Geometrical Thinking

Damarulloh Kumbang Bernaung
3 min readJun 18, 2020

--

Photo by Science in HD on Unsplash

Dalam sebuah kuliahnya di TED Talk, Conrad Wolfram mengatakan bahwa “Matematika sangat menarik di dunia nyata, kecuali di dunia pendidikan”. Ia menambahkan, bahwa saat ini matematika berada di jalur yang salah.

Nampaknya, matematika masih menjadi momok bagi banyak orang untuk dimengerti apalagi dipelajari di bangku sekolah. Karena dari 4 urutan belajar matematika – menurut Conrad Wolfram – hanya satu yang kemudian ditekankan belajar kepada kita semua. Sehingga, jika ada yang mengatakan bahwa matematika adalah ilmu yang paling murni dan dapat diterapkan di berbagai kondisi seperti macam-macam dasar disiplin ilmu, budaya dan sosial menjadi batal karenanya.

Menarik sekali gagasan mengenai 4 langkah belajar matematika dan penerapannya untuk kita bahas. Akan tetapi, saya terlanjur memberi judul tulisan ini dengan “Geometrical Thinking” yang berarti saya harus disiplin untuk konsisten mengurai gagasan tersebut. Baiklah, kita urai perlahan.

Bayangkan jika ada sebuah segitiga sama sisi dengan garis lurus di dalam garis segitiga tersebut yang memberi batas sisi kiri dan sisi kanan. Diketahui bahwa nilai sudut kiri bawah dan kanan bawah adalah 60°, serta sudut tengah bawah yang tercipta akibat penambahan garis lurus tersebut menciptakan nilai masing-masing 90°. Pertanyaannya, berapakah nilai dua sudut pada bagian atas segitiga yang tercipta akibat penambahan garis?

Contoh soal diatas tidak perlu anda coba kerjakan bahkan pikirkan sekalipun penyelesainnya, saya mengerti itu akan sedikit menguras energi (apalagi saya tidak tambahkan gambar ilustrasi). Itu sangat bisa dipahami. “Untuk apa mencari nilai sudut segitiga yang tidak ada gunanya itu. Ya, tidak ada gunanya pada keseharian!. Tidak menambah wawasan”. Suara-suara pelan yang baru saja saya dengar.

Begini saja contohnya;

Bayangkan kita berada di tengah pesta perayaan tahun baru 2020. Semua orang merasakan itu bahkan untuk mereka yang tidak menyukai pesta sekalipun, mereka tetap melewati hari itu. Seluruh manusia di dunia merasakan hal sama yang kita rasakan pada saat itu. Membuat harapan baru, rencana baru. Atau harapan lama yang kembali dirajut dan coba untuk kita realisasikan pada tahun 2020. Semuanya terkendali sampai disitu, hingga COVID-19 datang sebagai ‘garis lurus’ yang menciptakan nilai-nilai baru dari ‘segitiga’/rencana yang sudah kita susun.

Geometrical Thinking merupakan istilah dalam pencarian definisi absolut terhadap suatu fenomena baru yang tercipta.

Kita bisa saja berdebat panjang mengenai asal-usul daerah penyebaran COVID-19 dari China atau Amerika dan konspirasi di baliknya . Akan tetapi, yang kita dapat maksimal hanyalah kenikmatan berdiskusi, berteori atau sekedar spekulasi pemahaman yang kita peroleh dari mulai level warung kopi, ruang kuliah hingga meja parlemen. Sementara, nilai-nilai baru yang tercipta akibat fenomena tersebut menjadi bias.

Sekarang, kita coba simulasikan perlahan. Buatlah segitiga sama sisi seperti contoh simulasi diatas. Tentukan nilai masing-masing sudut sesuai dengan rencana/harapan yang sudah anda susun saat ini. Misal, sudut kiri bawah (pekerjaan), sudut kanan bawah (kegemaran), sudut atas (karir). Masing-masing sudut bisa anda detailkan sendiri sesuai dengan bekal pertimbangan pengalaman pribadi (tentu segitiga setiap orang akan berbeda kalau begitu). Untuk langkah awal, anda sudah berhasil mendefinisikan nilai tiap sudutnya dengan metode Geometrical Thinking versi masing-masing.

Selanjutnya, buatlah fenomena baru (penambahan garis imajiner) di antara ruang yang tercipta pada segitiga tersebut. Misal, fenomena itu anda sebut dengan ‘dipecat dari pekerjaan' atau ‘diputusin pacar’. Kemudian, perolehlah definisi absolut yang tercipta akibat fenomena baru tersebut ada di dalam ruang segitiga yang akhirnya menciptakan sudut/nilai baru yang perlu terdefinisi.

Itulah yang saya maksud dengan Geometrical Thinking. Mencari nilai pasti dari sebuah kejadian. Sehingga, persoalan tidak menjadi bias dan kita tahu apakah ketika ‘diputusin pacar' dapat mengganggu nilai pekerjaan. Atau apakah ketika ‘dipecat dari pekerjaan' mempengaruhi atau bahkan mengubah karir masa depan?

Pada akhirnya, tulisan ini pun tidak menjawab apa-apa. Hanya sebuah permulaan dari sebuah metodologi berpikir yang dapat kita kembangkan secara mandiri dengan menambahkan sudut-sudut baru sesuai selera.

--

--