More.

dela
2 min readMar 4, 2022

--

Menutup ponsel setelah mendapat pesan dari Januar. Dengan terburu Langit menoleh kebelakang. Keputusan yang salah. Sebab kini, tubuhnya seperti tidak memiliki satu incipun jarak dengan Galaksi yang berdiri tepat dibelakangnya. Terlebih, tubuhnya menjadi begitu kaku secara tiba-tiba begitu menyadari bibirnya mendarat tepat pada pipi milik Galaksi.

Beberapa sekon terlewatkan, baik Galaksi ataupun Langit terdiam. Bungkam atas apa yang tengah terjadi.

“Wah, lo beneran nonjok gue pake bibir.” Galaksi sadar lebih dulu. Bukannya menjauh, dengan sengaja melingkarkan tangan pada pinggang Langit yang tubuhnya berada begitu dekat.

Butuh beberapa sekon tambahan untuk Langit tersadar. Ketika benar-benar sadar Langit berjengit, melayangkan kepalan tangannya pada wajah Galaksi yang masih begitu dekat dengannya. Tubuh lelaki yang lebih darinya ambruk, Langit menindihnya untuk kembali melayangkan kepalan tangannya. Lagi dan lagi, kepalan tangannya terus dilayangkan pada wajah milik Galaksi. Sebelum akhirnya memilih untuk melarikan diri.

Malu, begitu malu. Banyak pasang mata yang menyaksikan tepat kearah mereka. “Anjing, anjing, anjiiiiiiiiiingggg, GALAKSI BANGSAT.”

Teriakannya menggema sepanjang koridor. Kepalanya kembali mengingat, bagaimana wajah Galaksi yang bersemu dengan mata memancarkan keterkejutan.

Dilain tempat, Galaksi tertawa dengan wajahnya yang terdapat lebam. “Hahaha HAHAHAHA.”

Keinginannya terpenuhi, meski bukan ditempat yang diingkannya. Galaksi merasa begitu bangga saat ini.

“CIUMANNYA BOLEH MINTA LEBIH GAK???” teriaknya pada Langit yang berlari menjauh.

Gila.

.

.

.

.

.

© forleadernim

--

--