UX — Pohon trotoar pembatas : Esthetic Vs Safety

Dwina Artati
4 min readMar 21, 2018

--

Kalo kamu pengendara mobil atau motor di jalanan kota-kota di Indonesia, pastinya sering liat trotoar di tengah yang biasanya digunakan sebagai pembatas jalan atau kadang buat penyeberang jalan “rehat” sebelum nyeberang lagi. Bahasan kali ini bakal fokus pada aspek UX (User Experience) dalam kaitannya dengan keselamatan berkendara di jalur lalu lintas.

Di kota tempat saya tinggal, saya sering lihat trotoar pembatas ditanami pohon kecil hingga besar sebagai penghias dan menambah asri jalanan lalu lintas. Mungkin di kota lain juga sama. Tanamannya sendiri beraneka ragam. Dari pohon glogok tiang sampai pohon mahoni bisa dijadikan pilihan.

Terus?

Nah, saya pernah menemukan trotoar pembatas yang dihiasi dengan pot-pot besar berisi pohon pucuk merah yang tingginya lebih dari 1,5 meter. Pot-nya pun disusun dengan jarak tidak lebih dari 2 meter. Esthetically, tanaman ini berhasil mengubah suasana perlintasan jalan raya jadi asri dan tidak monoton. Warna pohon pucuk merah yang merupakan kombinasi hijau dan merah nampak apik dan menyegarkan mata. My bad, berkali-kali ngelewatin trotoar itu, ga pernah keinget buat jepret kamera. Jadi kalau di-visualkan kira-kira begini :

Tanaman pucuk merah di pinggir jalan. Sumber : Google

Oke, bagian ini akan sedikit lebih detil.

Trotoar pembatas jalan tidak selalu tersambung panjang dari ujung jalan satu ke ujung jalan lainnya. Ada area yang sengaja diputus untuk memfasilitasi pengendara yang ingin putar balik arah. Sekarang bayangkan, pohon rimbun setinggi itu disusun di atas trotoar kecil dengan jarak yang dekat. Bagi pengendara yang melaju lurus tidak akan jadi masalah, tapi bagaimana dengan pengendara yang mau putar balik arah — terutama mobil, karena pengendara motor bisa lebih fleksibel posisinya?
Ketika hendak putar balik arah, mobil akan berhenti di antara trotoar pembatas yang terputus untuk menunggu jalur lawan aman diseberangi. Sementara menunggu, perkiraan sudut pandang pengendara mobil akan tampak seperti gambar di atas.

Posisi kendaraan putar balik. Sumber : Google

Sedangkan ilustrasi pengendara yang hendak putar balik arah terdapat pada gambar di samping (abaikan pengendara motor bandel yang ada di gambar). Pengendara biasanya akan berhenti saat posisi mobil berada di area yang aman dari tabrakan pengendara dari belakang atau depannya, yaitu tepat di tengah trotoar pembatas.

Apa yang terjadi? Pandangan pengendara terhadap kendaraan dari jalur lawan akan terhalang oleh rimbunan tanaman. Ini adalah user pain point dari kasus yang sedang saya bahas.

Mungkin akan ada yang bilang hal itu tidak terlalu bermasalah karena ketika mobil sudah berada tepat di antara trotoar, sudut pandang pengendara akan menghasilkan tembakan garis lurus yang tidak mengenai posisi tanaman. Means, sudut pandang pengendara bersih dari halangan. But wait! Bagaimana jika ada pengendara lain dari arah berlawanan yang melaju di jalur cepat (sisi kanan mobil silver) — katakanlah ada mobil lain berwarna kuning? Posisi pengendara ini adalah blank spot! Kondisi ini bisa diperparah dengan keberadaan tanaman yang rimbun. Sehingga akan memperlebar blank spot itu sendiri. Ketika pengendara yang hendak putar arah tidak menyadari kehadiran mobil kuning itu, ia akan langsung menyebrang dan BUUUMMM!!! accidentally in love, eh maksudnya…accident happens.

Kondisinya bisa sedikit berbeda ketika mobil yang digunakan tidak memiliki kap mesin yang panjang di bagian depan, seperti : bis, APV, GranMax, dkk. Pengendara dengan mobil jenis ini bisa memposisikan badan mobilnya agar bisa masuk ke jalur lawan lebih banyak karena kap mesin depannya tidak terlalu panjang. Otomatis ruang pandang pengendara akan jadi lebih luas ke depan tanpa terhalang rimbun pohon trotoar. Kemungkinan yang sama bisa terjadi jika lebar trotoar lebih besar. Tidak percaya? Silahkan analisa sendiri :)
Terlepas dari kondisi aman di atas, kita tidak bisa lupa bahwa mobil dengan kap mesin panjang lebih mendominasi di jalanan kota di negeri ini. Betul?

Yang paling penting adalah pertimbangan para penata taman lalu lintas terhadap segala kemungkinan yang terjadi berkaitan dengan keselamatan pengguna jalanan. Like...it’s better to…

Apply this :

Membuka ruang pandang dengan memangkas dahan bagian bawah pohon. Sumber : Google

Instead of this :

Rimbun to the max! Sumber : Google

Kasus di atas adalah kemungkinan yang terjadi dikarenakan keterbatasan ruang pandang bagi pengendara mobil. Sekali lagi, itu tergantung pada lebar trotoar yang ada dan ukuran kendaraan yang digunakan.

Yes, we now realize that UX design is needed everywhere, even in this small part of life :)

--

--

Dwina Artati

“UX Designer” lover but married with “System Analyst”