Memudarnya Kemesraan Buku

— kejar kuantitas, lupa kualitas, terlena antusias

Kamila
2 min readDec 17, 2023
Photo by Julia Kicova on Unsplash

Pertemuan dengan akun-akun pencinta buku membawaku kepada kebiasaan membaca yang baru. Tanganku bergerak secara produktif membalik kertas-kertas hingga tandas tiga sampai lima jam, lalu membuka buku baru dan berusaha lekas merampungkannya pula. Begitu terus seolah-olah sedang dikejar sesuatu. Sehari saja tak membuka buku seakan-akan membuatku tertinggal jauh dari peradaban. Hal inilah yang kemudian membuatku berpikir ulang ketika melabeli akun X-ku (Twitter) sebagai booktwt.

Kok aku malah fokus ke kuantitas, ya? Secepat-cepatnya merampungkan bacaan supaya dapat melahap buku-buku yang lain. Namun, aku lupa untuk mencernanya. Ada yang hanya kucerna sebagian, ada yang nyaris langsung lenyap tanpa kurasakan kedatangannya, apa lagi maknanya.

Semua bermula pada Oktober 2023. Aku mulai aktif memantau akun base literasi, membagikan bacaanku, dan membuka diri untuk mengikuti-diikuti akun-akun pencinta buku. Berada di lingkungan merekalah yang membuatku tergerak melahap banyak-banyak buku. Sebab dari mereka, banyak yang membagikan kebiasaan membacanya satu buku satu hari, meng-update bacaan setiap hari, hingga target tahunan mereka yang mencapai 50–100 buku.

Barangkali aku FOMO, merasa takut akan tertinggal. Buktinya, dari yang sebelumnya aku hanya membaca buku maksimal empat dalam sebulan, kini dapat melambung hingga 33 buku. Rasanya aku ingin mengisi kalendar hari itu dengan buku terus-menerus. Buku apa saja aku lahap, tetapi kebanyakan ialah fiksi berupa novel, antologi cerpen, dan novel grafis. Genrenya pun aku tampung semuanya. Namun, makin banyak aku membaca, jiwaku tidak merasa penuh. Saat itulah aku menyadari aku kehilangan waktu bermesraan dengan buku yang kubaca.

Menyadari waktu berkualitasku dengan buku berkurang jauh akibat mengutamakan kuantitas, kini aku mulai memperbaiki pola bacaku. Aku mengusahakan waktuku bersama buku dapat berlangsung semesra mungkin. Perlahan-lahan mencerna kalimat per kalimat, membalik kertas dengan lembut tanpa terburu-buru, menikmati tiap perjalanan yang disuguhkannya, semuanya. Aku ingin menikmatinya seperti dahulu: membaca dengan santai, membaca dengan perlahan, membaca dengan meresapi segalanya.

Bukti kesetiaanku pada buku yang lain ialah sebisa mungkin mencatat informasi penting dan perasaan ketika membacanya di catatan khususku — semacam jurnal membaca. Kemudian menyisihkan waktu untuk memikirkan kembali isi buku tersebut. Selepas itu, aku akan menulis resensi/reviu di X, Instagram, Medium untuk sekaligus melatih keterampilan berpikir dan menulisku.

Namun, apabila dengan tempo sesantai-santainya ini bacaanku pun bisa melebihi sepuluh buku dalam sebulan, aku tidak akan mempermasalahkannya. Asalkan, aku menjalaninya dengan tenang dan tidak terburu-buru, dengan rasa ingin melahap banyak ilmu, bukan mengejar target agar sebanyak kawan booktwt yang lain.

(2023)

--

--