ceyi
6 min readAug 12, 2024

Seungcheol, yang memang pada dasarnya sangat mudah terbangun oleh suara atau pergerakan apapun, mengerutkan alisnya tanda ia sedang terusik. Ia yakin ini masih tengah malam, tapi kenapa matanya terganggu dengan sorotan cahaya di sekitar wajahnya. Matahari kah?

Begitu ia membuka matanya perlahan, ternyata cahaya itu berasal dari ponsel sang kekasih yang sedang dimainkan. Di keadaan ruangan yang gelap seperti ini, cahaya ponsel itu menjadi sangat cerah mengganggu mata.

“heh, ko gak tidur?” tanya Seungcheol dengan suara yang serak.

Jeonghan yang kaget mendengar suara sang kekasih langsung mendongak kearah wajah Seungcheol yang tepat berada di atas kepalanya.

Posisi mereka tidak berubah sejak pertama kali mereka membaringkan tubuh di kasur. Jeonghan yang tenggelam di pelukan sang kekasih, dan sang kekasih yang memeluknya dengan hangat.

“gak bisa tidur.. Gara-gara seharian ini aku tidur mulu..” jawab Jeonghan pelan, ia segera mematikan layar ponselnya.

“mau minum?”

“enggak. Jangan kemana-mana.”

“gak kemana-mana, gelas kamu kan itu di nakas.”

“gak mau minum..” Jeonghan mengeratkan pelukan yang tadi sempat terlepas di pinggang Seungcheol. Kali ini lebih membenamkan lagi wajahnya di dada bidang sang kekasih.

“yaudah tidur lagi..”

”.....”

“jangan dulu main handphone, kamu masih pusing. Takut radiasi.” bisik Seungcheol memecah keheningan. Ia tau kekasihnya ini belum kembali tidur.

“ngecek bentar, banyak chat nanyain aku udah di Indonesia apa belum..”

“duh artis london nih. Banyak yang kangen kali ya.” ledek Seungcheol.

”...aku kan ngangenin. Kamu aja tau rasanya kangenin aku, yakan?”

“iya kah?” Seungcheol tertawa mendengar candaan yang Jeonghan lontarkan.

”...ohh biasa aja ya? Pantes bawaannya ngajak berantem mulu.”

“mulaiii.”

“kamu duluan yang resek.” Jeonghan memukul punggung Seungcheol dengan tenaga yang tersisa. Menimbulkan tawa renyah dari sang kekasih.

“Kalau bisa juga aku maunya tetep di sini pak..” ucap Jeonghan tiba-tiba serius.

“......”

“tapi ini bukan sesuatu yang bisa aku batalin gitu aja kan? Ini pilihan terbesar yang pernah aku ambil. Banyak yang aku korbanin waktu mutusin pilihan ini. Dan gak nyangka, ternyata aku harus korbanin kita bertiga juga..” Seungcheol mengucup rambut Jeonghan berulang kali, tanda bahwa ia pun sangat prihatin akan keadaan mereka saat ini.

“sayang, mau seberapa sedih aku dan mas ditinggal kamu ke London, gak akan pernah aku ucapin jangan pergi ke kamu.. Jadi kamu gak harus berat ninggalin kita..”

“i know..”

”... kali ini aku mau mulai belajar buat relain kamu pergi. Empat tahun waktu dan kesempatan yang aku kasih ke kamu kan? Aku masih bisa tahan. Kalau ternyata setelah empat taun kamu masih mau jauh dari aku, aku nyerah.”

“empat taun aja aku gak sanggup. Apa lagi lebih dari itu, yang.”

“oyaaaaa?” tanya Seungcheol menggoda. Ia kembali menundukkan kepalanya untuk menatap Jeonghan.

“ck.”

“iyaa percayaa~”

“lagi serius gini masih bisa bercanda?” Jeonghan dengan jahil mengigit hidung Seungcheol yang tepat berada atas kepalanya.

“awh yaaang!” keluh Seungcheol sebal.

“anyway, jujur sama aku. Hampir lima bulan kita ldr, kamu ada gak ditaksir atau naksir orang lain gitu, kan koneksi kamu sekarang makin banyak tuh, mana sekarang udah pada tau aku jauh dari kamu lagi, ada gak?”

Seungcheol sedikit kaget mendengar pertanyaan Jeonghan.

“kamu nanya kaya gitu, ngarep aku jawab 'ada' apa gimana deh? Ya gak ada lah. Harusnya aku yang nanya gitu ke kamu, di sana banyak bule ganteng, apa gak ada kepincut satu pun?”

“dibilang aku tu gak suka bule. Bule yang suka sama aku.”

“ck.”

“beneran gak ada yang kamu taksir? Kalau yang naksir kamu sih pasti banyak yaa.” tanya Jeonghan lagi.

“ada sih… Tapi wajar lah aku kalo liat orang cantik ya kepincut, tapi kan bukan berarti aku jadi pengen deketin!”

“hah, apa? wajar?” Jeonghan membelalakan matanya berlebihan, membuat Seungcheol yang melihat malah tertawa renyah.

“ya maksudnya orang kalo liat cewek atau cowok cantik gitu ada kah yang biasa aja??”

“aku! Aku liat ada cowok ganteng biasa aja??? Gak kaya kamu tiap liat cewek seksi, matanya jelalatan!” omel Jeonghan kesal.

“kapan???”

“kipin???”

“dih serius, kapan juga aku kaya begitu.”

“iya deh percaya.”

“gak ada yang, asli ni tiap hari dibayangan aku cuma ada kamu.”

“halahh.”

“yaudah kalo gak percaya.”

Jeonghan menyikut perut Seungcheol sedikit keras, menimbulkan erangan dan tawa dari sang kekasih.

“beneraann.”

“iyaaaa.”

“tapi aku serius sayang??”

“iya bapak!”

“aku serius mikirin kamu terus tiap ha-”

“iyaaaa percaya!”

“kenapa sih, kenapa jadi malu gitu??” tanya Seungcheol dengan senyum yang semakin lebar melihat Jeonghan yang membenamkan wajahnya di dada Seungcheol lebih dalam.

“bisa diem gak???” seru Jeonghan sebal. Kalau saja lampu kamar ini menyala, sudah pasti rona di pipi dan kupingnya terlihat jelas oleh Seungcheol.

“kamu diajak romantis malah begini gimana sih.”

“geli tau! Udah ah diem, mau tidur!”

“haha, yaudah tidur deh, gak asik banget.”

”......”

“besok, waktu kamu bangun, jangan kaget kalo kamu masih bisa liat aku.”

”....?”

“aku udah batalin dinasnya. Mau di sini aja sampe bayi aku sembuh.”

”......”

“okay?”

“i-iya.. Makasih bapak~”

“aku yang makasih. Sekarang tidur!”

“..good night lagi.”

“good night lagi.”

Pagi harinya, mereka berdua sudah bangun dengan keadaan Jeonghan yang sudah mulai membaik, walaupun masih lemas dan pusing, tapi demamnya kini mulai turun.

“aku cari kopi dulu ke bawah ya sayang, kamu ada yang mau dititip gak? Mamah sama adek kamu udah menuju sini katanya.” ucap Seungcheol sambil sibuk memakai jam tangan.

“cari kopi ke kantin?”

“iyah, apa aku tunggu mamah sampe aja?”

“kalo mamah udah deket sini sih gak apa-apa kamu turun aja sekarang.” Ucap Jeonghan tidak tega melihat calon suaminya itu tidak meminum kopi seperti biasa.

“okay, kalau butuh apa-apa langsung panggil suster. Jangan ke toilet sendiri.” Seungcheol mengecup pipi Jeonghan sekilas. Lalu beranjak pergi ke luar kamar untuk mencari kopi paginya.

Setelah mendapatkan kopi yang sedari malam sangat ia inginkan, Seungcheol pun kembali menuju kamar inap sang kekasih dengan suasana hati yang senang. Memang solusi kepenatan untuk Seungcheol di pagi hari adalah kopi.

Sebelum ia sampai di depan pintu kamar Jeonghan, ia bisa mendengar suara ramai sekumpulan orang di dalam sana. Suara-suara tawa akrab dari entah siapa.

Dengan ragu, Seungcheol membuka kenop pintu yang tertutup rapat itu. Dan benar saja, di dalam kamar Jeonghan, kini ada sekitar lima orang yang ia sangat kenal.

Tapi ada yang membuat Seungcheol sedikit sebal. Ia tidak menyangka bahwa akan ada orang yang paling membuat Seungcheol was-was di sana, duduk di kasur Jeonghan.

Mereka terlihat sangat akrab, tertawa bersama seperti bukan orang yang sedang sakit. Padahal selama kekasihnya itu di rumah sakit, belum pernah Seungcheol melihat Jeonghan tertawa selepas itu.

Tapi air wajah Jeonghan seketika berubah menjadi pucat begitu matanya bertatapan langsung dengan mata tajam Seungcheol.

“Mas.” sapa adik Jeonghan ㅡLee Chan, yang sedang duduk di samping Soonyoung.

“hai.”

“dari kantin?” tanyanya lagi.

“iya, beli kopi.” seru Seungcheol seadanya. Ia lalu melangkah menuju kunci mobilnya berada. Tepat di sebelah pria yang duduk di kasur Jeonghan.

“permisi..”

“…oh?”

“kunci mobil gua.” Seungcheol meraih kunci itu dengan susah payah, mencoba untuk tidak menyentuh pria itu sedikit pun.

“mau kemana pak?” tanya Jeonghan was-was.

“dari tadi nyong?” Seungcheol mengalihkan pembicaraannya pada sang adik tanpa membalas pertanyaan Jeonghan.

“barusan banget, sambil nganter budhe.”

“oh.” Seungcheol lalu menoleh kearah Ibu Jeonghan yang sedang sibuk mengupas buah.

“mah, Cheol pulang dulu ya, mau ganti baju sekalian ke kantor bentar..”

“ini sarapan dulu, le!”

“nanti aja deh mah, terlalu penuh di sini, nanti diomelin suster.” sindir Seungcheol sembari melirik sinis pada sang kekasih yang juga sedang menatapnya canggung.

“yah.. padahal aku udah bikinin ornigiri kesukaan mas sama kak Han.” ucap Lee Chan kecewa.

“oyah?”

“bawa aja mas, sarapan di mobil..”

“boleh, aku bawa pulang aja ya..” Seungcheol berusaha tersenyum manis agar calon adik iparnya ini tidak kecewa.

“kemana sih mas, kita baru dateng juga.” seru Soonyoung sebal.

“gerah. Mau mandi. Cheol pamit ya mah..” sekali lagi, Seungcheol melirik kearah sang kekasih.

“ati-ati Cheol! Kabarin Han kalau udah sampe rumah.”

“iya mah.” Seungcheol pun menghilang kembali di balik pintu.

Jeonghan menghela nafasnya sedih. Kekasihnya itu bahkan tidak berpamitan??