Stoikisme: Seni Hidup tanpa Rasa Sakit dan Kecewa

Debbi Aditama
8 min readNov 21, 2023

--

Stoikisme, filosofi satu ini emang terlihat layaknya ajakan buat lebih kalem dalam bereaksi ke segala hal, identik dengan damai, tentram dan penuh pengendalian diri.

Kali ini gue bakal ajak lo menyentuh serta merasakan berbagai pemikiran inti dan aspek-aspek bermanfaat dari salah satu filosofi favorit gue. Lo nggak harus jadi mahasiswa filsafat atau akademisi buat paham dan nerapin gagasan Stoikisme ke dalam hidup lo sehari-hari. Perlu lo garis bawahi, kalau filosofi ini diciptain sama manusia yang sama seperti lo.

Biar lebih gampang lo paham, gue akan pakai pendekatan praktis yang simpel, dimana ini yang mostly gue terapin dalam daily activity selama dua tahun belakangan ini:

  • Paham apa yang bisa dan nggak bisa lo kontrol.
  • Melihat kehidupan melalui kesadaran utuh.
  • Pikirkan tentang waktu, dan kematian.
  • Koleksi quotes stoik favorit gue.

Sulit buat gue kasih kalian beberapa judul yang bakal jelasin prinsip-prinsip Stoik, karena gagasan gue sendiri tentang filsafat ini nggak seberapa oke, bertemunya pun baru dua tahun belakangan ini, yang mana saat itu gue baca teks dari Epictetus dan Marcus Aurelius.

Menurut gue, ini adalah cara yang sangat nyata dalam memandang kehidupan, dan dibuat untuk bantu lo ambil lebih banyak aksi nyata, berbuat baik dikehidupan, dan nggak akan biarkan ego serta emosi mengambil alih, yang mana seringnya berujung bikin lo sakit dan kecewa.

Pahami Apa yang Bisa dan Nggak Bisa Lo Kontrol

“Kebahagiaan dan kebebasan dimulai saat pemahaman yang jelas tentang satu prinsip: Ada hal-hal yang berada dalam kendali kita, dan ada pula yang tidak. Hanya setelah kamu paham hal mendasar ini dan belajar membedakan antara apa yang bisa dan tidak bisa kamu kendalikan, barulah ketenangan batin dan kedamaian jiwa menjadi mungkin.” — Epictetus

“Kamu mempunyai kekuasaan atas pikiranmu — dari dalam, bukan kejadian luar. Sadarilah hal ini, dan kamu akan menemukan kekuatan.” — Marcus Aurelius

Salah satu prinsip dasar Stoikisme adalah

paham akan hal-hal dalam hidup yang bisa kita kendalikan dan nggak bisa kita kendalikan.

Misal, lo nggak bisa kendaliin cuaca atau supir yang ugal-ugalan yang halangi lo diperjalanan ke tempat kerja. Tapi lo punya kendali tentang gimana lo bereaksi atau bersikap ke hal-hal yang terjadi. Lo punya kendali penuh atas tindakan yang lo ambil.

Lo nggak bisa ubah cuaca — misal hujan, tapi lo punya kendali atas aksi yang lo ambil, bereaksi dengan siapin perlengkapan dan bersiap sama konsekuensi terburuk dari cuaca itu — misal longsor atau banjir, bahkan dicuaca pancaroba seperti sekarang ini, yang bisa lo kendaliin adalah fitalitas tubuh lo agar selalu bugar. Stoik percaya akan usaha, bukan berserah dan pasrah.

Satu-satunya hal yang bisa lo kontrol sepenuhnya adalah pikiran lo sendiri.

Bahkan lo nggak punya kontrol penuh atas tubuh lo sendiri. Nggak akan bisa tuh, lo suruh tekanan darah turun, atau suruh tubuh lo biar nggak kena kanker. Disini lo cuma punya kontrol atas pikiran dan keinginan lo, itulah satu-satunya hal yang bisa diubah secara instan hanya dengan kemauan.

Lo bisa atur pikiran lo ke dalam bentuk apa pun yang lo mau dan ini limitless.

Marcus Aurelius — One of the 5 great emperors of Rome. Ruled from 161 to 180 AD.

Melihat kehidupan melalui kesadaran utuh

“Kesulitan menunjukkan siapa laki-laki itu. Maka dari itu ketika suatu kesulitan menimpamu, ingatlah bahwa Tuhan ibarat pelatih gulat, telah menentukan lawanmu dengan pegulat yang kuat. Mengapa? Agar kamu bisa jadi penakluk Olimpiade, namun hal itu tidak akan tercapai tanpa keringat.” — Epictetus

“Ingat: Materi, betapa kecilnya bagianmu. Waktu, betapa singkat dan cepatnya jatahmu atas hal itu. Takdir, betapa kecilnya peran yang kamu mainkan di dalamnya.” — Marcus Aurelius

“Kesulitan menguatkan pikiran, seperti halnya kerja menguatkan tubuh.” — Seneca

Jalani hidup apa adanya,

jalani semua tantangannya, ketidakadilannya, kesulitannya, begitu pun juga dengan segala keindahan yang hidup tawarkan.

Nggak usah berharap keberuntungan apa pun atau pertolongan siapa pun datang ke diri lo. Kalau lo mau jadi manusia seutuhnya, maka cara satu-satunya adalah dengan lakukan apa yang harus lo lakukan. Pada dasarnya kaum Stoa udah tahu, bahwa nggak akan ada jalan pintas dalam hidup.

Ini juga berlaku pas lo lagi ada masalah, jangan anggap itu sebagai hal buruk atau apes. Anggap aja sebagai keberuntungan, karena lo mampu menanggungnya tanpa rasa sakit dan nggak ngerasa hancur atau takut sama apa yang bakal terjadi selanjutnya.

Jadilah seperti batu karang dilautan yang kokoh memecah ombak dengan tenang. Ingatkan ini ke diri lo sendiri, kalau kesulitan itu bisa terjadi ke siapapun, tapi nggak semua orang bisa menghadapinya tanpa rasa sakit.

Jadi, ini adalah keberuntungan lo karena udah jadi manusia kuat dan mampu hadapi apa pun yang terjadi dalam hidup. Nggak penting masalah apa yang terjadi dalam hidup, yang terpenting adalah hal apa yang lo lakuin buat hadapi problem yang terjadi ke diri lo.

Bukan kenapa ini bisa terjadi, tapi gimana lo bertindak dari hal yang terjadi.

Stoa Poikile, sebuah struktur kuno terkenal di Athena yang berasal dari tahun 300 SM.

Pikirkan tentang waktu dan kematian

“Jangan bertindak seolah-olah kamu punya waktu sepuluh ribu tahun untuk dibuang. Kematian ada di depanmu. Berbuat baiklah untuk sesuatu selama kamu hidup dan itu ada dalam kekuasaanmu.” — Marcus Aurelius

“Maka lewati waktu yang singkat ini melalui selaras dengan alam, dan akhiri perjalananmu dengan perasaan bahagia, bagaikan buah zaitun yang jatuh ketika sudah matang, berkati alam yang menghasilkannya, dan berterima kasihlah pada pohon tempat ia tumbuh.” — Marcus Aurelius

Kematian nggak akan bisa lo hindari, itu wajar!

Mungkin akan jadi nggak wajar, buat mikirin kematian mereka sendiri, dan kematian orang-orang terdekat mereka — namun itulah yang praktikkan kaum Stoa.

Kematian berbicara tentang,

momen sekarang, ini adalah satu-satunya yang lo miliki dan ketika mati, lo hanya kehilangan momen sekarang itu.

Kaum Stoa ngeliat kematian itu jadi hal yang nggak perlu ditakuti, karena itu cuma bagian dari siklus hidup. Sama halnya seperti dilahirkan, tumbuh menjadi anak-anak, remaja, berkeluarga and then berambut putih.

Instead lo takut dengan kematian, harusnya lo lebih mengakui kematian dan jadikan kematian sebagai bantuan untuk diri lo tetap berada di momen sekarang, dengan cara hargai kehidupan sebagaimana adanya sekarang.

Dengan lo tahu kalau lo nggak abadi, harusnya ini jadi kesadaran, supaya nggak ada lagi yang namanya prokrastinasi — menunda-nunda dan buang-buang waktu — sebab lo nggak akan pernah bisa dapetin lagi momen itu.

Setiap detik yang berlalu adalah detik terakhir bagi seseorang. Lo punya banyak waktu dalam hidup buat ngelakuin hal-hal yang lo mau, dan kalau lo nggak pakai waktu itu dengan baik, lo mungkin nggak akan bisa ngelakuin semua yang lo mau. Itu sebabnya,

Lo harus jalani hidup setiap hari seperti itu hari terakhir lo.

Personally, pandangan ini ngebantu gue saat memikirkan action yang bakal gue ambil. Saat gue butuh keberanian atau saat gue akan bikin keputusan besar dalam hidup, dimana saat itu dihantui rasa takut untuk eksekusi, disaat itu juga gue mulai bilang,

“at the end of the day, ya mau kayak gimana pun, gue bakal mati kok.”

Dengan begitu gue nggak peduli apapun yang terjadi.

In worst case scenario — kalaupun gue tetap ngelakuin apa yang gue takutin, ya kemungkinan kecil gue bakal berakhir gelandangan, miskin, nggak punya apapun.

Dengan cara ‘inget mati’, ini mampu hilangin rasa takut atau kurang beraninya gue dalam ambil tindakan, pastinya ini sangat membantu.

Kematian adalah satu hal yang alami untuk setiap manusia yang hidup.

Koleksi quotes stoik favorit gue

Disini gue akan share beberapa kutipan yang mungkin bisa kasih gambaran lebih tentang gagasan Stoikisme, terlebih pada maksud dan kejelasan secara konkret.

“Contohnya seorang pemain harpa: dia baik ketika tampil sendirian, tapi saat tampil di depan penonton itu lain cerita, tidak peduli betapa indah suaranya atau seberapa baik dia memainkan alat musiknya. Mengapa? Karena dia tidak hanya ingin tampil baik, dia juga ingin diterima dengan baik — dan hal itu berada di luar kendalinya.” — Epictetus

“Jangan buang waktu lagi untuk berdebat tentang bagaimana seharusnya menjadi orang baik. Jadilah orang itu.” — Marcus Aurelius

“Kita lebih menderita dalam imajinasi daripada kenyataan.” — Seneca

“Apa pun atau siapa pun yang mampu membuatmu marah akan menjadi tuanmu.” — Epictetus

“Ingat betapa seringnya kamu menunda memikirkan niatmu, dan menyia-nyiakan kesempatan yang diberikan dewa kepadamu. Sekarang adalah saat yang tepat untuk mempertimbangkan dari dunia seperti apa kamu berada, dan dari penguasa seperti apa kamu berasal; bahwa kamu mempunyai jangka waktu tertentu yang ditugaskan untukmu bertindak, dan kecuali kamu memperbaikinya untuk mencerahkan dan menenangkan pikiranmu, hal itu akan segera hilang bersamamu, dan hilang tanpa bisa dipulihkan.” — Marcus Aurelius

“Manusia terhebat adalah dia yang memilih hal yang benar dengan tekad yang paling kuat; yang menolak godaan yang paling menyakitkan dari dalam dan luar; yang menanggung beban terberat dengan riang; yang paling tenang di tengah badai, dan paling tak kenal takut di bawah ancaman dan kekeruhan; yang sangat teguh bersandar pada kebenaran, kebajikan, dan Tuhan.” — Seneca

“Kekayaan tidak terletak pada memiliki harta yang banyak, namun pada memiliki sedikit keinginan.” — Epictetus

“Saat dirimu bangun di pagi hari, pikirkan betapa berharganya hak istimewa untuk hidup — bernapas, berpikir, menikmati, mencintai.” — Marcus Aurelius

“Kita harus selalu bertanya pada diri sendiri: Apakah ini sesuatu yang berada dalam kendaliku atau tidak?” — Epictetus

“Hal ini tidak pernah berhenti membuat diriku takjub: kita semua lebih mencintai diri sendiri dibandingkan orang lain, namun lebih mempedulikan pendapat orang lain dibandingkan pendapat sendiri.” — Marcus Aurelius

Kesimpulan

Kalau lo baru kenal filsafat ini, hopefully tulisan ini bisa ngebantu lo dalam memahami ide dasar Stoikisme. Gue sendiri amat sangat terkesan dengan cara pandang mereka tentang kehidupan. Dan ya, bisa dibilang nggak gampang saat emosi kita naik dan darah mendidih — justru di momen itulah perlu diingat tentang ajaran Epictetus, Marcus dan lain-lain ini.

Singkatnya, gagasan pertama Stoikisme adalah paham akan hal-hal yang berada dalam kendali kita dan di luar kendali kita. Dan lo harus fokus dihal-hal yang ada dalam kendali lo, karena cuma itu yang bisa lo ubah.

Gagasan kedua, bahwa lo harus punya tekad buat jadi orang kuat yang berbuat baik dalam hidup dan nggak takut sama rintangan yang mungkin muncul dalam hidup. Lo nggak boleh biarin emosi ikut campur dan ambil alih serta pengaruhi tindakan lo. Apapun emosi yang lo alami, mau itu sedih, mau itu marah, cemburu, atau pun takut, lo harus tetap mampu ambil pilihan yang oke.

Dan yang terakhir, musti lo sadari, kalau hidup ini singkat dan lo nggak boleh menyia-nyiakannya, karena lo nggak akan pernah tau, berapa banyak waktu yang tersisa. Lo juga harus hargai setiap momen yang lo habisin bareng teman dan keluarga, karena lo nggak akan pernah tau apakah itu akan jadi yang terakhir atau nggak.

Disclaimer, ini semua persepsi pribadi gue tentang Stoikisme, yang juga berarti bisa salah bisa benar. Diluar itu, jelas ini ngebantu hidup gue dalam ambil keputusan yang lebih oke dan tetap kalem dalam segala hal.

Thanks for reading and I hope you enjoy it!
Kalau kalian suka tulisan ini dan menurut kalian berguna,

📝 Gue rasa kalian juga butuh tahu ini — Ngerasa Stuck? Kok Hidup Gini-gini Aja? Stoikisme Punya Jawabannya!

📬 Jadi yang paling up to date dapetin artikel gue secara langsung via email, lo bisa subscribe disini!

--

--

Debbi Aditama

a Stoic and Freelance Mentor who loves eudaimonia and then tries to be your Personal Growth buddy. 🌱✨