Butterfly Effect

dela
3 min readAug 20, 2022

Langit temukan Galaksi dibalik pintu dengan senyumannya yang begitu lebar. Tangan lelaki itu terentang meminta sebuah pelukan. Berdecak, Langit memilih melenggang tinggalkan Galaksi didaun pintu.

“Kok gak peluk dulu?” tanya Galaksi, senyumnya hilang berganti dengan raut wajahnya yang terlihat sedih.

Langit perhatikan bagaimana Galaksi yang berjalan dengan cara yang sedikit aneh. Langkah kakinya terlihat tidak seimbang. “Ada apa sama kaki lo?”

Berdesis, Galaksi hampiri Langit dengan langkah kakinya yang terseok. Mengambil alih kantung plastik yang Langit bawa. Bibirnya mengulas senyum tipis, Galaksi tarik pinggang Langit untuk ia peluk. “Pulang sekolah kemarin gak sengaja senggolan sama pemotor lain.”

“Kok bisa? Kenapa gak bilang?” tanya Langit, tangannya dorong pundak Galaksi agar pelukannya terlepas untuk sejenak. “Ada luka lain gak?”

“Kemarin kamu keliatan capek ngurusin class meeting, kalo aku kasih tau kabar jelek kaya gini pasti kamu panik.” Galaksi tatap mata Langit dengan lembut. “Maaf ya, gak jemput kamu dulu.”

“Aku tanya ada luka lain gak?”

Menggeleng, Galaksi kembali tarik Langit untuk masuk kedalam pelukannya lagi. “Gak ada sayang, cuma kakiku aja.”

“Udah cek kedokter?”

Kini Galaksi menganggukan kepalanya, sandarkan wajahnya diceruk leher Langit yang mengeluarkan bau harum. “Udah, aku gak mau bikin kamu khawatir, jadi begitu ngerasa baikan aku langsung cek dokter, hasilnya kakiku cuma terkilir aja.”

“Ayo duduk, jangan kebanyakan berdiri, kaki kamu nanti makin sakit.”

Menurut, Galaksi dudukan dirinya diatas sofa panjang bersama dengan Langit. Kembali ia lingkarkan tangannya pada pinggang kecil Langit. “Pacarku wangi banget.”

Tertawa, Langit tangkup wajah Galaksi yang selalu terlihat segar. Hasbi pernah berkata jika wajah Galaksi seperti buah jeruk yang baru dipetik dari pohonnya, terlihat segar dengan harum yang menenangkan. “Mau dipeluk kamu, jadi harus wangi.”

“Gemesss.” Galaksi dekatkan hidungnya dengan hidung milik Langit, digesek lembut dengan tawa yang menguar dari bibirnya. “Lucuuuu.”

“Kapan aku dapet ciumnya?” tanya Langit dengan wajah cantiknya yang memerah.

“Sekarang juga bisa kamu dapetin.”

Tangannya beralih menangkup wajah kecil Langit, bibir keringnya ia pertemukan dengan bibir lembab Langit, dikecupinya dengan lembut. Rasa manis favoritnya Galaksi nikmati dengan senyum puas yang terlihat jelas dimatanya. Sesapan lembutpun turut ia bubuhkan, lidahnya bergerak lembut menyapu sepanjang belah bibir Langit. Dilesakkan lidahnya memasuki rongga mulut Langit yang terasa hangat, dijelajahi seluruh isinya tanpa terlewat barang seincipun. Lidah Langit dihisapnya hingga lenguhan tertahan dapat telinganya dengar dengan jelas.

“Eumhh — “

Sebelum dilepaskan, Galaksi berikan kecupan-kecupan lembut sebagai penutup. “I love you.”

Ibu jarinya bergerak menghapus jejak air liur yang menuruni dagu milik Langit juga miliknya.

“I love you too.”

Mendengar balasan Langit buat jantungnya berdebar dengan begitu menyenangkan, kembali Galaksi memeluk Langit, bahkan pelukannya kini jadi lebih erat dari sebelumnya. “Gemes, gemes, gemes.” hidungnya bergerak menghirup harum yang menguar disepanjang perpotongan tengkuk Langit. “Muka kamu selalu berubah jadi merah tiap kali balas i love you dari aku.”

“Belum terbiasa.”

Jawaban yang Langit ucapkan kembali buat Galaksi tertawa. “Kalau gitu, aku bakal ucapin i love you seribu kali setiap harinya biar kamu jadi terbiasa.”

“Lebay deh.”

© forleadernim

--

--