Mengapa Kita Butuh Bantuan Orang Lain Untuk Memunculkan Motivasi di Dalam Diri Kita Sendiri?

Sebuah pertanyaan yang sering saya tanyakan, khususnya kepada diri saya sendiri.

Dimas Fakhruddin
4 min readJul 22, 2018

Mengapa kalau aura negatif itu dengan gampangnya kita keluarkan? Ketika berhadapan dengan kondisi yang kontradiktif dengan apa yang kita harapkan, kita langsung aja dengan mudahnya jadi males ngapa-ngapain, jadi bad mood, kerjaan molor gak jelas, gak ada motivasi sama sekali, auranya negatif lah pokoknya. Giliran pingin ngerubah aura negatif itu jadi positif, pingin bisa semangat lagi buat ngerjain, pingin bisa termotivasi lagi, rasanya kok ya buweraatt banget. Paling cuma tahan beberapa jam aja, selebihnya, ya balik lagi males-malesan. Sering, kan?

https://www.instagram.com/dmzf/

Anehnya, ketika kondisi kita lagi negatif, terus kita ketemu orang-orang yang punya aura positif kemudian ngobrol panjang dengan mereka. Ternyata, aura positifnya itu menular. Sepulang dari ketemu mereka, biasanya kita langsung jadi termotivasi lagi, jadi semangat lagi. Jadi ingat lagi deadline yang kemarin molor, jadi muncul lagi ide-ide baru. Positif banget lah bawaannya. Pernah kan kayak gini?

Nah, ini lo kenapa kok kayak gini? Kok rasanya kita susah banget buat memunculkan motivasi secara mandiri?

Biasanya sih ya, karena fokus kita terlalu banyak, kita jadi gampang kehilangan motivasi. Karena sewaktu mengerjakan fokus A, kita jadi gak bisa maksimal karena kita gak mungkin gak kepikiran dengan fokus B, C, D atau yang lainnya. Bisa sih sebenernya fokus banget sama A. Ya tapi, namanya manusia, kan?

Kita memang harus membatasi apa yang jadi fokus kita. Cukup 1–2 fokus besar saja, di mana kita bisa mengembangkan fokus tersebut menjadi detail-detail kecil yang harus dikerjakan. Semua bidang punya percabangannya masing-masing, dan itu sangat luas kalau kita mau menguliknya.

Lebih baik punya satu pisau, tapi sangat tajam. Daripada punya banyak pisau tapi semuanya tumpul.

Malthe Luda, dalam tulisannya pernah bilang kalo ada beberapa hal yang bikin konsentrasi kita sering buyar. Salah satunya, ketika apa yang jadi tujuan kita kayak berasa jauh banget untuk dicapai, di situlah kita stress. Kasarannya gini, kita sudah bikin beberapa daftar tujuan/target yang harus dicapai secara garis besar. Itu akan lebih mudah membuat kita stress sebenernya. Karena kita selalu melihat garis akhir yang jauh banget dari kemampuan kita sekarang. Wajar kalau kita jadi stress, terus akhirnya malas-malasan.

Jadi, ketika kita sudah menentukan tujuan akhir kita apa, jangan lupa juga buat menentukan poin-poin kecil yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan itu. Tujuan akhir tadi kita detailkan lagi menjadi tugas-tugas kecil yang harus diselesaikan. Dengan itu semuanya jadi gak begitu berat. Semua tergantung bagaimana kita merencanakannya, kok.

Tapi gini. Saya kemarin juga sudah mencoba melakukan itu. Sudah nulis poin-poin yang harus dikerjakan setiap harinya. Tapi kok ya tetep aja males? Kok ya tetep aja ada poin yang gak dikerjakan? Yang molor juga tetep banyak. Hmm, susah sih kalau diri kita sendiri dasarnya emang sudah males. Jujur, saya bingung sebenernya harus kayak gimana dengan motivasi yang sangat fluktuatif ini. Sampai pada akhirnya, seminggu yang lalu saya ngobrol bareng teman-teman saya dan sangat terasa aura positifnya.

“kayaknya ini deh yang tak perlukan”, dalam hati saya kayak gitu.

Mendengarkan Fadhl (@akufadhl / @alternatype) dan bang Degar (@degarism) bercerita tentang dunia font yang mereka geluti, proses mereka bagaimana hingga sampai di titik yang sekarang, itu sangat menyenangkan. Saya selalu tertarik ngobrol panjang lebar tentang proses mereka seperti apa. Karena selain bisa mendapatkan ilmu dari cerita mereka, ya memang saya merasa ini yang saya butuhkan. Bahwa ternyata motivasi, semangat, dan aura positif itu lebih mudah muncul setelah mendengar cerita-cerita semacam itu. Soale saya sadar, karena dengan mendengarkan cerita mereka seperti mendapat tamparan tersendiri gitu. Seakan disadarkan bahwa ternyata saya lo masih gini-gini aja. Usaha saya lo ternyata masih seupil dibanding dengan mereka. Totalitas saya lo ternyata masih ecek-ecek dibanding mereka. Kita memang selalu kesusahan buat membangkitkan motivasi yang ada di dalam diri kita sendiri. Karena pikiran kerdil kita akan selalu memilih berada di zona nyaman dan malas-malasan. Maka dari itu kita perlu tamparan dari orang lain untuk membuat kita terbangun.

Ternyata selama ini, ketika kita ngerasa sudah usaha total tapi masih aja stuck di situ-situ aja, terus kemudian males nerusin lagi, itu bukanlah sebuah sikap yang yoi. Itu sih sikapnya orang-orang yang kalah.

Karena orang-orang yang memang bermental yoi, mereka gak bakal nyerah dengan apa yang dia yakini.

Jadi rek, kalau misal masih sering males-malesan, I feel you. Saya sering kok ada di kondisi kayak gitu. Secepatnya cari apapun lah yang bisa bikin kamu termotivasi lagi. Jangan terlalu banyak scrolling sana-sini. Menghabiskan waktumu banget. Malah gak dapet apa-apa. Serius. Banyakin main, banyakin ngobrol sama teman-teman di sekitarmu. Ambil semangat positif dari mereka.

Saya juga masih berusaha melawan kemalasan dan keresahan yang tiap hari selalu ada. Saya belum benar-benar berhasil. Jadi, mari kita berusaha bersama-sama. Kalo ramean kan enak daripada sendirian. Yoi, gak?

___
Salam kompak selalu antara hati dan pikiranmu!
@dimazfakhr

Sumber:

--

--

Dimas Fakhruddin

I share stories through letters. A Lettering Artist and graphic designer | IG : @dimazfakhr_