Di Balik Tembok Kekaisaran

Chanopus
7 min readMar 31, 2024

Bertahun-tahun sejak kekalahan Dellway, kini situasi di Auduma entah bisa dikatakan membaik atau justru menjelma seperti siksaan neraka.

Kekaisaran Roseline berhasil mengembangkan sayapnya meluas hingga dapat menguasai seluruh dataran. Kleypas dan Lindsey tak membutuhkan waktu lama untuk kemudian langsung bertekuk tak berdaya.

Beginilah kini keadaan Auduma.

Rapuh serapuh-rapuhnya, bahkan kerapuhan kaca sendiri tiada arti dibandingkan Auduma yang tengah menahan napas atas seluruh kekacauan yang terjadi di atas tanahnya.

Di sanalah berada, seorang gadis yang tinggal di balik tembok Istana Kekaisaran—yang mulanya adalah Istana Kerajaan Dellway.

Adyla Ianor, adalah putri dari seorang selir yang wafat setelah melahirkannya. Ia dibawa oleh dewan kekaisaran sebab diyakini akan menjadi penerus takhta selanjutnya.

Siapa yang tahu di mana saja dan pada siapa saja Kaisar Hardin mendatangi perempuan di tengah pergolakan peperangan yang tengah terjadi di tanah Auduma? Nasib baik Roseline masih bisa menemukan jejak dari selir terakhir sang Kaisar yang setidaknya masih selamat hingga bisa melahirkan keturunannya.

Bukanlah hal yang mengejutkan jika siapapun wanita yang didatangi oleh Hardin biasanya tidak dibiarkan bernyawa lebih lama—Kaisar itu jelas tidak ingin memelihara banyak wanita, atau mungkin memang tidak memiliki minat untuk memiliki siapapun.

Ia sibuk dengan ambisinya, begitu menggebu-gebu untuk mendapatkan apa yang ia rencanakan.

Hardin awalnya mendapati kedatangan bayi perempuan itu dengan sorot mata tidak tertarik, dalam hasratnya ia ingin mencekik leher bayi itu sebab kekonyolan macam apa yang ia dapatkan, perjuangan besarnya untuk menaklukkan seluruh dataran kelak akan diserahkan pada seorang anak perempuan.

Tetapi setelah bujukan dari berbagai pihak, Adyla akhirnya diperkenankan untuk tinggal dan besar di istana. Selama itu pula rupanya Kaisar tak lagi menunjukkan minat untuk mendatangi wanita.

Adyla sendiri merupakan nama yang diberikan oleh Hardin secara pribadi. Kanselir bersikeras menyatakan bahwa alangkah lebih baiknya seorang putri diberi nama langsung oleh orangtuanya sendiri.

Adyla adalah bisikan yang Hardin dengar, diambil dari kata adylas yang bermakna cambukan dalam bahasa kuno Auduma.

Itu adalah nama yang kejam, entah akan berakibat sial ataukah justru kebalikannya. Tapi mungkin dengan nama itu, putrinya itu akan terbiasa untuk menderita—Hardin tidak sudi memiliki pewaris yang lemah.

Keberadaan Adyla di istana sontak membuat khalayak terkejut, kabar itu langsung menyebar ke seantero Auduma—dan jelas pastinya banyak dari orang-orang Auduma yang mengutuk putri kekaisaran tersebut.

Sungguh malang nasibnya, ia terpaksa menerima hujatan atas dosa yang diperbuat ayahnya.

Kala Adyla berusia 7 tahun, barulah Hardin sudi untuk menemui putrinya itu. Ia tumbuh begitu cantik, Hardin tidak tahu apakah rupa itu diturunkan dari ibunya—ia tidak ingat wajah ibu dari anak ini. Rambutnya berwarna cokelat gelap, matanya biru pucat sedingin netra miliknya.

Gadis kecil itu jelas tampak terkejut dan terintimidasi oleh keberadaan Hardin yang sama sekali tidak menunjukkan keramahan. Ia terus menunduk, meremas gaunnya, mungkin hendak menangis?

Jelas Hardin akan meminta anak ini segera disingkirkan dari pandangannya jika memang ia akan menangis.

Tapi Adyla kecil cukup berani. Mungkin selama tumbuh bersama para pengasuh, setidaknya ia tahu bahwa ayahnya tidaklah baik.

Jelas.

Ayahnya bukanlah seorang ayah.

"Kau tumbuh dengan baik, menjadi gadis yang bisa dicintai. Entah apakah kau akan tumbuh menjadi wanita yang pandai merayu ataukah sebaliknya, tapi jelas aku tak berniat membesarkan seorang pewaris yang tak lebih dari sekadar boneka porselen."

Adyla mendongak, matanya yang bulat memandang sosok ayahnya dengan penuh ketidakpahaman.

"Tentu saja bocah sepertimu tidak akan paham maksudku. Tapi kau harus memahaminya. Aku adalah kaisar, bukan gurumu, dan janganlah kau mengharap aku akan menjadi ayah yang baik." Hardin mencondongkan tubuhnya, menatap bola mata bulat milik Adyla telak, "Setidaknya dalam hal itu aku masih cukup baik sebab telah memberitahumu."

Bayangkan saja seorang anak perempuan mendengar ucapan itu terlontar langsung dari mulut seorang pria yang dikatakan adalah ayahnya, tentu ia akan ketakutan, dan ucapan itu jelas terus terngiang di dalam benaknya.

Audukamara jelas tertawa mendengar ucapan Hardin, ia berkata bahwa Hardin sungguhlah ayah yang buruk, mestinya Hardin memberikan sedikit rasa iba pada putrinya atau sedikit perhatian setidaknya ketika putrinya itu masih kecil. Tapi Hardin tak peduli.

Kenapa ia harus bertanggung jawab atas apa yang akan putrinya rasakan?

Ia bukan seorang pengasuh.

Maka pertemuan itu pun selesai, Hardin tak lagi menemui putrinya sebab tak dirasa memiliki kepentingan akan hal tersebut. Ia hanya menaruh kepedulian sedikit ketika Adyla akhirnya memasuki usia remaja dan mengadakan debutante.

Sejak itulah, Adyla memandang dunia di balik tembok istana dengan netra yang sedikit terbuka.

Di pesta debutante, Adyla menjumpai banyak orang. Kisah-kisah mengenai kekejaman ayahnya jelas sudah tidak asing baginya. Tapi kala itu adalah kali pertama Adyla berjumpa dengan pengawal pribadi ayahnya.

Adyla pernah mendengar kisah itu. Bagaimana ayahnya menyiksa seseorang yang pernah melawannya langsung di pertempuran kala ia menyerang Dellway dengan menjadikannya sebagai pengawal pribadinya. Pengawal pribadinya itu semula adalah Guardian, sebuah unit yang pernah ada di masa Roseline masihlah sebuah kerajaan.

Andreas Delacary, saat itu mengangguk penuh hormat tatkala pandangannya bertemu dengan Adyla, gadis itu hanya membalasnya dengan anggukan kikuk, terkejut pula sebab setelahnya Andreas justru berjalan mendekat, dan mengucap salam secara formal pada Adyla.

Jelas dari kejauhan, Adyla bisa merasakan sorot mata ayahnya terasa dari kejauhan, dari singgasananya. Hardin tentu saja tetap mengawasi pergerakan putrinya, terlebih kali ini ia akan berinteraksi dengan Andreas—seseorang yang sangat besar kemungkinan akan bertingkah lancang.

Meskipun telah berada di bawah kakinya, dengan leher yang terikat sebagaimana anjing penjaga pada umumnya, Hardin tentu tidak bodoh. Andreas adalah sosok dengan kemungkinan kudeta yang paling besar.

Ayolah, Hardin tentu sadar total bahwa ia diawasi dan diintai oleh banyaknya musuh di sekitar. Inilah tantangan yang cukup seru, menyaksikan mereka yang berada di bawah kaki Hardin menggeliat dengan wajah geram hendak melawan, tanpa sadar sepenuhnya di mana mereka kini berada.

Adyla memandang keputusan ayahnya dengan menjadikan Andreas Delacary sebagai salah satu dari anak buahnya adalah tindakan yang cukup keji sebab jelas menyayat harga diri dari pria itu.

Peperangan antara Roseline dan Dellway adalah peperangan yang paling besar dibandingkan penaklukkan Roseline terhadap negeri-negeri lainnya di Auduma. Jelas pula kekalahan Dellway pasti menjadi luka menganga yang hebat terasa sakitnya. Terlebih, selain menaklukkan, Roseline justru merebut wilayah Dellway dan mengubah wilayah ini total sehingga Dellway yang dulu tak lagi bisa dikenali sebab kini menjadi ibukota Kekaisaran.

Status Andreas adalah seorang kesatria, jelas ia berperawakan tinggi dan gagah. Di sebelahnya, seorang pemuda berdiri di samping Andreas tepat ketika Andreas kemudian berucap sopan, "Selamat atas debutante anda, Putri Adyla. Ini adalah kali pertama saya diberi kehormatan untuk bisa bertemu dengan anda. Saya adalah Andreas Delacary, jelas anda pasti sudah pernah mendengar nama saya, bukankah begitu?"

Adyla mengangguk dan menjawabnya dengan canggung, tapi tatapannya tak bisa beralih pada pemuda jangkung yang berdiri di sebelah Andeeas. Mungkinkah ia adalah putranya?

Andreas rupanya sadar atas sorot mata Adyla, maka cepat-cepat pria itu berdeham pelan, lalu memperkenalkan pemuda di sebelahnya.

"Perkenankan saya mengenalkannya pada Tuan Putri. Ini adalah putra saya, Elenor Delacary. Ia seusia dengan anda, dan telah resmi lulus dari akademi militer."

Gadis itu tanpa sadar menaikkan kedua alisnya terkejut. Rupanya benar perkiraannya bahwa pemuda ini adalah putra Andreas.

Elenor dengan gerakan pelan meraih tangan Adyla, lalu mengecup punggung tangannya pelan, sebuah tindakan ramah tamah yang biasa dilakukan. Tapi Adyla justru belum terbiasa, ia sempat terkesiap pelan akan hal tersebut, sempat pula Adyla merasa pipinya terasa panas.

Pemuda itu tersenyum, "Sebuah kehormatan bisa bertemu dengan anda, putri Kekaisaran Roseline." Jelas Adyla mendengar bagaimana Elenor menekan bagian ketika ia menyebut Adyla sebagai putri Kekaisaran Roseline.

Hal itu membuat Adyla merasa sedikit tidak nyaman, tapi ia tidak ingin mencari tahu lebih lanjut apa maksud dari perkataan Elenor.

Setelahnya, dengan penuh keramahan, Elenor meminta Adyla agar bersedia untuk berdansa dengannya. Hal itu pun disanggupi oleh Adyla. Mereka berdua akhirnya berjalan mendekati bagian tengah lantai dansa.

Hardin mengerutkan keningnya, masih dengan tatapan tak tertarik, pria itu terus memperhatikan gerak-gerik putrinya. Ia bersumpah akan menghukum putrinya itu jika ia berbuat kebodohan—debutante ini juga akan jadi pertanda bahwa Hardin tak akan lagi segan-segan untuk turut mendidik Adyla dengan caranya.

Sekali lagi, Hardin tak ingin membesarkan seorang pewaris hanya sekadar menjadi boneka porselen.

Gerakan dansa Adyla rupanya sangat luwes. Jelas Elenor pasti tidak heran akan hal tersebut. Di balik tembok istana, pastilah Adyla dididik dengan baik.

"Bukankah amat tenang bagi anda, tuan putri. Untuk bisa tinggal dan hidup dengan nyaman di balik tembok istana?" Elenor berucap pelan, hampir berbisik.

Adyla jelas terkejut mendengar ucapan Elenor yang tidaklah bermakna sebaik dari apa yang terdengar. Gadis itu tersenyum tipis, semakin tidak mengerti apa maksud dari perbincangan yang sebenarnya hendak Elenor bahas.

"Anda tidak bisa mengatakan bahwa kemewahan dan kenyamanan itu adalah restu dari rakyat anda. Tidak mungkin anda menganggapnya demikian, bukan?"

Elenor mungkin tidak menyukainya, Adyla merasa tidak nyaman, gerakan dansanya semakin terpatah-patah. Hal itu disadari oleh Hardin.

"Seperti aku tahu maksudmu. Tapi jika kau berpikir bahwa aku sama sekali tidak memikirkan—"

"Tentu saja anda tidak mungkin berpikir sama seperti saya," potong Elenor cepat, ia tersenyum. Lelaki itu lalu melangkah mundur dengan tangan yang masih bertaut pada Adyla, salah satu bagian dari dansa yang tengah mereka lakukan.

"Apa maksudmu?" Adyla semakin tampak cemas, ia bertanya tatkala keduanya kembali mendekat.

Elenor menunjukkan senyumnya, "Saya berpikir bahwa kekaisaran ini telah membusuk hingga ke inti. Tentu saja ada banyak sekali hal yang mesti Kaisar Roseline hadapi. Tapi dari berdirinya kekaisaran ini, ada banyak sekali hal yang mesti diperbaiki."

Detik itu, Adyla akhirnya paham bahwa Elenor tidak berniat menjadi temannya, tapi bukan berarti ucapannya itu adalah sinyal bahwa Elenor berniat untuk menjadi musuhnya.

Tetapi, sebelumnya, Adyla mesti mengetahui di mana sebenarnya ia berpijak? Pada ayahnya, ataukah justru pada hal yang bisa ia percaya sebagai hal yang benar?

Ayahnya tidak bisa Adyla anggap benar sedari awal. Itu adalah hal yang jelas.

--

--