night drive

aya
3 min readAug 23, 2023

--

San memekik senang saat Yunho mengiriminya foto berupa sebuah SIM A yang sedang dipegangnya melalui aplikasi chat. Bukan karena itu milik San ataupun ingin diberikan kepadanya.

Siapa yang tidak senang kalau kekasihnya akhirnya mempunyai SIM untuk mengendarai mobil setelah gagal dalam beberapa kali percobaan? Mustahil jika kalian berucap tidak.

San langsung menekan ikon telepon sehabis Yunho mengiriminya foto. Menunggu sambungan hingga tersambung dan setelah bisa, San langsung meneriakan nama Yunho.

“Yunhoo! Congratss!” ujarnya yang membuat Yunho di seberang sana terkekeh pelan mendengar suara agak cempreng milik San yang pasti berubah ketika anak itu sedang excited .

Yunho membenarkan posisi duduknya di sofa menjadi bertumpu di tangan sofa, “makasih, sayang. Kamu kayanya seneng banget ya aku bisa dapet sim”

“Ya seneng lah! Aneh dong kalo aku ga seneng,” balas San yang membuat Yunho tertawa, “Nanti kapan-kapan kita jalan-jalan yaa?”

“Mau malem ini juga boleh kok. Mau ga?”

Terdengar terlalu mendadak, tapi San tetap mengangguk setuju meskipun tidak terlihat oleh si lawan bicara. Mungkin saking senangnya. Untungnya ia mengangguk diiringi dengan gumaman yang bisa Yunho tangkap sebagai jawaban ‘iya’.

“Jam 8? Gimana?”

“Okay!”

San sudah siap. Stylenya sangat simple, ia tidak suka menggunakan pakaian yang ribet.

Sweater berwarna abu-abu, celana jeans hitam sedikit kebesaran dan ada beberapa robekan di area lutut (atau yang biasa disebut ripped jeans) jangan lupakan sepatu high converse putih kesayangannya yang ia kenakan sebagai alas kaki.

San segera menghampiri Yunho setelah lelaki Jeong itu memberitahu bahwa dirinya sudah berada di depan rumah.

Yunho menurunkan kaca mobilnya. Mengamati San yang sekarang lagi berjongkok di depan gerbang untuk mengikat tali sepatunya. Setelah selesai, San berdiri dan sedikit berlari untuk mendatangi Yunho.

“Pasang seatbelt nya, sayang.”

San terlalu senang sampai lupa memasang sabuk pengaman. Ia terkekeh terlebih dahulu baru memasangnya setelah diperingatkan oleh Yunho. Yunho yang melihat hanya bisa menggelengkan kepala.

“Udah!”

Yunho langsung tancap gas. Membelah jalanan kota Jakarta di malam hari yang untungnya sedang tidak macet.

“Ganteng banget sih,” ucap San yang membuat Yunho menoleh.

“Siapa?”

“Pake nanya lagi, ya kamu lah!”

“Tapi aku pake kaos doang. Emangnya ga kaya gembel?”

“Matamu!” San berucap sampai bibirnya monyong, “cakep banget, mau marah liatnya,” sambungnya lagi.

Kaos lengan pendek warna putih, celana yang size nya agak ngepress di kaki jenjangnya, dan juga docmart hitam. Lebih simple daripada San tapi bisa membuat lelaki yang lebih kecil itu terpana.

Oh, lupa, satu lagi. Jam tangan bermerk rolex abu-abu terpasang di pergelangan tangan kirinya. San sering merasa tak pantas bisa menjadi kekasih seorang Jeong Yunho.

“Mau kemana?”

“Terserah aja.”

Jawaban yang selalu keluar dari mulut San dan membuat Yunho menggelengkan kepala, “aku ajak ke club, mau?” mata San melotot.

“Ga kesana juga.”

Yunho tertawa, “gimana kalo keliling Jakarta aja sambil deep talk?”

Sudah lama juga mereka berdua tidak melakukan itu. Maka, kepalanya mengangguk sebagai jawaban bahwa ia setuju dengan ucapan Yunho.

Cukup lama mereka berkeliling sembari melakukan deep talk. Jam sudah menunjukkan pukul 22.45 yang artinya Yunho juga harus mengembalikan anak bunda dan ayah Choi ini sebelum Yunho kena semprot seperti 3 bulan yang lalu.

San menatap tangan kiri Yunho yang sekarang sudah berada di paha kanannya. Tidak heran, saat mengendarai motor pun Yunho suka mengelus-elus dengkul San.

“Kebiasaan mu ya,” San pura-pura marah, Yunho tertawa melihat reaksinya. Sebentar lagi ia sampai di rumah San. Ia membanting setiran mobil ke kiri menggunakan satu tangannya.

Jangan lupakan tangan kirinya yang bergerak mengusap paha San.

“Kita udah sampai, pangeran manis.”

Semburat merah muncul di pipi San. Jika ia bisa memberi rating untuk pacarnya itu, bintang lima pun tidak cukup. San butuh simbol infinite.

San melepas sabuk pengamannya, “makasih banyak dan sekali lagi selamat ya, Yunho,” ucap San. Yunho tersenyum lalu mengangguk.

“Hey,” San yang ingin membuka pintu mobil membalikan badan.

“Ya?”

“Forehead kiss nya belum kan?” San menepuk dahinya. Kemudian mencondongkan badan agar Yunho bisa mengecup dahinya.

“Good night, prince.”

“Good night too, yuyu.”

--

--