— asistensi

Reia
3 min readDec 12, 2023

--

Pagi harinya Awanda cukup sibuk, sebab dia kelimpungan mencari dimana charger miliknya. Terakhir kali sih kayaknya di kamar. Kayaknya. Cuma dirasa-rasa sih gak ada. Dia udah membongkar lemari hingga menggeserkan kasurnya, namun tetap nihil. Mau gak mau dia pinjam charger salah satu temannya.

Nama Diola terlintas lebih dahulu di kepalanya. Evan dan Shadira sudah pergi ke kampus barusan. Memang bucin sekali dua sejoli itu, kemana-mana pasti selalu berdua. Kalau Randika pasti masih tidur, gak enak mau banguninnya. Sisa hanya nama Diola dan dia mencoba meminjam kepadanya. Setelah mendapatkan izin, Awanda segera mengambil barang tersebut dan pergi ke kampus.

Hari ini di jam 9 akan diadakan seminar nasional dari prodinya. Awanda menuju ruang seminar yang telah ditentukan. Beruntungnya dia tidak telat. Awanda mengambil kursi di barisan tengah, dekat dengan teman seprodinya, namanya Rissa.

“Hai Ris!” sapa Awanda. “Hai! Hai! Sini duduk di sebelah gua!” Rissa melambaikan tangannya.

Di sebelah kirinya Awanda ada Rissa dan tidak lama kemudian di sebelah kanan kursinya di tempati oleh adik tingkatnya angkatan 2021, Jasrana, biasanya dipanggil Rana.

“Hai Kak Awan!” ucap Jasrana sedikit berbisik, takut-takut suaranya mengganggu jalannya seminar.

“Hai, Ran!” Awanda menyapa balik Jasrana dan kembali fokus dengan pembicara seminar.

Seminar berjalan lancar hingga tidak terasa jam makan siang. Semua hadirin membubarkan diri setelah seminar resmi ditutup.

“Wan, ayok makan bareng, laper banget gua anjir.” keluh Rissa. “Ayok deh, gua tau tadi pas seminar pikiran lu udah mau makan dimana, kan?” ledek Awanda. “Hahaha bener lagi!” timpal Rissa.

“Kak Awan, Kak Rissa”, ucap Jasrana. Sontak membuat Awanda dan Rissa menoleh ke arahnya. “Nanti asistensi praktikum dasar-dasar biokimia sama Kak Awan dan Kak Rissa kan?” tanya Jasrana.

“Ya, Ran. Nanti sama kita berdua. Jangan sampai telat ya!” jawab Rissa. “Oke kak! Duluan ya Kak Rissa dan Kak Awan!” Jasrana pamit dan pergi keluar ruang seminar.

“Oke, jadi untuk hari ini hanya asistensi saja. Laporannya tetap ditulis tangan. Silahkan dicatat atau boleh di foto format laporan yang sudah ditetapkan. Minggu depan jangan lupa mengumpulkan laporan pendahuluan sebelum praktikum. Laporan pendahuluan ini berfungsi agar kalian bisa belajar terlebih dahulu dan paham apa yang akan kalian praktikumkan,” ucap Awanda. Seluruh praktikan yang ada di lab mendengarkan Awanda dengan seksama.

“Kemudian akan ada pre-test yang juga dilaksanakan sebelum praktikum, dengan minimal nilai 65. Sebenarnya Profesor Amri minta untuk nilainya itu 70, tapi kami minta untuk 65 saja. Jika nilai pre-test kalian di bawah 65 akan diadakan remedial atau post-test, dan jika kalian sudah 3 kali post-test, maka kalian tidak boleh mengikut di satu praktikum selanjutnya. Paham?” ucap Awanda.

“Paham kak!” sahut para praktikan lab.

Peraturan tetaplah peraturan. Peraturan ini bukan para asisten praktikum yang membuat, melainkan dari pihak prodi atau dosen pengampu yang bersangkutan menginginkan peraturannya seperti ini dan itu. Terkesannya memang menakutkan, Awanda sering kali tidak tidur tenang jika menyangkut praktikum. Bagi Awanda praktikum adalah hal yang menyenangkan, tetapi tidak untuk laporannya.

“Baik, cukup sampai sini. Saya tutup asistensi praktikum hari ini.” ucap Awanda.

Seluruh praktikan, mahasiswa angkatan 2021, segera bergegas menuju keluar lab. Diikuti dengan Awanda, Rissa dan beberapa asisten praktikum lainnya.

Ketika keluar dari lab, dari kejauhan Awanda bisa melihat siapa yang sedang berdiri dan menatap tajam ke arahnya. Orang tersebut berjalan mendekati Awanda dan langsung menggenggam erat tangannya.

“Apaan sih, Yuda! Lepas gak?!” ucap Awanda sambil melepas paksa tangannya.

Sayangnya kekuatan Yuda jauh di atas Awanda, pergelangan tangan Awanda masih digenggam erat, “Ikut aku ke mobil! Ada yang mau aku bicarain!”

“Awan, kita duluan ya.” Rissa dan teman-temannya melihat suasana yang kurang nyaman diantara Awanda dan lelaki yang tadi dipanggil “Yuda” oleh Awanda akhirnya memutuskan untuk pergi meninggalkan mereka berdua.

Sayangnya hal ini akan menjadi malapetaka bagi Awanda. Mimpi buruk Awanda terjadi lagi.

— © coloureia

--

--