Industri Anime Jepang Pada Masa Pandemi: Peluang atau Ancaman?

CEARS UGM
4 min readApr 26, 2023

--

Pandemi Covid-19 yang terjadi secara merata hampir di seluruh negara di dunia membuat kehidupan manusia di berbagai aspek mengalami perubahan. Adaptasi dilakukan dalam skala besar di berbagai sektor untuk tetap bertahan di tengah pandemi. Salah satu sektor yang berusaha bertahan adalah industri film dan animasi. Industri animasi Jepang atau yang lebih dikenal dengan anime mengalami perubahan jadwal perilisan pada masa penyesuaian dengan pandemi. Kebijakan pemerintah Jepang juga meminta masyarakatnya untuk mengurangi interaksi langsung dengan orang dalam jumlah banyak. Hal ini tentu berpengaruh kepada perekaman anime karena jumlah kru yang dibutuhkan dalam pembuatan satu episode anime cukup banyak. Akibatnya, banyak perekaman anime yang ditunda sebagai tindakan preventif penyebaran Covid-19.

Beberapa anime yang tertunda perilisannya karena pandemi COVID-19 adalah yang pertama ada One Piece. One Piece ini sudah tayang hingga 929 episode, tetapi episode 930 dan seterusnya masih tertunda hingga waktu yang belum dipastikan; Lalu, yang kedua ada The Promised Neverland. Anime ini perilisannya tertunda hingga awal tahun 2021 karena pandemi virus corona; Kemudian, yang ketiga ada Appare-Ranman. Anime ini sudah rilis sejak April 2020 dan sudah berjalan hingga 3 episode. Namun, episode 4 dan seterusnya masih tertunda hingga waktu yang belum ditentukan; Keempat, ada Re:ZERO-Starting Life in another World. Season 1 dari anime ini sangat mendapatkan respon yang positif dari penggemarnya dan segera tayang season 2. Namun, season 2 dari seri anime ini terpaksa tertunda, padahal anime ini seharusnya sudah tayang pada April 2020; dan masih banyak lagi anime yang tertunda hingga waktu yang belum ditentukan.

Selain penundaan jam tayang anime, pandemic COVID-19 membuat penghasilan aktor dan seiyuu (pengisi suara anime) Jepang menjadi terganggu. Berdasarkan survei Japan Actors Union, banyak para seiyuu dan aktor Jepang yang kehilangan penghasilan akibat pembatalan acara off-air, seperti konser, jumpa penggemar, dan acara lainnya. Dari 528 responden, sebanyak 75.7% responden mengatakan bahwa mereka (seiyuu) tidak menerima penghasilan saat acara off-air dibatalkan. Pekerjaan yang dilakukan oleh seiyuu juga sulit diterapkan secara WFH (Work From Home) karena kegiatan pengisian suara lebih optimal jika dilakukan di studio dan beberapa studio animasi di Jepang menuntut kehadiran seiyuu di studio dalam proses pengerjaan proyek mereka. Para Seiyuu tidak bisa datang ke studio karena pandemi COVID-19 memaksa orang untuk menjauhi kerumunan agar terhindar dari penyebaran Virus Corona. Oleh sebab itu, pandemi COVID-19 menjadi beban berat bagi para seiyuu di Jepang untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya.

Namun di sisi lain, peminat anime justru meningkat walaupun di situasi pandemi COVID-19 seperti ini. Anjuran pemerintah untuk work from home membuat masyarakat seringkali dilanda kebosanan. Banyak dari mereka yang mengisi waktu luang mereka di rumah dengan bermain smartphone, memasak, rebahan, ataupun menonton film yang mereka suka seperti menonton anime. Bagi mereka yang menonton anime bisa dibilang sebagai penghibur yang tidak pernah membosankan di saat kegiatan dalam rumah. Dilansir dari Kompas, pengguna baru Netflix bertambah 15,8 juta selama pandemic COVID-19. Netflix sendiri adalah layanan streaming dengan menyediakan banyak film dan serial, termasuk anime juga. Beberapa studio animasi Jepang juga sudah ada yang bekerjasama dengan Netflix seperti NAZ-Anime & Company Studio, Science SARU, dan MAPPA. Oleh karena itu, masyarakat tidak perlu lagi datang ke bioskop untuk melihat film anime. Masyarakat menjadi lebih mudah untuk mengakses anime di mana saja dan kapan saja.

Selain itu juga, industri animasi Jepang menggunakan cara konvensional sekaligus merangkul teknologi digital berbasis virtual pada proses produksi untuk bertahan di situasi Pandemi COVID-19. CEO Polygon Pictures menuturkan bahwa studio animasinya mengadopsi susunan pekerjaan yang lebih fleksibel tanpa menurunkan efisiensi dengan menggabungkan pekerjaan in-house di studio dan teleworking yakni staf boleh memilih bekerja di rumah masing-masing (Kelts, 2020). Sebagian studio menjalani proses pengisian suara dengan tetap mengundang seiyuu ke studio perekaman secara satu per satu.

Meskipun penjualan fisik tak dapat dipungkiri merosot, proses distribusi produk industri anime beradaptasi pula dengan mengutilisasi kemajuan media baru dan teknologi daring. Industri animasi memanfaatkan momentum ini untuk merilis anime bekerja sama dengan media digital baru berbasis streaming. Situs-situs ramah kantong yang memasarkan konten-konten anime pun tumbuh subur, antara lain Funimation milik Sony, Crunchyroll bagian dari Warner Media dan HIDIVE dari Sentai Filmworks (Kelts, 2020). Terlebih layanan streaming fenomenal seperti Netflix, Amazon Prime Video, HBO Max, Viki Rakuten, dan sebagainya, telah menambahkan kategori khusus anime bagi pelanggan mereka. Tak mau kalah, stasiun TV besar Jepang, yakni Nippon TV (NTV) meluncurkan divisi baru berdedikasi untuk menayangkan konten anime (Frater, 2020). Transaksi daring penjualan produk anime yang berbentuk fisik seperti merchandise ataupun buku manga dilakukan bersamaan dengan acara virtual atau diperdagangkan di toko digital maupun e-commerce.

Konvensi anime yang biasanya menjadi wadah untuk mempertemukan konsumen, penggemar, dan para seniman (fan-artist) dikemas dalam acara daring. Komunitas penggemar tersebut mencoba mereplikasi interaksi yang diperantarai oleh media sosial. Penyelenggara konvensi juga berupaya menghematnya dengan fitur siaran langsung memanfaatkan layanan video konferensi seperti Zoom dan Twitch (Kelts, 2020). Kelts (2020) menambahkan bahwa Virtual Youtuber (VTuber) juga berkembang pesat untuk menghibur penikmat konten anime, sebab konten yang menyerupai vlog menggunakan visual berkarakter anime.

Dengan demikian, pandemi COVID-19 justru membuka peluang bagi industri anime agar menjadi semakin adaptif terhadap kondisi krisis. Pandemi yang “merumahkan” sebagian besar masyarakat di seluruh dunia membuat tindakan manusia menjadi terbatas. Walaupun kegiatan terbatas, masyarakat bisa memanfaatkan platform daring untuk mengisi waktu luangnya dengan menonton anime kesukaan dipasok oleh industri animasi. Platform daring menjadi asa baru bagi sektor bisnis termasuk industri anime sehingga para penggemar anime bisa tetap menikmati serial anime yang disukainya dan dari pihak studio animasi bisa lebih meningkatkan kreativitasnya untuk memenuhi keinginan dari penggemar anime.

Referensi

Frater, P. (2020, Oktober 20). Japan’s Nippon TV Launches Animation Division. Variety. Diakses 19 Februari 2021 dari https://variety.com/2020/tv/asia/japan-nippon-tv-launches-animation-division-1234810538/

Kelts, R. (2020). Anime Businesses Move Online to Survive the Pandemic. Japan SPOTLIGHT. Diakses 19 Februari 2021 dari https://www.jef.or.jp/journal/pdf/234th_Special_Article_01.pdf

--

--