistem perikanan dan perdagangan hasil laut yang adil. Aruna berusaha untuk membuat kehidupan para nelayan pesisir menjadi lebih sejahtera.

Sebelum lanjut, #P1 ini akan memuat lebih banyak bercerita tentang perjalanan. Segala hal tentang research akan gue bahas pada judul-judul selanjutnya.

Setelah menghadap dan ngobrol bareng doi, intinya gue bakal dikasih tau akan ada kejutan yang menanti gue di akhir Q4 ini.

You Get the Golden Ticket!

Keesokan harinya, tepat dipagi hari yang cerah, gue dapet email yang subjectnya cukup mencuri perhatian dan setelah dibuka, BOOM! terdapat dokumen biztrip yang sudah terisi lengkap atas nama gue dengan pulau serta kota tujuannya (kinda shock diawal, mixed feeling 😅 karena ini bakalan jadi first experience gue conduct research selama 1W di pulau orang yang literally beda bahasa, kebiasaan, adat istiadat, etc).

Tbh, ini juga salah satu impian gue ketika apply di Aruna karena gue bisa kerja sambil jalan-jalan, lol. Selain itu, gue percaya someday yang gue lakukan ini bisa jadi bargaining power gue as a Product Designer ketika apply di tempat lain.

Saat itu juga gue langsung cari tahu, siapa tandem yang bakal pairing sama gue selama disana. Setelah itu, gue coba set call sama senior perihal ini. Diskusi ini menjadi titik awal untuk merinci task dan responsibility yang akan gue lakukan disana. Jadi, bakal ada 3 big goals yang coba gue achieve dari field research yang mau dilakuin:

Capture the whole of business process

Tujuan pertama adalah capture keseluruhan proses bisnis, mulai dari hulu ke hilir. Hal ini menjadi penting karena melibatkan berbagai stakeholders seperti nelayan (yang merupakan elemen paling krusial), Local Heroes (LH), Local Heroes Assistant (LHA), Picker, Helper, dan lain sebagainya. Dengan memahami setiap langkah dalam proses ini, hopefully gue dapat merinci dinamika kerja dan relationship antara stakeholders which is output dari goals ini itu blueprint.

Research ini bakal jadi foundation untuk next iteration Aruna Apps

Tujuan kedua adalah research ini sebagai dasar untuk iterasi berikutnya dari Aruna Apps. Dengan menggali informasi dari lapangan, gue berharap dapat memberikan kontribusi yang signifikan dalam meningkatkan dan mengembangkan aplikasi Aruna untuk memenuhi needs dan paint points yang dihadapi oleh usernya which is LH.

Creating User Persona

Tujuan ketiga adalah menciptakan User Persona dari setiap individu yang involve dalam tiap prosesnya. Ini melibatkan pembentukan gambaran yang jelas tentang karakteristik, kebutuhan, tantangan, kesulitan, motivasi, etc, dari masing-masing usernya. Gue juga jadikan ini sebagai guideline dalam merancang solusi yang lebih terfokus pada pengguna dan mengakomodasi keberagaman stakeholders dalam ekosistem Aruna.

Setelah cukup paham dengan apa yang doi sampaikan, intinya gue bakalan terjun langsung ke lapangan bareng Manager dan Prod Ops gue. Jadi, kami akan mengunjungi Pulau Kalimantan, tepatnya Kalimantan Timur, Kota Berau, Desa Tanjung Redeb dan Tanjung Batu.

Beberapa hari sebelum keberangkatan, gue, manager dan prod ops, secara rutin melakukan sync agar persiapan yang dilakukan dapat berjalan lebih baik. Melalui serangkaian meet ini, kami membahas setiap aspek yang perlu dipersiapkan dengan cermat untuk memastikan bahwa semua details tercakup dan kami siap menghadapi tantangan yang mungkin muncul selama conduct research nanti.

Diskusi ini mencakup task dari masing-masing role, alokasi sumber daya, serta perencanaan strategis untuk memastikan bahwa setiap role memiliki pemahaman konteks yang seragam mengenai goals dan task yang harus diemban. Tujuannya adalah memastikan bahwa kami memiliki landasan yang kuat sebelum melangkah ke lapangan, meminimalkan risiko dan meningkatkan efisiensi ketika conduct research nantinya.

Shocked

Senin, pukul 04.00 waktu Soetta. Gue udah stay disini tapi yang lain belum ada kabar. Setelah gue menunggu agak lama dan surprisingly yang gue liat kok Prod Ops gue cuma sendiri, langsung gue tanya.

👦 : “mas X mana, mba?”

👩 : “dia gajadi ikut, semalem ngabarin via email. lo gabuka, ya?”

👦 : “……”

Lagi dan lagi gue cukup shock, jadi selama seminggu kedepan gue akan pergi ke pulau sebrang berdua, literally berdua. Honestly, gue gak gentar. Cuma ga expect aja, kami berdua join Aruna yang gapnya cuma seminggu dan baru sekitar 3 bulan langsung visit ke Kalimantan (dapet amanah yang gak main-main, ceilah).

Big Challenge

Gue mikir, ini kayanya emang real celens buat gue. Kalau gue berhasil selesain task ini pasti company bangga sama gue! (pede banget, lol). Setelah mengudara selama total 4 jam dilanjut delay dan transit di Balikpapan, lalu berganti pesawat dari boeing ke atr lalu di lanjut dengan taxi bandara dan akhirnya sampai ke hotel.

Kalimantan Island and Kalimarau Airport | Images by Author

Setelah nge-drop koper, tanpa istirahat, gue sama kawan langsung satset mengunjungi salah satu Miniplant Aruna di Tanjung Redeb, tepatnya di kecamatan Sambaliung. Kenapa Tanjung Redeb jadi yang pertama gue kunjungin? Karena gue dapat kabar dari salah satu Local Heroes yang ada disana bahwa akses jalan yang akan gue lewati untuk ke Tanjung Batu dan even pelabuhannya itu gak bisa dilalui, dikarenakan Banjir dan menurut informasi yang gue dapatkan akhir-akhir ini memang sering turun hujan disini.

Flood | Images by Lensaku dan TvOne

Setelah memutuskan Tanjung Redeb sebagai tujuan awal, gue pun melanjutkan perjalanan dari hotel dan sampai pada akhirnya gue tiba di salah satu Miniplant Aruna yang ada di ujung timur Indonesia.

Aruna Miniplant Berau (Tanjung Redeb) | Images by Author

Seperti biasa, first time yang gue lakuin adalah mencoba mingle, karena gue tiba sore hari sekitar pukul 17.00 WITA dan keadaan Miniplant saat itu sudah cukup sepi, ada 3 orang yang menyambut, diantaranya Local Heroes (bertugas dalam berkomunikasi dan mendekatkan teknologi kepada nelayan, LH juga membuat Aruna dapat meringkas seluruh proses supply chain perikanan menjadi lebih efektif dan efisien), Helper, dan seorang QC.

Images by Author

Setelah berbincang singkat, LH cerita bahwa Miniplant ini setiap harinya biasa menerima sekitar 20 picker (seseorang yang mengolah hasil tangkapan yang ditangkap oleh nelayan, mulai dari mengupas, membersihkan, dan menimbang hasil tangkapan, hasil tangkapan bergantung pada musim, paling banyak seperti lobster, kepiting, rajungan, tuna, ikan makerel, ikan red snapper, dan udang vaname). Khusus untuk Miniplant ini hanya mengolah Rajungan.

Fresh Crabs After Boiling | Images by Author

Setelah hari mulai malam dan gelap, gue dan kawan gue memutuskan untuk makan diluar dan mengundang LH, Helper, dan QC agar lebih bonding karena seminggu kedepan gue akan sangat amat butuh bantuan dari mereka.

Ketika hari makin larut, gue memutuskan untuk balik ke hotel dan beristirahat karena petualangan hari ini sudah cukup melelahkan. Keesokan harinya, karena gue ingin melihat behaviour para picker ketika mengolah rajungan, jadi gue harus datang lebih pagi dari awal mereka tiba di Miniplant sampai mereka pulang, gue dan kawan gue memutuskan berangkat lebih pagi.

Picker’s Condition at Work | Images by Author

Jadi, ketika para picker berdatangan, helper akan membantu untuk menyiapkan rajungan dan es batu lalu menuangkan serta menaruhnya diatas meja dan membiarkan para picker bekerja.

Fresh Meat Crabs in Cooler Box | Images by Author

Rajungan ini diolah menjadi 3 bagian (rajungan jumbo, spesial, dan claw meat) dan masing-masing bagian punya harga yang bervariasi depens pada gramasi daging rajungan tsb. Daging rajungan yang telah dipisahkan kemudian ditempatkan dalam cooler box. Langkah ini diambil dengan tujuan utama untuk menjaga kesegaran daging rajungan selama proses distribusi dan penyimpanan. Cooler box berfungsi sebagai wadah isolasi termal yang efektif, memastikan bahwa suhu daging tetap rendah dan kondisinya tetap fresh serta tidak berbau.

Images by Author

Anw, gak lupa dengan tugasnya gue juga coba untuk mingle dengan para picker. Mayoritas dari mereka adalah ibu-ibu yang penuh semangat dan dedikasi. Melalui diskusi santai, gue berusaha untuk memahami lebih dalam mengenai tantangan dan keresahan yang mereka hadapi sehari-hari. Diskusi ini membuka ruang bagi mereka untuk berbagi pengalaman dan mengekspresikan kebutuhan serta harapan mereka sebagai picker.

Selama diskusi tersebut, gue mendengarkan cerita mereka tentang alasan mereka memilih profesi ini. Banyak dari mereka memiliki motivasi yang kuat, seperti keinginan untuk memiliki penghasilan mandiri sebagai bentuk kemandirian ekonomi, membantu suami (nelayan) dalam mencukupi kebutuhan keluarga, dan memenuhi keinginan pribadi, seperti membeli alat kecantikan atau keperluan lainnya.

Diskusi ini tidak hanya mengungkapkan berbagai peran yang dimainkan oleh para picker dalam ekosistem Aruna, keluarga dan masyarakat, tetapi juga memberikan wawasan berharga tentang motivasi personal yang mendorong mereka untuk bekerja dalam bidang ini. Kesimpulan dari diskusi ini membantu gue memahami lebih baik dinamika pekerjaan para picker, dan dengan demikian, dapat memberikan kontribusi yang lebih baik dalam merancang solusi atau improvement yang dapat meningkatkan kesejahteraan mereka dalam konteks pekerjaan mereka.

Ibu Hasdawati as the Best Picker on Dec 2022 | Images by Author

Kembali ke Ibu Hasdawati, beliau adalah salah satu picker yang tiap harinya dapat mengolah lebih dari 20KG rajungan, ini menunjukkan dedikasinya yang tinggi terhadap pekerjaannya. Supaya beliau tambah semangat dalam bekerja dan sebagai ungkapan rasa terima kasih atas kerja kerasnya selama ini, gue dan kawan gue coba kasih sedikit reward.

Images by Author

Selanjutnya, gue mencoba untuk mingle dengan LH Miniplant Berau, mas Tomi dan Admin Miniplant Berau, mba Ayu. Sama seperti sebelumnya, bertanya serta menggali setiap detail informasi yang dibutuhkan, seperti current business process yang berjalan, celens yang mereka hadapi, keresahan yang mereka alami, kebutuhan dan ekspektasi mereka, serta motivasi mereka bekerja, dll. Malamnya, setelah balik ke hotel lalu report ke manager gue dan menceritakan tentang kegiatan hari ini serta progress dari setiap task yang dikerjakan.

Ada yang menarik di Miniplant ini karena depannya itu menghadap sungai besar dan sungai ini merupakan jalur kapal-kapal tongkang batubara dan kapal tongkang sawit. Sesekali, gue membayangkan, oh gini ya rasanya jadi bos batu bara yang tiap hari ngeliatin kapal tongkangnya mondar-mandir ngangkutin ribuan ton batu bara, apa gue switch career aja jadi bos batubara? lol.

Videos by Author

Pada hari berikut gue coba untuk conduct etnography research, targetnya itu LH, Picker, dan Helper. Lalu di hari berikutnya lagi, gue dan kawan gue tetap melanjutkan pekerjaan yang sudah disusun sebelumnya dan gue juga terus memantau proses yang terjadi di Miniplant ini. Lalu, gue mendapat informasi dari LH bahwa akan ada proses pengiriman Rajungan yang telah selesai di olah oleh para Picker, pengirimannya akan berlangsung pada pukul 03.00 WITA alias pagi buta!

Karena biasanya ekspedisi disini pickup pada pagi buta agar bisa ikut pengiriman menggunakan pesawat di pagi harinya, karena ini merupakan proses yang gak kalah penting, akhirnya gue pun memutuskan untuk menginap di Miniplant agar bisa melihat proses pengiriman tersebut.

Images by Author

Sebelum menginap disana, gue coba untuk keliling sesekali menikmati udara Berau di malam hari.

Packing Process | Images by Author

Lanjut ke pengiriman, karena menggunakan pesawat ini memakan cost yang tidak sedikit. Jadi, setiap unsur yang dimasukkan ke dalam delivery box ini sangat perlu dihitung bobotnya. Termasuk berat dari box strofoam dan juga es batu yang dimasukkan kedalam box tersebut. Kenapa ada es batu? karena untuk menjaga ketahanan kualitasnya agar tetap baik atau segar dan tidak berbau.

Packing Process | Images by Author

Selain itu, daging rajungan pun sama, perlu dihitung dengan cermat bahwa setiap kirimannya sesuai dengan standar yang ditetapkan dan gambar diatas menunjukan bahwa box-box berisi rajungan segar tersebut sudah siap untuk dikirim ke mitra bisnis Aruna atau company pengolah selanjutnya (B2B) sebelum mereka mendistribusikan ke para customer. Proses ini menggambarkan tahapan penting dalam proses supply chain rajungan, di mana setiap langkahnya dijalankan dengan teliti untuk memastikan bahwa produk yang sampai ke tangan pelanggan tetap segar dan bermutu.

Funfact: Rajungan-rajungan ini nantinya akan di ekspor ke pasar Amerika dengan total nilai USD 30–40 juta per tahun ke pasar AS dan lobster ke pasar China sebesar USD 8,5 juta per tahun.

Sumber: https://www.liputan6.com/bisnis/read/4719969/perusahaan-rintisan-aruna-ekspor-produk-perikanan-ke-kanada?page=2

Hari berikutnya, setelah mendapatkan kabar baik dari LH Tanjung Batu mengenai cuaca, situasi, dan kondisi yang sudah membaik disana. Gue dan kawan gue memutuskan untuk melakukan road trip kesana, yiha! Tbh, gue gasabar pengen membelah hutan kalimantan melalui jalur darat. Setelah mendiskusikan tentang strategi dan akomodasi selama disana, akhirnya kami pun berangkat. Beruntungnya kami karena mas Tomi (LH Miniplant Berau/Tanjung Redeb) mau mengantarkan kesana (awalnya gue expect naik bis haha).

Images by Author

Jarak Tanjung Redeb — Tanjung Batu ini kalau dari google maps sekitar 100KM. Gak terlalu jauh lah, ya.

Videos by Author

Sepanjang jalan, gue cukup amaze karena kebun sawit dimana-mana. Kalau sebelumnya gue berkhayal menjadi bos batu bara, sekarang gue lagi membayangkan kalau jadi bos sawit yang lagi mantau kebunnya yang berhektar-hektar, lol. Anw, gak jarang gue liat hewan liar berkeliaran di sepanjang jalan ini.

Setelah lebih kurang 3 jam membelah hutan Kalimantan, akhirnya kami tiba di Satellite Plant Tanjung Batu.

Images by Author

Akhirnya disini, gue bisa ketemu langsung ujung tombok Aruna aka Nelayan Aruna! Tanpa perlu berlama-lama gue langsung ketemu dengan LH Tanjung Batu, mas Diko dan juga salah satu Nelayan Aruna, Pak Awal.

Videos by Author

Disini gue langsung satset coba menggali informasi yang dibutuhin dari mas Diko (LH) dan pak Awal (Nelayan) karena kerjaan masih banyak haha. Setelah lebih kurang berdiskusi, tak lama ada beberapa Nelayan Aruna yang datang silih berganti.

Bapak Harmoko aka Aruna Fisherman | Videos by Author and Images by Aruna

Pada video tersebut, nampak nelayan yang baru melaut mencoba untuk menimbang hasil tangkapannya. Setelah hasil tangkapan ditimbang dan didapatkan beratnya maka LH akan membayar hasil tangkapan nelayan dengan harga yang tinggi.

Fishermen’s Catch | Images by Author

Hasil tangkapan para nelayan yang datang ke Satellite Plant Tanjung Batu ini akan langsung dicatat sementara kedalam papan tulis sebelum LH input ke aplikasi Aruna Heroes.

Setelah ada 4 nelayan diwaktu yang sama, gue coba ajak mereka semua untuk berdiskusi lebih lanjut, gue coba conduct FGD disini berbekal guideline yang gue buat sebelumnya. Setelah itu, gue juga coba ajak diskusi beberapa role yang ada disini, seperti helper dan LH assistant. Senang rasanya bisa diskusi langsung bareng 4 nelayan dari total total 20 ribu nelayan Aruna yang tersebar di 30 titik lokasi di 13 provinsi.

Pertemuan gue dengan para nelayan benar-benar meninggalkan kesan mendalam. Mereka menunjukkan tingkat kesadaran yang tinggi terhadap pentingnya pendidikan, khususnya untuk anak-anak mereka. Ketertarikan dan keprihatinan mereka terhadap masa depan pendidikan anak-anak sangatlah besar. Saat berbicara, mereka dengan antusias menyampaikan harapan mereka terhadap peran Aruna dalam meningkatkan kesejahteraan hidup mereka.

Keinginan mereka sangat jelas tergambar dalam harapan agar Aruna dapat memberikan kondisi kehidupan yang lebih baik, yang memungkinkan mereka untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dengan lebih baik. Lebih dari itu, para nelayan juga memiliki harapan besar bahwa melalui kerja sama dengan Aruna, mereka dapat memberikan pendidikan yang layak bagi anak-anak mereka, bahkan hingga tingkat perguruan tinggi.

Dengan berharap pada Aruna sebagai mitra dalam perjalanan hidup mereka, para nelayan menunjukkan kesadaran akan pentingnya pendidikan dalam membuka pintu peluang bagi generasi mendatang. Selain mencari nafkah dari laut, mereka juga memiliki tekad kuat untuk memberikan pendidikan yang berkualitas untuk menciptakan masa depan yang lebih cerah bagi keluarga mereka.

Lalu gue juga dapat gambaran tentang behaviour para nelayan, termasuk jam berangkat mereka melaut, siapa yang menjadi teman perjalanan mereka, ukuran kapal yang mereka gunakan, biaya yang dikeluarkan setiap kali pergi melaut, waktu melaut, rata-rata pendapatan yang mereka peroleh, aktivitas yang bisa dilakukan selagi melaut, etc.

Selain itu, gue menemukan bahwa behaviour para nelayan ini sangat terkait dengan kehidupan sehari-hari mereka di laut. Mereka memiliki ritual sebelum berangkat, seperti doa bersama dan persiapan peralatan yang akan digunakan selama melaut. Selama perjalanan, mereka saling menjaga komunikasi yang erat satu sama lain, saling membantu ketika ada trouble dilaut (ada satu nelayan yang bercerita bahwa pernah ada salah satu rekannya yang hilang sampai larut malam di laut lalu mereka semua balik lagi ke laut untuk mencari rekan yang hilang tadi, tak peduli hujan atau ombak besar, mereka akan mencari rekan yang hilang tsb). Kembali dari laut, ada lagi kebiasaan bersama, seperti memperbaiki peralatan melaut bersama-sama atau berbagi cerita di antara mereka. Ini semua menciptakan ikatan komunitas yang kuat di antara para nelayan.

Gue pun mengetahui salah satu pain-points yang mereka rasakan setiap harinya secara terus menerus, yaitu harga solar yang menjadi bahan bakar kapal masih terbilang cukup tinggi di daerah ini. Terkait dengan kehidupan keluarga, gue menemukan bahwa banyak suami nelayan memiliki istri yang bekerja sebagai pengrajin jaring atau alat tangkap ikan lainnya. Mereka berkontribusi gak hanya sebagai mitra hidup, tetapi juga sebagai rekan bisnis dalam menyokong kelangsungan hidup keluarganya.

Overall, diskusi ini memberikan gue gambaran yang lebih lengkap tentang kehidupan dan kebiasaan yang membentuk identitas para nelayan dalam masyarakat mereka.

Sebenarnya gue baru menyadari ada banyak dokumentasi seperti foto dan video yang ingin gue share tapi hilang 😭 (my folly) terutama ketika gue lagi di Tanjung Batu, padahal itu assets berharga yang gue punya selain struk reimbursement.

Images as an Illustration | Images by Okezone

Setelah itu, gue coba stay di Tanjung Batu. Tempat tinggal para nelayan disini secara harfiah berada di atas laut, ini memberikan pengalaman yang unik dan menarik bagi gue yang belum pernah lihat langsung rumah seperti ini. Sementara banyak orang di Jakarta yang punya kolam renang di dalam rumah, para penduduk di Tanjung Batu justru punya “kolam renang” yang jauh lebih besar dan alami dirumahnya, yaitu laut. Melihat rumah-rumah mereka yang langsung bersentuhan dengan laut menciptakan perspektif baru tentang bagaimana manusia dapat hidup berdampingan dengan alam.

Keunikan lain yang mencuri perhatian adalah pemasangan jaringan internet di rumah-rumah di Tanjung Batu. Ini menunjukkan bahwa teknologi telah meresap ke wilayah terpencil sekalipun, memberikan akses kepada penduduk setempat untuk terhubung dengan dunia luar. Gagasan bahwa mereka yang tinggal di atas laut memiliki akses internet menggambarkan betapa teknologi telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari, bahkan di lingkungan yang terpencil sekalipun. Itu juga membawa kesan bahwa konektivitas digital membawa manfaat dan peluang baru bagi komunitas nelayan, seperti akses ke informasi, peluang pekerjaan, dan konektivitas sosial.

Pemandangan dan pengalaman ini tentu meninggalkan kesan yang mendalam tentang bagaimana keanekaragaman kehidupan manusia dapat beradaptasi dengan lingkungannya, dari kota besar hingga desa nelayan yang berada di atas laut.

Images by Aruna

Dalam mengakhiri perjalanan field research ini, i feel blessed dengan experience yang penuh makna dan mendalam. Setiap interaksi gue dengan para nelayan, local herores, local heroes assistant, admin, picker, dan helper gak hanya memberikan wawasan baru terkait proses bisnis, tetapi juga menggambarkan kompleksitas dan keberagaman dalam setiap aspek industri ini. Gue yakin bahwa data dan findings yang dihasilkan akan menjadi fondasi yang kokoh untuk development Aruna Apps ke depannya.

Gak hanya sekadar mendapatkan informasi, tetapi experience ini juga memperkaya pov gue terhadap kehidupan masyarakat pesisir dan bagaimana setiap stakeholders di dalamnya memiliki peran yang krusial dalam proses supply chain. Selanjutnya, kerjasama dan apresiasi terhadap kerja keras semua stakeholders menjadi nilai tambah yang tidak ternilai dalam upaya kita untuk menciptakan ekosistem bisnis yang berkelanjutan dan berdampak positif.

Dengan demikian, hasil riset ini gak hanya menjadi guidelines untuk development aplikasi Aruna yang lebih baik, tetapi juga sebuah cermin dari keterlibatan dan kontribusi positif kami dalam mendukung keberlanjutan industri perikanan lokal. Gue yakin bahwa kolaborasi dengan para stakeholders di lapangan akan terus memperkuat fondasi Aruna sebagai inovator dalam membawa perubahan positif bagi masyarakat nelayan dan seluruh ekosistem industri perikanan.

Funfact: Beberapa minggu setelah research ini selesai dan gue coba present deck reportnya ke seluruh Nakama di Aruna lalu setelah melalui sesi performance review antar peers, lead, dan head, i got a raise! yuhu, padahal baru 4 bulan disini.

Saran yang bisa gue berikan kepada Aruna kedepannya untuk menjaga dan meningkatkan keberlanjutan bisnisnya adalah

  1. Supply Chain and Relationship with Business Partner

Aruna perlu menjaga hubungan yang kuat dengan para stakeholdersnya seperti: nelayan, local heroes, local heroes assistant, picker, helper serta mitra bisnis lainnya dalam proses supply chain. Kerja sama yang solid dan saling menguntungkan (terutama dengan nelayan) akan membantu memastikan pasokan rajungan atau ikan yang berkelanjutan. Tambahan: berinteraksi dengan nelayan yang umumnya berpendidikan rendah bukanlah hal mudah. Karena itu perlu dirancang pendekatan yang berbeda agar kelompok nelayan mau percaya pada Aruna.

2. Sustainable Environment

Ketika gue masih di Aruna, sepertinya ini udah sering di mention. Keterlibatan Aruna dalam praktik bisnis yang berkelanjutan dan ramah lingkungan menjadi faktor penting. Menjaga keseimbangan ekosistem laut dan mematuhi praktik perikanan berkelanjutan adalah langkah yang penting agar ekosistem laut tidak rusak.

3. Product Quality

Mempertahankan standar kualitas produk merupakan kunci keberhasilan dalam industri perikanan. Aruna harus terus memastikan bahwa setiap komoditas yang dipasok memiliki kualitas terbaik agar dapat memenuhi harapan pelanggan atau business partnernya.

4. Tech

Memelihara dan mengembangkan teknologi, terutama aplikasi Aruna, menjadi esensial. Penyempurnaan sistem informasi dan platform digital akan membantu efisiensi operasional dan meningkatkan pengalaman pengguna.

5. Worker Welfare

Menjaga kesejahteraan para nelayan, local heroes, local heroes assistant, picker, admin, helper dan stakeholders yang terlibat merupakan tanggung jawab sosial perusahaan. Program pelatihan, asuransi, dan keamanan kerja adalah faktor yang harus diperhatikan secara berkelanjutan.

Beberapa judul tulisan yang akan rilis sebagai supporting untuk tulisan diatas:

Persiapan (soon)

  • Hal-hal apa saja yang perlu disiapkan sebelum melakukan field research?

Pelaksanaan (soon)

  • Bagaimana cara gue conduct field research?

Refleksi (soon)

  • Apa yang bisa di petik setelah conducting field research?
  • Apa kita benar-benar perlu conduct field research?
  • Hal yang tidak boleh dilakukan ketika field research

--

--