PERKEMBANGAN EKONOMI DI INDONESIA PADA ERA INDUSTRI 4.0 DAN SOCIETY 5.0

DAFFA PRATAMA RIDWAN
6 min readJul 21, 2022

--

Dari segala aspek bidang, Indonesia saat ini dapat dikatakan sangat berkembang dibandingkan 4 atau 5 tahun yang lalu terutama dibidang ekonomi. Perkembangan ekonomi di indonesia ini terdorong dengan adanya industri 4.0 dan society 5.0 sehingga sangat cepat berkembang. Industri 4.0 adalah era industri yang memungkinkan seluruh entitas di dalamnya untuk saling berkomunikasi kapan saja secara langsung dengan memanfaatkan teknologi internet, Kemudahan ini mendorong tercapainya kreasi nilai baru. Contoh penerapan revolusi industri 4.0 yang sudah terlaksana di Tanah Air adalah kebijakan e-smart Industri Kecil dan Menengah (IKM). Kebijakan tersebut membantu para pelaku usaha untuk secara lebih masif dapat mempromosikan produk mereka di platform digital.

Perkembangan ekonomi di indonesia juga di dorong dengan maraknya Society 5.0 yaitu sebuah konsep yang dihadirkan oleh Federasi bisnis Jepang. Berbeda dengan industri 4.0 yang menekankan pada revolusi digital berupa fisik siber (cyberphysics), society 5.0 lebih menekankan pada peran manusia sebagai pusat peradaban yang memanfaatkan teknologi digital di berbagai bidang pada kehidupan sehari-hari (human to machine). Kehadiran society 5.0 bertujuan untuk menciptakan keseimbangan antara kemajuan teknologi digital dengan ekonomi paralel menggunakan penyelesaian masalah sosial.

Kecanggihan teknologi dan kecerdasan buatan atau AI (Artificial Intelligence) sangat membantu kegiatan perekonomian di dunia. Penggunaan internet turut berperan dalam kegiatan ekonomi dan mendorong pertumbuhan sumber ekonomi baru yang dikenal sebagai ekonomi digital.Selain itu tidak hanya berdampak pada individu saja, kegiatan ekonomi digital juga memberikan manfaat bagi negara. Menurut Staf Khusus Menteri Keuangan Yustinus Prastowo, ekonomi digital mempengaruhi penciptaan lapangan kerja berbasis digital sehingga memudahkan konsumen untuk menghemat biaya. Apabila ekonomi digital dikembangkan dengan baik, maka akan mengurangi pengeluaran negara juga.

Menurut data Badan Ekonomi Kreatif, ekonomi digital Indonesia tumbuh sebesar 90 persen dari tahun 2015–2017. Dikutip dari catatan Startup Ranking, tercatat ada sebanyak 2.219 perusahaan startup di Indonesia pada tahun 2021. Hal ini sukses membuat Indonesia menjadi negara dengan pertumbuhan ekonomi digital terbesar di Asia Tenggara.

Industri ekonomi digital bermula sejak revolusi industri 1.0 pada abad ke- 18, yaitu ditemukannya mesin uap oleh James Watt yang membawa perubahan pada sektor industri dan teknologi di Inggris, yang kemudian menyebar ke seluruh dunia. Kemudian, industri terus berevolusi disebabkan oleh adanya penemuan teknologi-teknologi baru yang dapat mempermudah pekerjaan manusia dan meningkatkan produktivitas. Lalu muncul revolusi industri 2.0 yang terjadi pada awal abad ke-20.

Revolusi industri 2.0 ditandai oleh penemuan tenaga listrik. Mobil mulai secara massal diproduksi pada akhir tahun 1800-an. Masalah kendala waktu dalam proses merakit satu mobil yang harus dilakukan seorang perakit mobil dari awal hingga akhir terselesaikan saat muncul revolusi “lini produksi” yang memanfaatkan “ban berjalan” di tahun 1913. Ini mempermudah proses produksi karena tidak lagi butuh satu orang untuk merakit satu mobil karena mereka dilatih menjadi spesialis yang fokus mengurus satu bagian saja.

Revolusi industri 2.0 berakhir dengan munculnya revolusi industri baru yaitu revolusi industri 3.0 yaitu Manusia masih punya peran penting dalam produk produksi barang hingga revolusi industri 2.0. Ini berubah setelah revolusi industri 3.0 abad informasi dimulai dengan munculnya mesin yang bisa bergerak dan berpikir sendiri, yaitu komputer dan robot. Lalu seiring waktu muncul kembali perkembangan revolusi industri 4.0 yang pertama kali di kenalkan oleh Klaus Schwab selaku Ketua Eksekutif World Economic Forum (WEF). Dalam perkenalannya, revolusi ini disebut akan secara fundamental mengubah hidup dan kerja manusia. Dibanding pendahulunya, revolusi industri ini punya ruang lingkup, skala, dan kompleksitas lebih luas.

Dalam perkembangannya, ekonomi digital global telah menjadi fenomena baru yang memiliki peran strategis dalam perkembangan ekonomi global. Berdasarkan laporan McKinsey (2018), melalui perdagangan online (e-commerce) kita dapat melihat besarnya kontribusi digital terhadap ukuran ekonomi digital global. Hal ini tentu saja berdampak positif terhadap perekonomian negara, termasuk Indonesia.

Dilansir dari kontan.co.id, Temasek, Google, serta Bain & Company dalam laporan terbaru e-Conomy SEA 2021, nilai ekonomi digital indonesia mencapai 70 miliar dollar Amerika pada tahun 2021. Nilai ini meningkat hampir 50% dibandingkan dengan nilai ekonomi digital Indonesia tahun 2020 yang hanya tercatat sebesar 47 miliar dollar Amerika. Diketahui bahwa kontribusi terbesar dalam ekonomi digital Indonesia bersumber dari transaksi e-commerce yaitu sebesar 48,4 persen, diikuti oleh uang elektronik sebesar 35,7 persen, dan perbankan digital sebesar 30,1 persen. Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi mengatakan, “e-commerce diperkirakan masih akan menguasai peta ekonomi digital Indonesia pada 2030 dengan kontribusi mencapai 1.908 triliun rupiah”. Dengan begitu, kita harus mempersiapkan diri guna mendorong perekonomian digital Indonesia.

Dikutip dari Kementerian Sekretariat Negara Republik Indonesia, diperkirakan akan ada 26 juta lapangan pekerjaan baru di tahun 2022. Untuk itu, diperlukan kualitas sumber daya manusia yang bisa menyeimbangi pertumbuhan ekonomi digital di tanah air ini agar tidak terjadi kesenjangan sosial. Sebagai generasi emas penerus bangsa, kita harus memiliki kesiapan dan kemampuan untuk berpikir secara kritis (higher order thinking skills) untuk menjawab tantangan global society 5.0, dimana manusia dituntut untuk bisa menghasilkan solusi lebih cepat. Selain kualitas sumber daya manusia yang harus ditingkatkan, pembangunan infrastruktur telekomunikasi serta informatika yang berkualitas dan merata akan mendukung perekonomian digital pada era society 5.0.

Revolusi yang fokus pada pengembangan ekonomi digital dinilai menguntungkan bagi Indonesia. Pengembangan ekonomi digital adalah pasar dan bakat, dan Indonesia memiliki keduanya. Indonesia berkomitmen untuk membangun industri manufaktur yang berdaya saing global melalui percepatan industri 4.0, hal ini ditandai dengan peluncuran Making Indonesia 4.0 sebagai sebuah peta jalan dan strategi Inonesia memasuki era digital yang tengah berjalan saat ini. Making Indonesia 4.0 dapat memberikan arah yang jelas bagi pergerakan industri nasional di masa depan, terasuk fokus pada pengembangan lima sektor manufaktur yang akan menjadi percontohan.

Pada penyusunan peta jalan ini telah melibatkan berbagai pemangku kepentingan, mulai dari Institusi Pemerintahan, pelaku usaha, asosiasi industri, penyedia teknologi, maupun lembaga riset dan pendidikan. Malalui komitmen serta partisipasi aktif dari seluruh pihak tersebut, dapat diyakini implementasi Industri 4.0 di Indonesia akan berjalan sukses dan sesuai sasaran. Pada penerapan awal terdapat lima industri yang menjadi fokus implementasi industri 4.0 di Indonesia, yaitu :

1.Makanan dan minuman

2. Tekstil

3. Otomotif

4. Elektronik

5. Kimia

Kelima industri ini merupakan tulang punggung, dan diharapkan membawa pengaruh yang besar dalam hal daya saing dan kontribusinya terhadap ekonomi Indonesia menuju 10 besar ekonomi dunia di 2030. Hal ini lah yang akan menjai contoh bagi penerapan industri 4.0, penciptaan lapangan kerja baru dan investasi baru berbasis teknologi. Kemudian, menarik minat investasi asing, peningkatan kualitas sumber daya manusia, pembangunan ekosistem inovasi, insentif untuk investasi teknologi, serta harmonisasi aturan dan kebijakan. Dalam hal ini, dengan adanya manfaat yang nyata, Indonesia berkomitmen untuk mengimplementasikan Making Indonesia 4.0 dan menjadikannya sebagai agenda nasional.

Perlu diingat juga pada konsep ini ditengah dunia berfokus pada Industri 4.0 (Penggunaan Teknologi, Data, dan Automation), terdapat sentuhan humanisme di dalam Society 5.0 akan menjadi modal dasar konsep ini akan diterima oleh masyarakat Indonesia bahkan dunia.

Fokus yang menjadi dari dalam Society 5.0 menjadi peluang besar bagi Indonesia untuk mempercepat transformasi masyarakatnya. Bagi Indonesia tidak masalah langsung berpijak pada dua kaki, Revolusi industri 4.0 dan society 5.0. justru kedua momentum ini harus digabungkan menjadi blue print nasional. Harus tercipta kesadaran bersama baik oleh pemerintah, dunia usaha maupun masyarakat, mulai dari mengubah pikiran negatif dan ketakutan terhadap perkembangan industri serta paradigma jika teknologi itu sulit, bahwa perubahan besar dalam industri adalah keniscayaan yang tidak bisa dihindari.

Sebagai contoh, pada masa pandemi Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) dapat dibantu dengan adanya sarana digitalisasi yang mempermudah UMKM dalam melakukan kegiatannya. UMKM termasuk bagian terpenting dalam perekonomian Indonesia dengan jumlah sebanyak 64,2 juta dan kontribusi terhadap PDB sebesar 61,07 persen atau senilai 8.573 triliun rupiah.

Pemerintah juga berupaya meningkatkan kemampuan UMKM agar dapat menembus pasar global. Contoh dapat kita lihat para pengusaha kecil yang bekerja di bidang tertentu dapat membangkitkan serta mengembangkan perekonomian mereka melalui ekonomi digital yang mulai dipakai pada era sekarang.

Pesatnya perkembangan ekonomi digital mengharuskan manusia untuk beradaptasi dengan teknologi dan kecanggihannya. Selama proses beradaptasi, manusia juga harus memiliki kemampuan untuk memahami dan mengatasi berbagai permasalahan yang ada sehingga dapat menghasilkan sumber daya manusia yang memadai. Diharapkan dengan adanya perkembangan ini, manusia dapat berkembang menjadi lebih baik dan maju dengan menggunakan perkembangan yang tersedia.

10520101-Daffa_pratama_ridwan

Sistem Informasi

Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer

Universitas Komputer Indonesia

--

--