Deartaewrites
5 min readDec 26, 2021

The Sun & The Moon

“Bunga lilac tuh kesukaan nyokap gue, artinya tanda cinta.”

Irish senang mendengar segala penjelasan Rei ketika mereka berkeliling memilih buket bunga untuk mamanya. Sebelumnya ia tidak pernah senyaman ini mengobrol dengan seseorang. Dimana dirinya dan Rei berbagi hal-hal kecil seperti perdebatan : tim makan bubur diaduk atau tidak (mereka sepakat tim bubur tanpa diaduk), selai roti apa yang menjadi favorit mereka (jawabannya valid : selai sarikaya), dimana mereka sama-sama tidak memakan pinggiran roti, dan masih banyak hal lainnya.

Belum pernah ada manusia yang betah bersamanya selama itu di toko buku.

Menjadi support moral dikala Irish bingung memutuskan harus membeli buku yang mana. Tidak seperti Jimmy yang memilih berdasarkan cover buku mana yang kelihatan lebih menarik, Rei akan membaca resensi di belakang buku-buku itu dan memberikan pendapatnya.

Bahkan menebak lagu-lagu jazz yang diputar di toko buku menjadi sebuah kesenangan selama 3 jam Rei mengekorinya bagai anak kucing. Tidak seperti Mala yang akan mengeluh capek dan bolak-balik wc karena beralasan lagu-lagu itu membuatnya sakit perut.

Those little things and attention, where they are in fact aren’t little.

“Kalo bunga Iris apa?” Tanya Irish penasaran ketika pilihan Rei jatuh kepada tiga buket bunga; lilac dan iris.

Did you know bunga Iris tuh ada mitologi Yunaninya?”

Irish menggeleng. Sekali lagi Rei selalu memberikan kejutan untuknya.

“Dewi Iris — yang dianalogikan sebagai pelangi — tuh jembatan antara surga dan bumi. Katanya bunga iris warna ungu tuh ditanam di di kuburan wanita-wanita supaya Dewi Iris mau menjadi guide perjalanan mereka yang sudah meninggal ke surga.”

Irish hanya mengangguk mendengar penjelasan Rei yang mendadak berubah menjadi lebih pendiam.

Stop it, kak.” Irish mengeluh saat Rei menyabet kantung belanjaan berisi buku yang mereka beli dari tangannya.

“Biar gue yang bawa,” jawab Rei ringan.

“Gue bisa bawa sendiri,” tukas Irish, berusaha merebut kembali kantung belanjaan itu. Tetapi ia kalah gesit.

If I’m confident, I would say you were trying to flirt with me by doing all these things.” Irish menggelengkan kepalanya tepat saat Rei memasangkan seatbelt untuknya.

What things?” Tanya Rei dengan cengiran jahil.

These things! Anter-jemput, beliin buku, bawain belanjaan, pasangin seatbelt…”

“Oh, lo ga salah. I’m fliriting with you.” Rei menjawab dengan satu hentakan alis sembari tersenyum.

“Lo bahagia ya kalo ngisengin perasaan orang?” Irish menghela napas.

“Rish, apa arti kebahagiaan buat lo?”

When I achieve something with my own effort,” jawab Irish mantap. “What’s yours?”

“Gue selalu berusaha bikin orang-orang di sekitar gue bahagia. Berusaha jadi anak yang baik untuk bokap nyokap. Makanya bertekad hari ini mau ngucapin Mother’s Day ke nyokap langsung, bukan cuma lewat kartu doang. Setiap tahun, gue selalu nulis i love you di kartu ucapan buket bunga nyokap gue. Tapi tahun ini, gue mau ngucapin langsung pakai bahasa indonesia ke beliau.”

“Lebih susah bilang cinta ga sih ketimbang love?” Irish melontarkan pertanyaan sesuai isi hatinya.

“Tau ga kenapa rasanya bilang aku cinta kamu itu lebih susah ketimbang bilang I love you?”

Irish mengangkat bahu. “Mungkin karena aku cinta kamu terlalu baku aja buat orang-orang?”

No, it’s because you understand your mother language better than others. Lo paham dan ngerti maksud dan sedalam apa artinya. That’s why we don’t say ‘aku cinta kamu’ that much. At least, buat gue kayak gitu.” Rei menjawab.

“Di saat lo dibesarkan dengan banjiran kasih sayang dari orangtua lo, it’s easy to do that. Di saat lo dibesarkan dan dikasih komentar ‘ga apa-apa, kamu udah usaha yang terbaik’ menghadapi kegagalan bukannya ‘masa gitu aja ga bisa?’, mungkin definisi kebahagiaan buat lo semudah itu. Masalahnya, ga semua orang hidupnya mudah dan utuh,” jawab Irish. Pandangan matanya lurus tertuju pada jalan, seolah menghindari tatapan Rei.

“Mungkin,” jawab Rei hati-hati. Sadar bahwa topik yang mereka bahas sensitif karena perubahan nada dalam suara Irish. “But, you can’t wait until life is not hard anymore to be happy, Irishya. Kalopun gue nggak bahagia, gue sebisa mungkin bikin orang lain bahagia.”

“Kenapa lo harus perhatiin orang lain dulu, baru diri lo sendiri?”

Jeda di antara mereka begitu lama, karena Rei tak memberikan jawaban atas pertanyaan Irish. Di sisi lain, Irish bertahan; menunggu jawaban.

Even if you’re hurting yourself in order to make others happy?” Irish menyuarakan protes, bahkan menggeleng tak percaya. Baginya itu sedikit bodoh dan tidak masuk akal.

“Dulu gue ga ngerti kalo kebahagiaan itu ternyata bisa sumbernya dari bikin orang lain bahagia.” Rei berdeham, tenggorokannya terasa kering dan suaranya sedikit serak. “Tapi gue ngerasa penuh kalo hidup gue ada manfaatnya buat orang lain. It feels like, I’m not wasting my life. It feels like my life is worth living.”

“Kak, bahagiain orang lain itu boleh. Tapi caranya nggak dengan merugikan diri lo sendiri. Bukan dengan cara mengaku ke Bu Surya kalo rokok itu punya lo padahal punya orang lain, misalnya.”

Melihat ekspresi terkejut di wajah Rei, Irish melambaikan tangannya seolah mengusir lalat. “Gue tau itu punya Jimmy. Kalo lo terus berusaha ngebahagiaan orang lain, lo ga akan sempet membahagiakan diri lo sendiri.”

Rei tertegun. Sudah berapa lama ia tidak lagi memprioritaskan kebahagiaanya sendiri?

“Kak, kalo hidup ibarat sebuah buku. My chapters isn’t about maximize happiness, but to minimize the pain.” Irish menjawab ketika Rei menepikan mobilnya di depan rumah Irish.

I’m not much of a reader, but when it comes to you, I’ll read.” Rei menjawab tanpa berkedip.

Rei membuka dashboard mobilnya, mengeluarkan spidol dari sana dan menuliskan sesuatu pada telapak tangan Irish.

‘I would try to maximize your happiness.’

“Curang, kok lo coret-coret tangan gue sih?” jawab Irish tersenyum. Sekejap saja ia menarik tangan Rei yang berjemari panjang-panjang dan balas menuliskan sesuatu di punggung tangan laki-laki itu.

‘I would try to minimize your pain too’

The sun doesn’t always have to be shinny everyday, kak.” Irish urung menutup pintu mobil dan memilih untuk berbicara pada Rei yang masih tertegun menatapnya. “The sun can always hide behind the cloud for a while when it’s rain like today. Or let the moon and stars takes over at night. The sun could always shine for the next day.”

And Rei finally realized something.

His life was like a total vacum in space, until Irish suddenly arrived with her constellation of stars and filled all the emptiness and brighten the whole universe of his heart.

And Irish finally realized something too.

Her life was like a moon phases, until Rei suddenly arrives with his warm lights of sun and waiting until her heart is fulled again bathing in the moonlight.