Dwi Dermawan
2 min readNov 22, 2018

Sosok

Sosok yang selama ini aku banggakan, datang dan pergi dengan senyuman, seringkali ia berdo’a dengan harapan, “Nak, jadilah orang sperti yang diamanahkan tuhan”, Sebab hidup dan mati tidak hanya tentang pemberian.

Sosok yang selalu ikhlas memberi dan tidak menuntut apa-apa, berjuang dengan keras agar kita kelak memiliki segalanya, perihal hidup dan mati adalah hal yang pasti, membuat kita sadar agar hidup harus memberi arti.

Memang benar bila sejauh ini aku belum melakukan apapun untuk beliau tapi yakinlah bahwa suatu saat nanti ketika tuhan menitipkan sedikit rezekinya, maka akan ku gunakan sebaik mungkin untuk sosok yang selalu ada dan tak luput perhatianku kepadanya.

Sosokmu selalu tergambar dengan indah dalam duniaku, tak mengapa saat ini aku belum bisa membahagiakanmu, namun yakinlah kau adalah sosok inspirasiku, yang selalu menyemangati ditiap hariku.

Tubuhmu yang dulu tegap kini mulai membungkuk, wajah yang dulunya berseri kini mulai mengeriput, serta semangat yang dulu membara kini mulai meredam karna usia, namun cinta dan kasihmu justru makin terasa bagiku sebab itulah kau adalah the only one my hero.

Ucap syukur yang selalu ku panjatkan kepada Ilahi, yang telah memberiku sosok yang begitu luar biasa hebatnya, mereka tak perduli dengan sifat dan perilaku burukku selama ini, bukannya membenci justru do’a yang ia pinta agar ku memperbaiki diri.

Sosoknya yang begitu tangguh, buatku merasa malu, dengan hati yang menderu, membuatku berani untuk melaju. Terkadang terbesit dalam hati bagaimana jika aku tak sempat membahagiakan mereka, tentunya rasa sakit dan penuh penyesalan yang akan ku rasakan, sedari itu aku mulai menyadari bahwa hidup tidak hanya untuk dinikmati semata melainkan menjadikan hidup lebih berarti.

Sekilas aku mengingat judul buku yang sampai saat ini masih menjadi primadona bacaanku, yaitu “Hidup sekali, berarti, lalu mati” karya dari Ahmad Riva’i Ri’van. Dalam buku ini beberapa kisah inspiratif dengan singkat diceritakan namun syarat makna yang mendalam yang membuat pecandu baca ikut tenggelam dalam kuatnya arus yang menggiring pembaca agar hidup setidaknya memberi arti.

Hakikat kehidupan sebenarnya kembali menuju pulang, kata pulang yang dimaksud ialah kehidupan kekal diakhirat nanti, buatlah berarti agar hidupmu tak sekedar sia-sia, agar bekalmu cukup membawa pada bahagia yang abadi.

Ingatlah tanpa sosok orangtua, kita bukanlah apa-apa, menikmati hidup dengan cara sia-sia, hanya membuatmu mati tanpa arah.

Hiduplah dengan berarti, agar tak membuat murka sang Illahi, jalani hari dengan mengasihi, sebab hakikat hidup ialah jalan menuju mati.