7 Kebiasaan yang Bisa Membuatmu Menjadi Penulis Profesional

Carolina Ratri
4 min readJan 11, 2018

--

Sepertinya semua orang kepengin jadi penulis. Tapi, tidak semua orang punya kemampuan yang cukup untuk itu.

Hanya punya keinginan saja itu nggak cukup. Kalau benar-benar berniat menjadi penulis, maka kamu harus punya setidaknya 7 kebiasaan ini dalam hidupmu.

7 Kebiasaan yang Bisa Membuatmu Menjadi Penulis Profesional

1. Menulis setiap hari

“Aduh, saya nggak sempat nulis nih hari ini. Soalnya anak-anak nempel terus ke saya,” curhat seorang ibu rumah tangga, sebut saja Mawar #eh.

“Duh, hari ini sibuk banget di kantor. Sampai rumah udah letoy. Nggak bisa nulis,” dalih seorang pekerja kantoran, sebut saja Bunga.

Kalau mau menjadi seorang penulis profesional, kebiasaan menulis setiap hari harus menjadi kebiasaan utama. Rutin. Ini harus. Mutlak. Nggak bisa enggak.

Adalah penting bagi seorang penulis untuk punya rutinitas menulis setiap hari. Seorang akuntan ya urusannya ngitung setiap hari. Penyapu jalan ya bakalan menyapu jalan setiap hari. Olahragawan juga sama.

Maka, menulislah setiap hari, meski hanya berupa caption di Instagram atau status di Facebook. Tuliskan sesuatu yang membuatmu bahagia, atau sekadar untuk melepaskan beban. Syukur-syukur, tulisannya bikin orang terinspirasi.

Nulis. Nulis. Nulis.

2. Read like a writer

“Aku nggak suka baca, Kak. Tapi aku punya draf novel. Mau baca nggak?” tanya seorang “penulis” suatu hari.

Dan, iya, saya membacanya.

Apa yang saya pikirkan kemudian?

Saya setuju dengan Stepehen King yang bilang, “If you don’t have time to read, then you will don’t have the time to write.”

Ibarat gizi, bacaan adalah nutrisi untuk otak penulis. Gimana mau sehat, kalau membaca saja malas. Gimana mau menulis novel yang bagus, kalau baca ketentuan pengiriman naskah aja nggak mau?

Baca sebanyak mungkin. Apa pun.

And the most important thing is, read like a writer. Membacalah seperti seorang penulis. Bukan skimming atau fast reading.

Pelajari bagaimana penulis-penulis terkenal itu merangkai kata, amati pemilihan diksi mereka, dan catat bagaimana mereka mengolah rasa.

Akan lebih bagus lagi jika kamu juga membaca berbagai genre tulisan, tak hanya satu jenis tulisan saja. Hal tersebut akan membuat otakmu semakin berisi. Ibarat perpustakaan, perbendaharaannya banyak. Mau apa saja, tinggal pilih untuk dikeluarkan.

Baca juga: Mengapa How to Write Lebih Penting Ketimbang What to Write

3. Watch TV like a writer

Beberapa ide bisa saja datang dari televisi, baik itu berita, variety show, talk show, bahkan FTV sekalipun.

Hanya bedanya dengan orang lain, kamu harus menontonnya like a writer.

Perhatikan, kenapa acara tersebut menarik, mengapa kamu sampai merelakan sekian banyak waktumu untuk menontonnya?

Jika ternyata pada penggal iklan pertama kamu sudah nggak betah nonton, ya sudah tinggalkan. Sembari catat dalam hati, apa yang menyebabkan tontonan itu tak layak kamu tonton.

Hal-hal yang membuat acara itu menarik, barangkali bisa menjadi pelajaran untukmu, bagaimana caranya menarik perhatian orang dengan tulisan. Begitu pun kalau kamu tak betah. Apa yang bikin nggak betah? Hal yang sama mungkin berlaku juga untuk tulisanmu.

4. Nonton film like a …? Yes, like a writer!

Ray Bradbury bilang, kalau mau jadi penulis, kita mesti menonton banyak film juga. Nggak cuma sekadar nonton, kamu juga harus menontonnya like a writer.

Amati bagaimana struktur cerita film tersebut, bagaimana alurnya, bagaimana karakter tokoh-tokoh di dalamnya, dan seterusnya.

Saya sekarang sedang berusaha menjadwalkan untuk bisa nonton di bioskop setidaknya sebulan sekali. Ya, masih sebulan sekali dulu. Selebihnya saya akan menonton secara streaming. Yang legal. Selain juga nonton film yang ada di televisi.

It’s one of my 2018 resolution, I guess..

5. Bergaul dengan orang yang punya passion yang sama

Lingkungan itu sangat berpengaruh terhadap diri kita. Maka, selektiflah dalam bergaul. Tak usah pedulikan kalau ada yang bilang kita pilih-pilih teman. Itu semua dilakukan demi kesehatan, dan kelangsungan hidup kita sebagai penulis.

Baik online maupun offline, bergaullah dengan orang yang punya passion dan semangat yang sama. Kalau ketemunya di komunitas online, sesekali ajak kopdar sembari nyemal-nyemil lucu di kafe.

It works. Really.

Begitu pulang dari kopdaran, coba deh rasakan. Kamu akan merasa seperti punya semangat baru.

6. Kritis terhadap diri sendiri

Every writer falls in love with their own writing.

Ini sudah rahasia umum. Banyak penulis merasa tulisannya udah yang paling hebat sedunia. Saya juga begitu, kalau sudah bisa menyelesaikan tulisan saya. Makanya, jeda waktu publish itu perlu, demi membuang pikiran nggak waras itu dari pikiran kita.

Sebaiknya, ubah kebiasaan ini. Jangan jatuh cinta pada tulisanmu sendiri. Artinya, selalulah berusaha untuk meningkatkan kualitas tulisanmu. Jangan pernah merasa tulisanmu adalah yang paling bagus di muka bumi.

Dengan demikian, kamu akan terbuka pada masukan dan saran. Dengan saran dan masukan tersebut, kamu bisa belajar untuk memperbaiki tulisanmu agar lebih enak dibaca oleh orang lain.

Ya, kecuali kamu maunya cuma buat dibaca sendiri.

Baca juga: Bagaimana Menerima Kritik dan Masukan Like A Champ Tanpa Baper untuk Penulis (Termasuk Blogger)

7. Write like it’s your job

Ini yang terpenting.

Saat kamu mulai terbiasa menganggap menulis adalah pekerjaan, dan bukan sekadar hobi pengisi waktu luang, maka kamu pun akan terpacu untuk selalu lebih baik.

Kamu akan rela menginvestasikan segalanya untuk bisnis atau pekerjaanmu itu. Kamu akan mau “membuang” waktu untuk belajar teknik menulis yang lebih baik. Dan, kamu akan berkomitmen untuk menyelesaikan tulisan yang sudah kamu mulai.

Poin 2,3 dan 4 di atas itu sebenarnya merupakan cara melatih diri sendiri untuk lebih peka dan bisa belajar dari melihat. Sungguh, teori menulis itu banyak, tapi nggak applicable.

Inti pekerjaan menulis adalah soal mengolah rasa.

Jadi, sudah siap untuk menjadi seorang penulis profesional belum?

Belum? Baiklah. Masih ada waktu. Take your time. Setidaknya sampai negara api menyerang.

--

--

Carolina Ratri

Penulis 25+ buku mayor dan indie, solo dan antologi, fiksi dan nonfiksi. Content writer by day, a movie reviewer by night.