Bagian Dua

dela
2 min readAug 29, 2022

--

Persis seperti apa yang dikatakannya di pesan tadi, ia sudah menantikan Jaiden didepan pintu ruang Komdis dengan tubuh yang disandarkan pada dinding disebelahnya. Jaiden keluar dari dalam tidak lama setelah pesan terakhirnya dibalas. Raut tak suka jelas tercetak pada wajahnya, Jerico hanya melemparkan tawa sebagai sapaan.

“Ayo.” adalah kalimat pertama yang diucapkannya.

Jaiden mendengus, kesal, marah, tidak tahu harus menggunakan cara apa agar Jerico mengurungkan niatnya untuk ikut menelusuri lorong hingga penjuru sekolah. “Lo ngide apa sih?!”

“Gue gabut Ai, lo gak kasih gue izin buat bertingkah, gak ada yang bisa gue lakuin lagi sekarang.”

“Ada banyak orang yang bisa lo gangguin selain gue.”

“Kalo orang lain yang gue ganggu bisa-bisa lo kerepotan.”

“Gak — “

“Ada apa Den?”

Heeza, Satria serta Jaka keluar dari dalam ruang Komdis hendak memulai tugas. Tapi melihat Jaiden juga Jerico yang tengah berdebat tepat didepan pintu buat langkah ketiganya terhenti sejenak.

“Jaiden tugasnya biar sama gue aja, lo bisa bertiga.” tangan milik Jaiden ditarik untuk ia genggam, mata melirik sekilas pada Satria yang juga menatap kearahnya. “Gue gak akan buat Jaiden kerepotan atau ngalang-ngalangin tugas Jaiden selama menyisir area.”

Heeza diam sejenak, mempertimbangkan jawaban seperti apa yang baik untuk ia keluarkan. Tetapi, melarang atau mengatakan tidak pada Jerico jelas suatu perbuatan yang sia-sia sebab lelaki pindahan didepannya itu bukanlah orang yang mudah patuh. “Biarin Satria ikut sama — “

“Berdua. Gue cuma mau berdua.” ucap Jerico, memotong perkataan Heeza yang belum tuntas.

“Kalo gitu bantu Jaiden, jangan persulit dia selama tugas.”

Tatapan tidak mau Jaiden layangkan pada Heeza yang hanya ditanggapi dengan senyuman tipis dibibirnya. “Biarin Jerico ikut sama lo, anak kelas sebelas sama kelas sepuluh banyak yang deket sama dia, ada kesempatan buat lo menyelesaikan tugas secara cepat.”

“Tapi kak — “

“Satria, Jaka biar sama gue.” kembali Heeza memotong perkataan Jaiden. “Lo sama Jerico susurin lorong lantai atas sampai lantai bawah, kantin sama area belakang biar gue bertiga.”

Pembicaraan selesai, Jaiden ditinggal hanya berdua dengan Jerico. Ia kesal, sungguh. Terlebih melihat bagaimana raut kesenangan pada wajah Jerico membuat rasa kesalnya terus menjadi. Kakinya dihentak dengan kesal, berjalan lebih dulu didepan Jerico yang tengah menertawainya.

“Hentakan kaki lo bisa bikin gedung sekolah roboh tuh.”

“DIEM, HAK BICARA LO DICABUT!”

© forleadernim

--

--