Dahlia
3 min readJan 14, 2022

SEBUAH PERMULAAN

Kala itu, malam bulan purnama di Jakarta tampak menyambut kelahiran seorang gadis cantik pada tanggal 10 Juni 1984. Ia diberi nama Agatha Soraya Bratarini. Panggilan akrabnya, Soraya.

Ia tumbuh menjadi gadis yang selalu dibanggakan oleh kedua orang tuanya. Kasih sayang pun tidak pernah lepas, membuat Soraya tumbuh menjadi gadis ceria. Tak jarang orang lain ikut tersenyum dibuatnya.

Pintar, ramah, sopan. Siapa yang tidak senang melihat Soraya kala itu? Seolah sang puan tidak memiliki kekurangan barang sedikit pun. Bahkan saat adiknya lahir, Soraya turut membantu dan merawat adik kecilnya tersebut.

Namun, tidak ada yang pernah menyangka bahwa kebahagiaan itu hanya bersifat sementara. Semua itu akan menghilang dan lenyap bagai ditelan bumi.

Masa SMA selalu menjadi masa yang tidak terlupakan. Begitu halnya dengan Soraya. Ia tidak akan pernah bisa melupakan masa SMA yang berhasil merenggut masa depannya, membuat dirinya hancur berantakan.

Harsaya Bima.

Sosok tuan yang menjadi kekasih Soraya kala itu. Mereka berpacaran cukup lama, tidak jarang ada yang iri dengan kemesraan mereka berdua. Namun siapa sangka lelaki yang ia cinta berubah menjadi lelaki yang ia benci seumur hidup?

Bima berhasil merenggut keperawanannya secara paksa, membuat Soraya tidak berdaya bahkan tidak bisa bergerak sama sekali. Lebih parahnya lagi, gadis ini sampai hamil dibuatnya.

Tahu apa yang Bima katakan kala itu?

“Gue bakal tanggung jawab kok. Gue ngga bakal ninggalin lo, Aya.”

Sialnya, Soraya mudah percaya begitu saja dengan ucapan busuk si bajingan tengik. Ucapan itu berbanding terbalik dengan apa yang dilakukan oleh Bima. Berita kehamilannya tersebar luar di sekolah.

Umpatan serta caci maki pun ia dapatkan tanpa sebab. Dianggap tabu karena dianggap melakukan mau sama mau.

Mengadulah ia pada keluarga, berharap mendapat bantuan. Namun yang ia dapatkan adalah caci maki serta pengusiran dari sang ayah.

Hancur hati Soraya kala itu. Orang yang selama ini ia percaya berhasil menghancurkan hidupnya. Keluarga yang ia anggap dekat pun sama saja buruknya.

Hanya satu pikirannya kala itu. Mati.

Percobaan bunuh diri yang cukup sering ia lakukan berhasil berhenti karena pertolongan dari salah seorang sahabat, Jendra, dan guru SMA nya, Bu Nirma.

Mereka lah yang membantu Soraya untuk kembali bangkit dari keterpurukan, walau sadar bahwa Soraya yang ceria kini sudah benar-benar mati. Kini, ia tumbuh menjadi sosok dingin tanpa empati, yang tidak pernah mempedulikan orang lain.

Soraya melahirkan sang anak di usia muda, membuat dirinya memilih untuk berhenti setahun sebelum melanjutkan pendidikannya. Dan kejadian naas yang menimpanya pun membuat dirinya memiliki PTSD.

Bersentuhan dengan seseorang adalah hal yang mengerikan untuknya. Terlebih jika sentuhan itu terjadi secara tiba-tiba. Ia tidak akan segan untuk mendorong karena merasa ternoda.

Dan juga, Soraya tumbuh menjadi wanita workaholic. Memilih bekerja dan bekerja demi uang, demi menghidupi kebutuhan sang anak seorang diri.

Walau ada bantuan dari Bu Nirma, ia tetap tidak akan mau menggantungkan diri pada orang lain lagi.

Kini, Soraya sudah berhasil menjadi manajer keuangan di salah satu perusahaan ternama di Jakarta. Ia juga tengah berjuang untuk sembuh dari PTSD dan berusaha menjadi ibu yang baik.

Dahlia
0 Followers

Hanyalah nona biasa yang ingin menuangkan kisahnya.