Satu jam itu lama, jepret tiap detikmu

Sofia Suryani
2 min readJun 24, 2024

--

Aku baru menyadari hal ini, tadi aku menonton “Janji Joni”. Seperti yang kalian tahu, film yang berdurasi kurang lebih satu jam itu menceritakan Joni, sebuah cerita selingan, ketika ia mengantarkan roll film. Aku menyukai latar yang diambil dalam film tersebut, sesuatu hal yang remeh temeh tapi kalau ternyata dijepret secara apik akan memberikan cerita baru dan bermakna. Joni mengalami banyak hal ketika dalam perjalanannya mengantarkan roll film. Kesedihan, nasihat, kemanusiaan, jatuh cinta, dan lainnya. Pokoknya kalian lihat sendiri saja. Karena ini memang dituliskan untuk refleksiku terhadap apa yang aku rasakan saat ini.

Ah kembali lagi terhadap kesadaranku akan hal baru. Satu jam, mungkin, yang Joni alami bisa terdengar hanya cerita remukan rengginang di sofa lebaran. Tidak berarti. Tapi ternyata tidak, banyak sekali hal hal dan arti hidup yang ia dapatkan saat Joni menjelajahi selingan tersebut.

Satu jam, dengan berbagai kesibukan agaknya terlihat mudah bagi kita lewati. Kadang aku tergesa untuk segera menuju masa depan tanpa menikmati tiap detik dan kayanya tidak terpikirkan olehku untuk menjepret tiap detik yang sedang ku lalui. Pernah ga si kalian terlalu menggebu ketika mengerjakan sesuatu dan menjadikan satu detik itu sebuah remahan?

Perpindahan kejadian ternyata dipegang juga oleh si detik. Bahkan dia yang ikut campur dengan bagian terbesar pada tiap loncatan kejadian. Kejadian dari aku bersemangat kemudian lumpuh tak berdaya sedih, si detiklah yang menjadi saksi mata pergantiaan alur itu. Tapi begitulah aku, mungkin juga kamu. Tergesa karena waktu, hingga lupa menghadirkam waktu pada setiap perjalananmu. Aku jadi belajar untuk menjepret waktu, menikmati dikit demi sedikit detik berdetik. Si detik berbicara tik tik tik CUT dan berganti alur.

Aku jadi ingin menikmati setiap jerawat yang sedang tumbuh di mukaku. Aku jadi ingin menikmati setiap hembusan dan suara krotok kipas angin kamarku. Aku ingin jadi menikmati setiap harum bau badan orang tuaku. Karena ternyata tiap detik itu berguna dan berarti, aku terkadang tidak sadar tiba tiba jerawatku sudah sembuh padahal detik yang selalu menjadi pemandang terbesar perubahan jerawat di wajahku. Iya kan, aku terkadang bergegas untuk cepat menyembuhkan jerawat dan berbagai hal yang tidak ku inginkan tanpa ada rasa sayang akan detik yang berlalu dan rasa ketika melewati itu. Aku ternyata jarang memaknai apa yang sudah terjadi di diri dan hidupku.

Aku jadi ingin menjepret setiap detik yang ku lalui. Bukan jepret itu, nanti storageku habis jika aku selalu jepret tiap detik hidupku. Tapi rasa syukur dan rasa menikmati apa yang sedang ku lalui. Apa pun itu, termasuk ketika sedang tidak berprogress. Terlentang di gelap kamar, mendengar suara tetangga menelpon, dan hembusan kipas angin. Ternyata semenyenangkan itu. Dan aku gatau, kapan kah hal remeh temeh ini akan berakhir dan tak akan ku ulang lagi?

Jadi, jepret tiap detikmu dengan rasa syukur. Nikmati dikit demi sedikit. Tak perlu tergesa, rasakan tiap detik perpindahan alurnya.

Terima kasih,

Sofia Suryani

--

--