Masih tentang preprint (dan post print)

Dasapta Erwin Irawan
Good Science Indonesia
3 min readMar 9, 2017

Pendahuluan

Isu preprint dan post print muncul sebagai jawaban permasalahan biaya langganan jurnal non OA yang sangat mahal. Bila suatu universitas tidak melanggan jurnal tersebut secara institusional, maka warganya akan diharuskan membayar USD 30–40 untuk mengunduh satu judul makalah.

Dulu, sebelum era open access mengemuka, para Penerbit besar melarang para penulis yang makalahnya telah terbit di jurnalnya untuk mengunggah makalah tersebut secara daring selain di server Si Penerbit. Penerbit bahkan secara rutin menyebarkan “bot” daring untuk mencari situs-situs yang menayangkan makalah secara tidak resmi. Kemudian Penerbit mengirimkan “take down notice” pada pemilik situs sebagai peringatan sekaligus perintah untuk menghapus penayangan makalah.

Beberapa definisi dan contoh

  • Preprint: paper versi sebelum lolos peer review
  • Post print: paper versi perbaikan atas catatan peer review
  • Non OA: non open access, artinya pembaca akan dikenakan biaya.
  • Baca juga tulisan saya Preprint bukan plagiarism.

Mengunggah preprint dan post-print sebagai solusi

Saya sering menyatakan telah mengunggah versi preprint dari paper yang sedang menjalani proses review. Banyak yang bertanya, “apakah nantinya tidak bermasalah dengan penerbit?”

Berikut jawabnya.

Anda harus memahami hak anda sebagai penulis. Kunjungi tautan Sherpa Romeo Journal Policies.

Ketik “Elsevier”, klik opsi “Publisher”.

Maka akan muncul halaman seperti ini.

Halaman pencari informasi Sherpa Romeo
Hasil pencarian journal policies terbitan Elsevier

Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa lebih banyak label warna hijau, yang artinya dibolehkan. untuk detilnya dapat dibaca di menu “special policy”.

  • Green label: boleh mengarsipkan makalah versi preprint dan post print serta versi final yang telah dilayout oleh penerbit (versi final penerbit).
  • Blue label: boleh mengarsipkan makalah versi post print dan versi final penerbit.
  • Yellow label: hanya boleh mengarsipkan pre print.
  • White label: tidak dibolehkan.

Pertanyaan berikutnya, “apakah akan bermasalah dengan software pendeteksi plagiarism saat makalah sudah terbit?”

Jawabannya, “mungkin”. Tapi software itu kan hanya mendeteksi adanya kesamaan. Keputusan plagiarism atau tidak akan datang dari pengelola jurnal atau pengelola seminar. Tinggal dijelaskan saja kondisinya.

Jadi tidak perlu ragu untuk melakukan self archiving dalam bentuk preprint atau post print, menuliskannya dalam blog atau mengunggahnya ke repositori terbuka seperti Zenodo, Figshare atau OSF, atau mungkin ResearchGate dan Academia, terutama bila makalah tersebut kita kirimkan ke jurnal atau konferensi non OA.

Contoh

Berkaitan dengan definisi di atas, berikut saya sampaikan contoh dua paper yang sama, satu diunggah sebagai post-print dan paper versi jurnal yang telah di-layout.

Paper versi post print, yakni makalah yang telah dinyatakan lolos peer-review tapi belum di-layout oleh jurnal
Paper versi ter-layout (published bersion), yakni makalah yang telah di-layout oleh jurnal

Bila dilihat dua versi di atas, versi post print (atas) adalah versi yang oleh mayoritas pengelola jurnal boleh diunggah di blog pribadi, repositori terbuka ataupun ResearchGate/Academia. Versi ter-layout (bawah) dilarang untuk diunggah, bahkan bila makalah tersebut OA, maka pengunggahan di situs selain situs resmi jurnal harus menunggu embargo periode. Embargo periode adalah periode atau masa tunggu sebelum makalah OA dapat disebarluaskan di berbagai media.

Kesimpulan

Sering kali alasan kita tidak menulis adalah karena biaya publikasi minim. Biaya publikasi yang dimaksud adalah APC untuk jurnal OA. Sebenarnya kita bisa saja mengirimkan makalah ke jurnal non OA. Dampaknya: gratis untuk penulis, bayar untuk pembaca. Dampak berikutnya: peluang dibaca rendah, karena pembaca harus bayar dan belum tentu institusinya melanggan jurnal X yang menerbitkan makalah kita. Solusi: unggah makalah post print version (bukan published version), lihat contoh. Agar semua mendapat keuntungan, kita sebagai penulis tidak perlu biaya publikasi, dan pembaca juga senang karena bisa membaca versi post print tanpa harus membeli atau melanggan jurnal X.

--

--

Dasapta Erwin Irawan
Good Science Indonesia

Dosen yang ingin jadi guru | Hydrogeologist | Indonesian | Institut Teknologi Bandung | Writer wanna be | openscience | R user