sebelum kau hilang di dalam dekapanku, aku tak pernah lagi menemukan bibirmu. dan juga sentuhanmu yang pernah utuh, dulu betah di tanganku. ketika setiap hujan turun, kau senang mengukur tubuhku. dan dengan cinta yang penuh kecewa, kau berhasil menghitung panjang napasku, juga panjang katakata yang tak berlanjut. dan kau, yang selalu bergeming, tak selalu mampu menahan jantungku yang kini telah retak.

— buat andrei tarkovsky kasih, mampukah kau untuk tidur? sebelum tiba, sebelum ia tiba di ujung mimpi yang hampir rubuh, dan pada kenangan yang tertinggal di kala subuh, kasih, mampukah kau untuk tidur? ada juga kaca buram di kamarmu, yang membentuk warna tubuhmu —tubuhmu yang berisi aku, berisi hasrat yang kaku. kasih, mampukah kau untuk tidur? hanya untuk sementara, untuk menghindar dari yang siasia.

dan batu itu, yang memandang ke arah laut, tetap diam walau lelah digempur debur. dan mungkin ada waktu yang pecah, seperti gelas yang retak, ketika langkah kita mulai berjarak. 2023

gemerlap malam surut seketika, dan tibatiba, kedipan matamu tumbuh kembang seribu: beragam rupa. aku tak akan menua, sebab telah lama suaramu masih terasa, menjangkau diriku hingga jauh menuju ufuk yang telah patah. "dan debur yang pecah di depan mata, adalah kasih yang tak pernah nyata." dan kita, tak pernah meninggalkan kata walaupun sekadar gema di loronglorong degup suara. 2023

menjelang terik terakhir, panas agustus tak berfungsi lagi. dan di dalam dirimu cintaku mungkin telah retak kembali. jejak kakimu mengeras saat udara lembab. suara pun bisu, dan langkah jadi siasia setelah aku pergi. hanya ada semilir pelan pada malam itu, dan kau mungkin mengharapkan hujan untuk meniadakan bekas pelukanku. aku membayangkanmu menangis, tetapi dari jauh, aku tetap merindukanmu. jarimu yang dekat, bekas bibir yang dingin, dan janji yang penuh khayal, masih jelas terasa seperti dendam yang tak tuntas.

setiap ingatan kini telah jadi remahremah yang mudah terhempas, dan tanggaltanggal yang berlalu telah jatuh seperti kembang yang digetar oleh semilir sore waktu terdiri dari banyak gerutu dan ia tak mampu mengumpulkan kembali pecahan diriku yang terbuang juga pada mataku telah lama menyadari bahwa dirimu pun akan redup seperti bayang bulan yang tak sampai 2023

beragam corak telah dibayangkan, dan sebelum malam merenggut banyak tinta pada kain itu, segalanya belum tergores kain yang belum jadi itu, yang putih polos seperti dosa yang belum tiba, adalah kenangan terakhir sebelum terkubur di bawah hujan. dan duka yang telah mampir, mendesis padamu bahwa waktu tak selalu hadir. 2023

in the mood for love kita hanya sanggup berbisik di dalam detik yang mati. tahuntahun pun menghilang dari balik kamar, dan jendela buram itu membawa kita untuk bersama, untuk malammalam yang telah menghujam. seperti warna pada gorden yang jatuh, darah kita ikut bergontaian, mengalir dan berlinangan serupa tangis yang tumpah di bahu. * sementara, kau mungkin beku. dan aku salah mengira bisa memelukmu,

setelah menadah rintik yang memburu, kau telah jadi bayang di atas rumput runduk. dengan bulu dan sayap yang tak terhitung, kau membelakangiku untuk menjauh, dan kain yang terhampar di dekatmu kini, telah menjelma ranting tua untukku. 2023