The plan

Nao
5 min readJan 10, 2024

--

Neuvillette dengan terburu buru berjalan ke arah gedung olahraga yang terdapat di dalam kawasan gedung anak anak semester 3 dan 4, hiruk pikuk disamping kanan kirinya tidak ia hidahkan sama sekali. Yang ada di dalam pikirannya hanyalah ‘Furina’ ia akan melihat Furina menari setelah sekian lama ini.

Bohong kalau ia bilang ia tidak merasa antusias karena ia bisa merasakan kakinya yang mulai sakit dikarenakan berjalan terlalu cepat menuju tempat tujuannya, gedung olahraga.

“Eh, katanya skor nya udah 18 – 20 loh!”

???

Skor?

Neuvillette memperlambat tempo berjalannya untuk mendengar jawaban si lawan bicara, “Hah? masa sih? Baru juga pertandingannya berjalan selama 1 jam! Tapi kalau boleh tau siapa yang 18 siapa yang 20?” Yang ditanyakan merespon dengan tawa kecil sebelum kembali membuka mulutnya, “Ya kampus kita lah! denger denger Wriothesley yang paling banyak nyetak skor”

Ia bisa mendengar teriakkan tertahan dari salah satu mereka berdua, “Udah gue duga kalau Wriothesley bakal yang paling banyak nyetak skor arghh padahal gue berharap nya Kak Haitham, lo pasti seneng jagoan lo yang nyetak banyak skor kan? Makanya lo kasih tau ke gue tentang perkembangan skor mereka.” Ujarnya sambil menyenggol teman disampingnya, yang disenggol hanya memberi senyum kecil sebelum melipat kedua tangannya di depan dada, “Yaiyalah!” Responnya sebelum kembali menurunkan tangannya, ada jeda lima detik sebelum Neuvillette kembali mendengar percakapan mereka berdua.

“Gue kalau jadi Kak Neuvillette auto nerima dia sih, kayak, APASIH YANG KURANG DARI WRIOTHESLEY!!! Pinter iya, cakep iya, atletiek pula! paket komplit! Kalau gak mau buat gue aja deh.” Teriaknya yang dibarengi dengan hentakan kaki.

Sudah ia duga, kalau orang sudah membawa bawa nama Wriothesley pasti namanya juga akan dibawa bawa.

Sepertinya orang orang di kampus ini belum melupakan kejadian beberapa bulan yang lalu.

“Wkwkwk nyerah aja deh lo, lo juga gak bakal bisa jadi Kak Neuvillette, Kak Neuvillette sendiri itu definisi perfect, belum lagi Wriothesley selalu liat dia pake tatapan penuh cinta, ah kayak lo gak tau aja.” Neuvillette bisa melihat punggung si lawan bicara menjadi lesu, “Iya tahu, kan gue cuman berandai andai doang.”

Sadar kalau mereka berdua mulai berjalan menjauh dari dirinya, Neuvillette kembali menggerakan kakinya untuk berjalan mengikuti mereka untuk menanyai mereka sesuatu, sejak kapan ia berhenti berjalan di lapangan kampus? Apa semenjak ia mendengar namanya kembali disebut?

“Permisi…” Neuvillette menepuk salah satu bahu dari mereka berdua, yang ditepuk tampak terkejut atas kehadiran si surai putih, “Ka – kak Neuvillette, ada yang bisa a – aku bantu?” Oh, ia tampak gugup, mungkin karena ia khawatir Neuvillette mendengar percakapan tadi?

Perasaan tidak. enak mulai meliputinya dikarenakan ia telah menguping percakapan mereka berdua tapi ia berusaha tepis jauh jauh perasaan itu, ia butuh informasi, “Tadi kamu bahas tentang skor, basket dan kampus lain, kalau saya boleh tau apa sekarang lagi ada tanding basket dengan kampus lain? Kalau iya dimana?” Tanyanya straight to the point.

Yang ditanyakan semakin berkeringat dingin, mampus, berarti Kak Neuvillette benar benar mendengar percakapan mereka tadi, “Di gedung ol – olahraga.”

Gedung olahraga? Bukannya Furina bilang ia sedang latihan disana? Tapi kenapa ia mendengar hal lain sekarang?

“Gedung olahraga yang mana?”

“Yang dikawasan gedung semester 3 dan 4 Ka – kak”

….

Furina menipunya?

Neuvillette menghembuskan nafas pelan untuk menghilangkan perasaan kesal yang sempat ia rasakan, sabar Neuvillette, sabar.

Ia tersenyum lembut sembelum membuka mulutnya, “Makasih atas informasinya,” Ujarnya sebelum kembali berjalan cepat kearah gedung olahraga disana, ia perlu memastikan semuanya sendiri.

“Wrio! Woy! Fokus!”

Yang diteriaki hanya memberi jempol.

Arghhh bagaimana bisa ia fokus kalau ronde pertama sudah mau habis tapi Neuvillette masih belum datang juga?

Ia kan ingin terlihat keren dengan cara menyekor skor terakhir untuk kampus mereka!

Wriothesley mendecih kesal, ia tatapi papan skor elektronik yang menunjukkan skor mereka diatas sana, 22 – 20, ya, benar benar skor terakhir untuk match ini.

“Wrio!” Wriothesley yang mendengar namanya disebut langsung menengok kearah sang pemanggil, “Tangkep ini, jangan dribble bolanya kelamaan kayak tadi, second chance buat elo” Ujar Haitham, si pelaku yang memanggil sang raven.

“Siap,” Arghh masa bodoh lah, ia akan tebar pesona ke Neuvillette saat ia menyetak skor pertama kali saja di ronde dua.

Bruk!

Pas setelah bola di terima ditangannya, Wriothesley tanpa membuang banyak waktu langsung berlari kearah area 3 point shooter, namun belum sempat ia memakai kuda kuda untuk meloncat ia bisa kembali mendengar namanya di panggil, namun dari suaranya ini ia tahu ini bukan Haitham, “Wrio! Woyy liat di samping pintu masuk ada siapa’’ Melainkan suara Kaeya.

Manik ravennya dengan automatis mengikuti perkataan Kaeya, dan disaat itu pula lah nafasnya tercegat,

Kak Neuvillette.

Ah,

Bahkan setelah tidak melihat berbulan bulan dia tetap cantik dan sempurna seperti biasanya.

Tidak bisa membendung perasaan bahagianya karena melihat pujaan hati, Wriothesley tanpa berpikir panjang langsung berteriak.

“Kak Neuvillette, this one’s for you” Ujarnya sebelum menembak bola tersebut ke arah jaring jaring diatas.

PRIITT!

Dan ya, tentu saja masuk.

Lapangan penuh dengan suara teriak teriakan para penonton, bahkan indra pendengarannya tidak luput mendengar pujian pujian yang mereka lontarkan untuknya.

Wriothesley mengangkat tangannya sambil tersenyum bangga, ia tutup matanya sebelum berputar kearah sang pujaan hati, namun bukannya disambut senyum lebar atau tatapan penuh pesona darinya saat ia membuka mata, ia justru mendapat tatapan kaget dan…kesal? dari sang surai putih.

Belum sempat ia mengerti respon tersebut sang kakak tingkat sudah berbalik badan dan meninggalkannya.

Lagi, kejadiaan ini terulang lagi.

Apa ia melakukan kesalahan lagi?

Bingung dan butuh penjelasan, Wriothesley tanpa berpikir panjang langsung menggeraka kaki nya untuk beranjak dari lapangan, namun belum jauh ia pergi ia bisa merasakan tangannya ditahan oleh seseorang.

“Mau kemana lo? Istirahat kita bentar doang”

“Ngejar Kak Neuvillette” Ujarnya sambil menepis tangan Ajax yang berusaha menahan tangannya.

Namun bukannya membiarkannya pergi, Ajax justru kembali menahan tangannya, kali ini menggunakan lebih banyak kekuatan.

“Lo gak kemana mana sebelum match kita sama kampus sebelah selesai.”

Wriothesley menggertakan giginya kesal, ia tepis tangan tersebut sekali lagi, “Tujuan gue buat ikut match kali ini buat bikin Kak Neuvillette terpesona sama gue, kalau dia udah gak disini udah gak penting match ini buat gue.” Ujarnya dingin.

Bukannya takut, Ajax justru kembali membalasnya dengan lebih dingin, “Semenjak lo jatuh hati ke Kak Neuvillette lo jadi tolol, inget kenapa lo ikut kegiatan basket di kampus ini, BUAT LO DI REKOMENDASIIN SAMA KAMPUS KE LUAR NEGERI BUAT JADI PEBASKET INTERNASIONAL TOLOL! kalau lo pergi sekarang citra yang udah lo buat bakal hangus begitu aja, kampus bakal ngira kalau lo gak serius sama basket.”

Ajax melepaskan genggaman tangannya dari tangan sang raven, “Bukannya itu impian lo sama almarhum ayah lo dari dulu? buat jadi pebasket internasional? Lagian sadar Wriothesley, lo udah ditolak 2x sama dia! Buka mata lo!”

Seakan ditampar oleh kenyataan Wriothesley langsung terdiam, benar juga, tujuan ia masuk ke kampus ini memang karena itu, ia dengar dari anak teman ibunya dulu saat ia masih SMA bahwa kampus ini sering mengirim mahasiswa mahasiswa mereka keluar negeri dan banyak dari mereka yang sukses karena itu.

Ia dulu bahkan sampai belajar mati matian karena ingin masuk ke kampus ini, dan setelah diterima ia justru jadi tolol begini? Hanya karena cinta?

Tersadar, Wriothesley langsung menghembuskan nafasnya dengan kasar, “Lo bener, maafin gue.”

Yang dimintai maaf hanya tersenyum kecil sebelum akhirnya merangkul bahu sang sahabat, “Nah gitu dong, lagian cowo di dunia ini ada banyak, kenapa lo malah ngejar yang imposible buat didapetin sih?” Ujarnya sambil menyeret sang surai raven kembali ke arena lapangan.

Wriothesley terdiam, benar juga,

Apa mungkin ini pertanda kalau ia harus menyerah mengejar Kak Neuvillette?

--

--

Nao

she/her , asia , ar60 , animangas , 🍁☂️ , 🐳 ☂️ , ⛅☂️ , 🏛️🌱 🔁 👌 .