Menjawab Pertanyaan yang Paling Sering Ditanyakan Kepadaku: “Gimana tinggal di Singapura?”

Cornelius Yan Mintareja
5 min readMay 26, 2023

--

English version: click here

Pendahuluan

Saya seorang warga Indonesia berumur 25 tahun, sekarang sedang kerja menjadi seorang Software Engineer di Singapura. Setelah tinggal di sini selama lebih dari setahun, saya mulai menyadari bahwa saya jauh lebih menyukai tinggal di Indonesia. Saya ingin memperjelas dahulu dari awal: Singapura punya banyak sekali aspek yang sangat baik, terutama tingginya standar hidup dan gaji yang tinggi. Tetapi, saya menulis ini bukan untuk mendiskusikan hal-hal tersebut, tetapi untuk menceritakan mengapa, sekalipun banyak hal positif, saya merasa tidak cocok tinggal di sini. Terlebih lagi, saya juga bertujuan untuk mendukung teman-teman Indonesia saya untuk menjadi lebih bersyukur terhadap negara kita.

Daya Tarik dari Negara-Negara Maju

Pemandangan kota indah dari Singapura di malam hari

Banyak orang Indonesia yang bercita-cita bisa tinggal di negara maju, ditarik oleh daya ikat gaji yang tinggi dan standar hidup yang lebih tinggi juga. Saya juga dulunya tidak berbeda, dan faktor-faktor inilah yang awalnya membuat saya tertarik untuk berusaha kerja di Singapura. Meskipun demikian, tinggal di sini membuat saya sadar bahwa kenyataan berbeda dengan apa yang saya bayangkan, dan saya menemukan kenyamanan yang lebih besar di Indonesia. Terlebih lagi, dikarenakan pengalaman saya berbicara & berbagi cerita dengan teman-teman asing saya disini, saya merasa beberapa atau sebagian besar poin-poin yang saya berikan dibawah ini juga berlaku terhadap negara-negara maju lainnya, terutama di Asia (seperti China, Taiwan, dan Jepang). Tidak semua orang-orang di Singapura sepenuhnya memiliki sifat-sifat yang saya berikan dibawah ini, tetapi secara umum inilah kondisi yang saya observasi.

Realita dari Kehidupan di Singapura

96% orang-orang di Singapur tinggal di sebuah gedung apartemen
  1. Biaya hidup yang tinggi dan terbatasnya ruang pribadi: Hidup di Singapura sangat mahal (bahkan dengan gaji yang tinggi), dimulai dari perumahan (1 apartemen kecil di Singapura berharga Rp 5–10 Milyar, 1 rumah berharga Rp 25 Milyar++), kebutuhan sehari-hari (Rp 200k untuk sekali makan di restoran), dan kendaraan pribadi (Gojek/Grab Rp 150k per perjalanan). Kebutuhan menggunakan kendaraan umum, dan kurangnya ruang pribadi bahkan di rumah (karena kita tinggal di apartemen), sangatlah melelahkan, dibandingkan di Indonesia.
  2. Orang-orang tidak seramah di Indonesia: Mereka cenderung jauh lebih memikirkan diri sendiri dibandingkan orang-orang Indonesia. Mindset mereka lebih memprioritaskan diri sendiri terlebih dahulu. Meskipun ini juga terjadi di Indonesia, di sini lebih buruk lagi. Dampaknya adalah, secara default banyak orang yang menjadi tidak ramah & tidak berusaha berbuat hal-hal baik (karena tidak ada untungnya berbuat demikian). Mereka juga suka banyak mengeluh, meskipun sudah memiliki standar hidup yang tinggi (terutama dibandingan di Indonesia).
  3. Ternyata saya lebih memilih untuk berada di lingkungan religius: Walau menjadi seorang minoritas di Indonesia, sebagian besar orang yang beragama umumnya masih berusaha berbuat baik di hidupnya. Meskipun seringkali mereka menyebabkan masalah, secara umum saya masih lebih menyukai kondisi tersebut dibandingkan menjalani hidup yang tanpa tujuan selain menjadi orang yang sukses.

Kurangnya Rasa Bersyukur & Tekanan untuk Menjadi Sukses

Selama tinggal di Singapura, saya melihat bahwa meskipun dengan standar hidup dan kekayaan yang tinggi, banyak orang disini, termasuk teman-teman saya dari Singapura, China, Taiwan, dan beberapa negara maju lainnya, terlihat tetap tidak puas, bahagia, dan seringkali dalam stres. Bahkan anak-anak kecil, seperti anak perempuan manajer saya yang baru berumur 5 tahun, sudah harus mengikuti 5 les dan aktivitas ekstrakulikuler di luar sekolah (dengan hampir tidak ada waktu kosong di akhir pekan). Bayi teman manajer saya yang lain juga sudah mulai memasuki sekolah sejak umur 5 bulan. Hal ini sudah sangat menjadi hal yang biasa hingga jika tidak melakukan hal demikian akan mengakibatkan anak tertinggal diantara teman-temannya, yang nantinya akan malah menambah tekanan yang lebih banyak bagi sang anak (dan tipikal orang tua Chinese).

Sebaliknya, di Indonesia, meskipun dengan standar hidup yang jauh lebih rendah dan banyaknya hal-hal yang kurang beruntung, saya mengetahui banyak orang (terutama orang-orang tua) yang masih selalu berusaha memancarkan rasa bersyukur dan maih selalu berusaha berbuat baik kepada orang lain. Hal inilah yang telah membawa saya ke tujuan utama hidup saya saat ini: pada akhirnya memprioritaskan berbuat hal-hal baik bagi orang lain, seperti melayani dan mengorbankan waktu pribadi untuk orang lain. Saya juga melihat bahwa sifat selalu ingin mengejar hal-hal yang tidak kita miliki (selalu ingin lebih) akan membawa seseorang ke siklus rasa tidak pernah puas. Justru, seharusnya kita lebih mengapresiasi dan mensyukuri dengan apa yang telah kita punya.

Orang-orang Indonesia yang bahagia terlepas dari standar hidup yang tidak tinggi

Mengakui “Privilege” yang Saya Miliki

Saya sungguh sangat sadar akan privilege dan keburuntungan yang saya miliki hingga bisa berada di posisi ini, yaitu tinggal dan bekerja di Singapura. Hal ini tidak akan mungkin bisa tercapai tanpa kebaikan dan bantuan begitu banyak orang-orang disekitar hidup saya, yang mana saya sangat berterima kasih. Tetapi mengakui privilege ini saja tidak cukup. Saya ingin menggunakan perspektif unik ini untuk membantu orang lain. Hal terkecil yang bisa saya lakukan saat ini adalah dengan berbagi wawasan dan pengalaman saya dengan niat untuk membantu sesama teman-teman Indonesia saya. Silahkan, siapapun (bahkan yang saya hampir tidak pernah berinteraksi juga), jangan ragu untuk menghubungi saya jika menurutmu saya dapat membantu dengan mendengarkan dan memberikan saran dalam aspek apapun, berdasarkan pengalaman saya yang sangat beruntung ini.

Penutup

Kesimpulannya, saya sadar bahwa saya lebih memilih tinggal di Indonesia. Saya menganggap diri saya sangat diberkati dan beruntung akan pengalaman ini dan hal ini telah membuat saya melihat hal-hal baik dari Indonesia dengan lebih jelas. Harapan saya, kita semua dapat merenungkan hal ini dan memupuk rasa syukur yang lebih dalam dalam kehidupan kita sehari-hari sebagai orang Indonesia.

Bonus Meme

--

--