Mengatasi Labilnya Algoritma Instagram

Dimas Fakhruddin
6 min readJan 16, 2018

--

Halo mantemans! Seperti yang sering kita keluhkan bersama ya, algoritma Instagram semakin kesini semakin labil dan semakin susah buat diprediksi perubahannya. Pernah kan ngerasa kalo udah bikin gambar susah-susah, cari posisi foto yang bagus, bikin kepsyen yang kece, dikasih hestek banyak banget, belum lagi ditambah sama nge-tag beberapa akun curator atau artist yang gak ada sangkut pautnya sama yang kita upload, tapi hasilnya nihil. Gak sesuai ekspektasi yang terlanjur tinggi di awal tadi. Pernah kan? Ha? Sering?? Hehehe. Saya juga pernah kok kayak gitu. Santay.

Beberapa hal yang saya singgung tadi mungkin cukup efektif dilakukan untuk mendapatkan engagement (likes, comments, direct shares) terhadap postingan kita. Tapi sejak beberapa kali pembaruan algoritma Instagram, kita semakin gak semudah itu untuk mendapatkan engagement yang besar untuk postingan kita. Nah, saya mencoba membagikan beberapa, bukan tips & trik juga sih, tapi yang menurut saya bisa dilakukan dengan perubahan algoritma Instagram ini. Bulan Januari 2018 ini tercatat sebagai pembaruan yang algoritma Instagram yang terbaru. Beberapa poinnya adalah:

Post Exposure

Ketika pertama kali upload gambar terbaru, postingan gambar tersebut hanya akan disebarkan ke 10% dari jumlah audiens (followers). Hal ini dilakukan semacam seperti tes ombak aja sih, apakah postingan itu layak untuk disebarkan ke semua audiens atau enggak. Kalau semisal postingan itu dapet engagement (likes, comments, direct shares) yang bagus, baru nanti akan disebarkan ke 90% audiens yang belum melihat.

Kalau semisal sering ngerasa beberapa kali posting yang kurang lebih sama tapi kok engagement yang didapat bisa beda, mungkin itu salah satu alasannya. Saya juga belum tahu cara pasti untuk ngakalin ini post exposure ini sih, salah satunya mungkin ya tetep dengan saling like dan comment antar teman. Which is, hal ini juga sangat membantu sebuah postingan dinyatakan ‘hidup’ sama Instagram.

Satu hal lagi, mungkin bisa dicoba berpindah ke business account, kalau emang niatnya main Instagram sebagai portfolio ya. Soalnya dengan berpindah ke akun bisnis, kita bisa dapat fitur tambahan semacam melihat statistik postingan kita gimana, jam-jam yang audiens kita lagi aktif-aktifnya itu kapan. Sangat membantu, menurut saya. Jadi kan kita bisa lebih mengetahui kapan harus upload ketika audiens kita lagi aktif-aktifnya.

Comment

Perubahan algoritma Instagram yang terbaru mengharuskan kamu merespon komentar di postinganmu dalam waktu 60 menit. Artinya, jika lebih dari itu komentar tersebut baru dibalas, kemungkinan postingan kita untuk lebih dilihat banyak orang akan menurun. Karena ketika kita memberikan komentar maupun membalas komentar akan masuk ke kolom following activity (di bagian kolom likes) dan bisa dilihat audiens kan. Sebelumnya saya berpikir untuk membalas komentar keesokan harinya aja, karena mikir biar besok ada engagement yang masuk lagi, biar postingannya keangkat lagi. Eh, jadi kurang berpengaruh dong ya setelah pembaruan algoritma yang terbaru ini.

Jadi ya kalau misal sempet membalas komentar dengan cepat ya monggo dilakukan. Itu juga bisa bikin mereka yang ngasih komentar ngerasa seneng lo soalnya komentarnya dibales dengan cepat. Saya baru ngeh sekarang. Maaf ya rek saya kadang balesnya lama. Hehe

Satu hal yang paling masuk menurut saya di algoritma yang terbaru ini adalah, sebuah komentar baru dihitung sebagai engagement kalau minimal berisi 4 kata atau lebih. Karena saya juga sempet beberapa kali membahas hal ini di postingan maupun stories saya tentang komentar-komentar ini. Kalau menurut algoritma Instagram, komentar seperti “love it!”, “nice!”, “keren”, sekarang gak akan lagi dihitung sebagai engagement. Kalau menurut saya, kita gak butuh komentar kayak gitu lagi. Karena yang kita posting itu pasti sesuatu yang menurut kita sendiri udah pasti ‘keren’, ‘bagus’, dan udah melalui proses selektif kita sendiri kan. Jadi ya waktu ada yang komen kayak gitu respon saya di dalam hati, ”ya emang, terus? Udah tau kok kalo keren”. :P

Ternyata hal ini diaminkan sama Instagram. Akhirnya kolom komentar kembali ke seharusnya sebuah komentar itu seperti apa. Bukannya komentar itu ada untuk menumbuhkan dialog? Karena begitulah seharusnya media sosial, kan.

Caption

Untuk caption, perubahan algoritma yang paling signifikan sih jangan merubah (ngedit) kepsyen selama 24 jam setelah posting. Karena jika kepsyennya dirubah akan sangat berpengaruh sama postingan itu. Kesempatan buat semakin dilihat lebih banyak audiens akan berkurang cukup drastis.

Kalau secara personal, karena saya lebih sering nulis kepsyen panjang lebar berisi hal-hal random di kepala saya, saya lebih suka kepsyen-kepsyen yang punya value tersendiri. Entah itu berisi cerita, pengalaman, atau informasi tentang alat-alat yang dipakai dan semacamnya. Karena gambar/foto dengan kepsyen itu saling berhubungan dan bisa saling mendukung. Daripada sekedar fotonya apa kepsyennya apa. Jadi untuk meminimalisir ngedit kepsyen setelah diposting, lebih baik tulis dulu kepsyennya di aplikasi notes yang ada di hape. Biar lebih enak kalau mau nulis, dan nanti tinggal copas aja. Karena jujur ya, lebih lama buat mikirin kepsyen kalau menurut saya. Iya gak sih?

Ohya, jangan menghapus postingan yang sebelumnya ada untuk kemudian di posting ulang. Karena alasannya sama seperti merubah kepsyen itu tadi. Kecuali memang ingin mengatur feed lagi dari awal sih gak begitu masalah.

Hashtags

Hmm…..ada perubahan yang cukup signifikan tentang hashtags di algoritma yang terbaru ini. Kalau sebelumnya kita bisa memakai maksimal 30 hashtags, dan masih dianggap normal. Sekarang penggunaan 30 hashtags atau penggunaan hashtags yang sama selama satu bulan, bisa dianggap spam atau shadow banning oleh Instagram. Serem, kan?

Jadi, sekarang ini penggunaan hashtags yang efektif hanyalah berjumlah 5 hashtags berbeda saja. Makanya strategi penggunaan hashtags menjadi salah satu hal yang harus diperhatikan.

Penempatan hashtags di kolom komentar juga sekarang gak sepenuhnya efektif. Soalnya udah gak akan muncul lagi di dalam kolom pencarian berdasarkan hashtags. Maka dengan sangat menyesal, hashtags harus ditempatkan di kolom caption. Tapi untungnya sekarang hanya 5 hashtags, kan?

Penggunaan hashtags yang sama selama beberapa kali jelas udah gak bisa dipakai lagi. Karena hanya terbatas 5 hashtags, sekarang jadinya harus punya koleksi hashtags sendiri. Yang tadinya (saya sih) punya beberapa koleksi hashtags berjumlah 30, sekarang harus dipecah lagi jadi 5 biji. Pemakainnya pun diusahakan harus bisa bergantian. Buatlah beberapa kumpulan alternatif hashtags biar lebih mudah dan tinggal copas aja nanti.

Usahakan memakai hashtags yang jumlahnya sekitar 10rb-500rb. Kalau pakai hashtags yang jumlahnya sudah jutaan, pasti akan lebih mudah tenggelam dan postingan kita sangat kecil sekali kemungkinannya untuk dilihat dan muncul di explore. Atau bisa juga pakai 2 hashtags yang berjumlah jutaan, 2 hashtags lagi berjumlah puluhan-ratusan ribu, dan sisanya bisa pakai hashtags pribadi atau yang belum cukup ramai digunakan. Agak tricky sih memang soal hashtags ini. Saya sendiri selama ini selalu copas terus. Ehe.

Cara termudah untuk mengetahui hashtags yang sedang ramai sih selain mencarinya lewat explore, bisa juga dengan melihat postingan orang lain dan melihat hashtags apa saja yang dia gunakan. Efektif sih ini bagi kita-kita yang merasa ribet harus cari hashtags satu persatu.

Selain beberapa poin terkait dengan pembaruan algoritma Instagram di atas, masih ada beberapa poin lagi yang bisa digunakan untuk meningkatkan engagement post.

Instagram Stories

sepertinya akan menjadi faktor penting dalam mendapatkan engagement. Bukan secara langsung sih emang. Tapi setidaknya dengan kita membagikan stories yang menarik, bisa membuat mereka yang melihat bisa langsung menuju profil kita untuk mencari tahu lebih lanjut. Atau bisa juga memungkinkan munculnya dialog antara kita dengan audiens, yang merupakan sebuah engagement secara personal. Ya walaupun kadang apa yang ditanyakan lewat DM itu biasanya hal-hal yang itu-itu aja sih (sabaro ya).

Apalagi dengan adanya fitur highlight stories, bisa sebagai trigger untuk kita melakukan hal-hal yang lebih kreatif lagi kan. Sebuah serial video atau animasi 15 detik, serial berupa stop motion, atau tutorial-tutorial singkat, banyak banget kok kemungkinannya. Kalau kata Nick Dimichino, “Story Highlights have changed the game”. Tapi apakah hanya untuk 15 detik, kita harus seniat itu? Jawabannya, iya. Karena seperti inilah kenyataannya sekarang dan itu sangat diperlukan.

Follow hashtags

Adanya fitur terbaru Instagram berupa follow hashtags ini menurut saya cukup efektif untuk saling mendapatkan engagement. Rumornya sih, ketika kita follow hashtags profil kita akan lebih disukai. Tapi who knows, kan? Kalau menurut saya sih dengan kita follow hashtags bisa membuat kita mengetahui akun-akun yang sebelumnya kita gak pernah tahu. Karena jika minimal kita like postingan itu, profil kita masuk ke notifikasinya dan ada kemungkinan profil kita dilihat, kan. Begitu juga dengan postingan kita. Dari situlah bisa muncul engagement baru.

Sebenernya perubahan algoritma Instagram ini semacam ingin mengembalikan term social media ke asalnya, yaitu sebuah media yang memang diciptakan untuk bersosialisasi, untuk berdialog lagi. Bukan hanya untuk show off, sekali upload langsung pergi. Jadi, santai ajalah dengan algoritma Instagram yang berubah-ubah. Soalnya poin paling penting ya tetep pada bagaimana caramu mempresentasikan karya yang kamu bagikan.

Percuma aja mikirin strategi ini-itu kalo ternyata cara kita presentasi kurang sesuai dengan tujuan yang kita rancang di awal dan kitanya sendiri gak menganggap sosial media sebagai media untuk bersosialisasi.

disclaimer: informasi yang saya tulis disini merupakan hasil dari beberapa sumber yang saya tambahkan dengan opini dan pengalaman pribadi saya. Jadi, jangan terlalu percaya dengan tulisan saya. Dosa, nanti.

Source:

https://www.thepigeonletters.com/single-post/2018/01/14/New-Instagram-Algorithm-Changes-in-January-2018

https://later.com/blog/instagram-predictions-2018/

https://www.honeybook.com/risingtide/instagram-algorithm/

_____
Salam kompak selalu antara hati dan pikiranmu!
@dimazfakhr

--

--

Dimas Fakhruddin

I share stories through letters. A Lettering Artist and graphic designer | IG : @dimazfakhr_