Kue Donat

dela
2 min readJul 28, 2022

--

Bohong, yang dikatakan Galaksi pada Langit melalui pesan itu bohong. Ia tidak sedang pusing seperti yang dikatakan. Setelah pesan terakhir yang dikirimnya pada Langit, ia tertidur hingga pukul sebelas saat Langit mengiriminya pesan. Pusingnya hanya akal-akalan, siapa tahu buat Langit memajukan jam pulang sekolahnya.

Awalnya Galaksi pikir rencananya gagal karena Langit tetap mengatakan tak akan pulang. Jadi Galaksi memutuskan untuk beranjak dari kamarnya menuju ruang tv, duduk bersantai dengan satu toples snack dipangkuan. Tapi setelah beberapa menit, telinganya mendengar pintu apartemen nya dibuka. Segera Langit melenggang masuk dengan plastik hitam dijinjingan. Mata keduanya bertemu, Galaksi tidak sempat berakting sakit kepala seperti yang direncanakan nya barusan, Langit terlanjur menangkap basah kelakuannya.

“Anjing lo dasar tukang tipu.” melihat Galaksi yang tampak baik-baik saja buat Langit geram, kontak plastik hitam berisikan nasi juga beberapa lauk yang dibelinya diperjalanan ia lemparkan pada Galaksi. Keningnya yang berkeringat diusap kasar.

“Gak nipu Langit, gue beneran pusing.” ujar Galaksi, plastik hitamnya dipindahkan. Bangkit dari duduk santainya, tubuhnya dibuat limbung, sengaja. “Nih, nih tuh badan gue oleng efek terlalu pusing.”

“Tai, anak SD juga tau kalo lo pura-pura.” timpal Langit, tasnya diletakan, melangkah menuju dapur, seharusnya dapur Galaksi masih berantakan. “Lo beneran beresin dapur? Gue bilang juga gue yang rapihin.”

Galaksi tertawa, menepuk bagian kosong disebelahnya, meminta pada Langit agar duduk disana. “Kelamaan kalo nunggu lo pulang, tangan gue udah gatel duluan.”

Meletakan piring yang sebelumnya Langit bawa dari dapur dihadapan Galaksi, Langit menurut untuk duduk disamping lelaki yang super mengesalkan itu. “Makan.”

“Iya, gue makan.” tertawa pelan, tubuhnya bergerak menyamping, menatap Langit tepat dimatanya. “Lo lari ya?”

“Menurut lo?” pertanyaan yang Galaksi layangkan Langit timpali dengan pertanyaan lagi.

“Menurut gue itu.” keringat pada wajah Langit diseka dengan tangannya. Galaksi jadi tidak enak hati. “Maaf buat lo capek sampe harus lari-lari gitu.”

Berdehem sejenak, jemari Galaksi yang tengah menyeka keringat pada wajahnya dienyahkan dengan perlahan. “Ada bagusnya lo makan, omongan lo makin lama makin kaya tai.”

Tawa Galaksi menguar, pada akhirnya membuka bungkus nasi yang Langit bawakan. Nasi padang lauknya telur dadar dengan udang, Galaksi suka, ayahnya sering belikan. “Lo dikasih tau siapa menu andalan padang favorit gue ini?”

“Bang Marva.”

Oh, kakak laki-laki nya lagi.

“Bohong deh, gue tau sendiri, karena kan dulu kalo lo main ke tempat gue, lo suka bawa bekel nasi padang telor dadar sama udang.” kembali berdehem, Langit melanjutkan. “Jadi gue pikir lo sukanya itu.”

Betapa manisnya Langit mengingat makanan favoritnya dua tahun lalu. Manis, Langit manis, seperti kue donat yang ibunya buatkan dulu saat ia kecil.

© forleadernim

--

--