Afeksi yang selalu di nanti

augustmyfav
5 min readSep 20, 2023

--

Sedari tadi, sejak kak Chita memberitahu bahwa dia bertemu dengan Baga di lobby kantor, Kaluna rasanya ingin menangis sebenarnya, karena ternyata Baga tidak seperti apa yang dia pikirkan. Lelaki itu selalu memiliki banyak cara untuk membuat hatinya tersentuh. Tapi masa iya harus dimulai dengan dia yang merajuk duluan?

Sudah hampir seminggu, mereka tidak saling merajut kasih. Tidak saling bertemu kecuali di dalam kampus. Itu pun kalau jadwal kelas Kaluna dan Baga berbarengan. Kalau nggak, ya nggak akan ketemu. Baga terlalu sibuk dengan rapat himpunan nya, dan Kaluna juga sibuk dengan pekerjaan nya sebagai seorang model. Tapi akhir-akhir ini Kaluna rasanya ingin menuntut waktu Baga untuk nya. Maka nya, beberapa kali Kaluna juga sempat merengek untuk meminta Baga menemani nya photoshoot beberapa brand yang bekerja sama dengan nya. Seperti beberapa hari terakhir kemarin, dan hari ini.

Terlalu banyak air mata yang dikeluarkan oleh Kaluna saat ajakan nya di tolak oleh Baga. Nggak tahu kenapa ya, dia merasa perasaannya selalu baper berlebihan. Sampai penolakan Baga juga bisa membuat nya menangis. Padahal seharusnya bisa memaklumi bukan? Toh, Baga juga bukan sibuk dengan perempuan lain. Tapi sibuk dengan himpunan yang harus dia pimpin sebagai ketua himpunan nya.

Kaluna menegakkan tubuhnya saat ketukan pintu terdengar di telinga nya, itu pasti Baga. Karena kak Chita menyuruh nya untuk langsung menemui Kaluna di ruangannya.

“Masuk.” Sahut Kaluna, sesaat setelah dia menyiapkan diri untuk bertemu dengan Bara. Dan juga sesaat setelah dia selesai dengan touch up sedikit make up nya untuk menutupi matanya yang bengkak sehabis menangis.

Baga muncul dari balik pintu setelah pintu terbuka dengan lebar. Lelaki itu bahkan masih memakai tas pundaknya. Menandakan bahwa dia memang sengaja menemui dirinya sepulang dari kampus.

Kaluna melihat Baga duduk di sofa depan meja kerja nya, dan sempat melirik Kaluna beberapa kali.

“Kenapa? Katanya lagi rapat, kok bisa kahim nya pulang duluan?” Sindir Kaluna dari kursi kerja nya. Dia sama sekali tidak berniat untuk menghampiri Baga di sofa sana. Takut kalau nanti setelah berhadapan dengan Baga, rasa baper nya kembali muncul dan dia bisa saja menangis lagi di depan Baga, bahkan.

“Udah selesai.” Ucap Baga, menoleh pada Kaluna.

Kaluna mengernyitkan keningnya. Loh? Tadi bukannya Baga bilang di chat kalau dia sengaja pulang duluan untuk menjemputnya?

“Udah aku tutup rapatnya. Aku nggak kabur. Karena udah malem juga, jadi aku tutup rapatnya.” Ucap Baga setelah memahami kebingungan yang Kaluna tunjukkan kepadanya.

Kaluna ber-oh dalam hati.

“Sini dong, masa duduknya jauhan gini?” Suruh Baga, dengan wajah cemberutnya.

“Nggak mau. Udah sana pulang, aku bawa mobil sendiri.” Kali ini Kaluna mencoba menolak ajakan Baga untuk pulang bareng, dan juga menolak untuk mendekatinya di sofa sana.

Baga menghela napas berat. Kemudian bangun dari duduknya dan berjalan menghampiri meja kerja Kaluna.

Sial, kenapa Baga harus pakai baju itu sih? Baju rajut yang dia beli saat dia pergi ke Singapore untuk urusan pekerjaan. Saat hendak membeli nya saja, Kaluna sudah membayangkan baju nya akan sangat cocok ketika dipakai oleh Baga. Dan ya, sekarang bukti nya. Kalau nggak lagi merajuk kayak gini, kayaknya Kaluna bakal lari buat peluk Baga. Huh, menyebalkan.

“Kamu masih marah?” Baga bertanya saat dia sudah berada di samping Kaluna. Lelaki itu membelakangi meja kerja nya, sambil setengah duduk di meja kerja milik Kaluna. Posisi mereka jadinya berhadapan. Dengan Kaluna yang berada di kursi kerja.

“Menurut lo?” Hardik Kaluna. Dia bahkan sebisa mungkin tidak tergoda dengan Baga yang ada di dekatnya.

Baga lagi-lagi menghela napas. Aduh, kayaknya Baga marah nih gue keceplosan bilang lo. Pikir Kaluna.

“Makan yuk. Aku laper belum makan malem tau.” Bara meraih tangan kanan Kaluna untuk ia genggam. Sesekali juga Baga mengusap lembut tangan atas Kaluna.

“Nggak ah. Mau pulang. Udah sana pulang aja, makan sendiri kalau bisa.” Kaluna menghempaskan genggaman tangan Baga di tangannya. Kemudian bangun dari duduknya untuk bersiap-siap pulang.

Kaluna membereskan beberapa buku dan tugas yang sedari tadi sedang dikerjakan nya. Memasukannya ke dalam tas totebag nya dan memeriksa kembali beberapa barang yang dirasa belum dia masukan ke dalam tas.

Tetapi sebuah tangan yang melingkar di pinggangnya dari belakang membuat Kaluna menghentikan aktifitas beres-beres nya. Tak lama hembusan napas Baga terasa dingin di tengkuknya. Lelaki itu memeluknya, sembari menaruh kepala nya di pundak kanan Kaluna. Hatinya mencair. Ia tidak bisa pura-pura lagi, ia ingin menangis saat ini juga. Pelukan Baga yang selalu dirindukan oleh nya, cukup membuat hatinya menghangat.

“Maafin aku.” Ucap Baga dengan suara nya yang terendam, karena Baga menjatuhkan wajahnya di tengkuk Kaluna.

“Beberapa hari ke belakang aku sibuk karena mau ada acara lawfest. Aku sering nolak saat kamu minta ditemenin photoshoot. Aku bahkan jarang chat kamu, jarang nemenin kamu, aku udah bikin kamu kecewa. Maafin aku, Kaluna…” Ucap Baga panjang lebar.

Kaluna tidak bisa melihat Baga memohon, apapun bentuknya. Baga terlalu berarti untuk dirinya. Jika orang lain memilih untuk berpikir berkali lipat saat pasangannya memohon untuk dimaafkan ketika berbuat salah, maka Kaluna bukan lah orang nya. Karena hanya dengan Baga mengucapkan kata maaf saja, Kaluna sudah pasti akan luluh dan memaafkan.

Kaluna terlalu takut, siapa lagi nanti seseorang yang bisa memahami dirinya? Memahami pikiran random nya? Memahami kesibukannya selain Baga? Bahkan Mario — mantan nya saja memilih untuk berselingkuh daripada membicarakan hal yang salah dalam hubungan mereka.

Pelukan yang diberikan oleh Baga semakin terasa erat. Kepala Baga juga semakin dalam menekan tengkuknya, seolah mencari kenyamanan dalam pelukan mereka.

Oke. Sudah cukup drama nya. Kaluna juga tidak bisa melihat Baga terus menampung rasa bersalah kepadanya. Jadi, Kaluna memilih untuk memegang tangan Baga yang melingkar di pinggang nya. Mengusap nya pelan sampai Baga mengangkat kepalanya dari pundak Kaluna.

Kaluna menoleh, berhadapan langsung dengan Baga yang lagi senyum. Manis banget senyumnya. Salah satu hal yang dia suka dari Baga sudah pasti adalah senyuman nya.

“Aku maafin. Maafin juga ak — ”

Cup!

Baga mencium bibir Kaluna singkat. Menghentikan ucapan yang akan dikeluarkan oleh nya.

“Aku aja yang minta maaf. Kamu nggak salah sama sekali, Kaluna…” Ucap Baga setelah dia memotong ucapan Kaluna dengan ciuman singkat yang dia berikan.

Kaluna melepaskan pelukan mereka dan memberikan serangan pada bahu Baga. “Ish… ngeselin tau gak.”

Baga mengaduh sebelum akhirnya tertawa dan kembali memeluk Kaluna dari depan.

I love you…” Ucap Baga sembari memeluk Kaluna dari depan dengan erat. Sesekali juga Baga mencium puncak kepala kekasihnya.

Dari balik punggung Baga, Kaluna tak henti-hentinya tersenyum. Dia bahagia. Dia selalu bahagia saat Baga memberikan afeksi yang membuat hatinya berbunga.

— augustmyfav

--

--