Analisa User Interface: Spotify VS Joox

Chris Eldon
11 min readSep 17, 2018

--

Design is not just what it looks like and feels like. Design is how it works. — Steve Jobs

Setiap detail pada user interface menjadi sesuatu yang sangat penting pada aplikasi mobile. Setiap kata, tombol, margin, padding, warna, tata letak, ikon, besar dan jenis tulisan, dan hal kecil lainnya memiliki peran besar membuat pengguna nyaman menggunakan aplikasi mobile. User interface yang baik akan memberikan pengguna kemudahan dalam berinteraksi dan mencapai tujuannya. User interface juga menentukan kesuksesan sebuah aplikasi mobile dalam menggaet target audiens aplikasi tersebut.

Kali ini saya akan memilih aplikasi mobile music streaming yang akan dianalisis dan dibandingkan dalam sudut pandang desain user interface, dan ditentukan mana aplikasi yang memiliki user interface baik dan buruk. Aplikasi tersebut adalah Spotify dan Joox. Tentu tidak bisa kita pungkiri bahwa Joox memiliki user interface yang sudah cukup baik dan Joox sukses di pasar aplikasi mobile music streaming, tetapi ada beberapa alasan yang membuat saya berpendapat bahwa Joox memiliki user interface yang kurang baik.

Spotify

Aplikasi music streaming yang mempunyai market share terbesar di seluruh dunia. Sebagai aplikasi music streaming Spotify mempermudah pengguna untuk mengakses konten musik dengan leluasa. Fokusnya adalah mendeliver musik sebanyak-banyaknya ke semua pengguna, dengan mempunyai lebih dari 35 juta musik tentu Spotify sukses mencapai tujuan ini.

Spotify Advertisement

Target audiens Spotify bisa dibilang luas karena saat ini Spotify mempunyai pangsa pasar yang luas dari generasi milenial sampai dewasa. Sebetulnya target audiens Spotify adalah generasi milenial terlihat dari advertising dan gaya marketing nya. Tetapi tetap saja Spotify bertujuan juga mentarget pasar yang lebih luas yaitu segala umur dan latar belakang sehingga user interface nya pun disesuaikan sesuai target audiens tersebut.

Spotify terkenal akan desain antarmuka yang simpel dan elegan. Tidak banyak fitur bermacam-macam, setiap fitur diusahakan untuk mempunyai interaksi yang mudah dan antarmuka yang simpel. Desain yang elegan membuat antarmuka aplikasi ini nikmat dipandang dan pengguna pun akan menyukai berinteraksi dengan aplikasi tersebut. Desain yang simpel akan mempermudah pengguna yang tidak terlalu mahir dalam mengoperasikan perangkat mobile nya. Mereka tidak akan dipusingkan oleh fitur yang banyak dan tombol-tombol yang beragam.

Dengan target audiens yang luas, Spotify perlu mempunyai user interface yang dapat digunakan dengan mudah dan learning curve nya rendah. Oleh karena itu, Spotify memiliki desain antarmuka yang simpel, tidak banyak tombol dan tidak banyak konten disatukan dalam 1 halaman. Pada 1 halaman hanya ada sedikit elemen yang berbeda, seperti di halaman home hanya berisi kumpulan playlist (berbentuk card) yang dikelompokkan berdasarkan tema, dan jika kita terus menggeser ke bawah kita hanya akan melihat kumpulan playlist seperti itu saja, sangat simpel dan tidak banyak elemen-elemen yang berbeda. Sangat simpel dan elegan sehingga pengguna tidak bingung terhadap perbedaan antara elemen satu dengan yang lainnya karena semuanya sama. Sehingga pengguna baru langsung tahu jika mereka ingin mendengarkan lagu tinggal pilih saja tema yang mereka sukai dan memilih playlist yang ingin diputar, tidak perlu banyak memikirkan tombol mana yang harus dipilih atau menavigasikan aplikasi nya terlalu banyak.

Hal lain yang membuat aplikasi Spotify ini sangat simpel adalah karena menu nya hanya ada 5, tidak lebih tidak kurang. Menu yang sedikit inilah yang membuat pengguna tidak kebingungan harus menavigasikan aplikasi nya ke mana untuk mencapai tujuan mereka. Tidak ada menu yang tersembunyi atau menu yang berada dalam menu lagi. Isi kelima menu tersebut pun sangat terorganisir dan terkelompok sesuai nama menu utama tersebut, seperti. Nama menu di bawah ikon nya sangat mudah dimengerti, tidak ada menu baru yang di dalamnya terdapat fitur baru yang jarang diketahui. “Home” untuk halaman utama, “Browse” untuk menelusuri lagu misalnya sesuai genre nya, “Search” untuk mencari lagu, “Radio” berisi kumpulan lagu yang diatur seperti di radio, “Your Library” semua konten yang dimiliki oleh pengguna, sangat eksplisit dan pengguna tidak perlu mempelajari apa isi menu-menu tersebut.

Keunggulan lainnya adalah menu “Your Library” yang sangat terorganisir dan sangat membantu pengguna untuk mengakses suatu fitur dengan mudah. Playlist, albums, artists, podcasts, dan semua yang dimiliki oleh pengguna langsung tampil pada menu “Your Library” tanpa perlu mencari atau menscroll ke bawah ke atas untuk mengakses konten-konten tersebut (yang notabene paling sering diakses oleh pengguna) atau mencari di menu lain, semua yang dimiliki pengguna ada di menu “Your Library”. Sekali lagi, menu “Your Library” juga hanya memiliki elemen yang sedikit, hanya ada sebuah list konten yang dimiliki oleh pengguna dan konten yang baru-baru ini dibuka. That’s it.

Saat memutar lagu halaman diatas akan ditampilkan, ada 2 opsi halaman yang bisa kita akses. Tombol-tombol yang ada sudah sangat familiar di mata pengguna karena dari dahulu aplikasi musik di berbagai platform sudah memiliki tombol yang berbentuk seperti itu sehingga pengguna tidak perlu mempelajarinya lagi. Lagi-lagi tidak terlalu banyak tombol di halaman ini. Tidak ada fitur-fitur aneh yang membuat pengguna baru kebingungan dan tidak nyaman menggunakan antarmuka ini.

Desain seperti inilah yang baik untuk aplikasi mobile karena pengguna belum tentu bisa mengerti aplikasi yang kompleks bahkan sebetulnya tidak kompleks tetapi hanya sedikit tidak terlihat karena tidak langsung ditampilkan. Desain antarmuka simpel dan elegan seperti ini akan disukai oleh banyak orang karena desain seperti ini desain universal yang dapat diterima oleh kebanyakan orang. Kemudahan interaksi dan kesederhanaan antarmuka akan membuat pengguna nyaman berlama-lama berkutat dengan antarmuka tersebut karena tidak banyak effort yang perlu dikeluarkan untuk mencapai tujuan mereka dan berinteraksi dengan antarmuka tersebut.

Walaupun sudah terlihat sempurna tetapi tetap saja ada behaviour yang sedikit membingungkan seperti di halaman yang sudah dibahas tadi yaitu saat pengguna ingin pindah ke halaman berisi list lagu yang ditunjukan pada gambar di atas sebelah kanan. Untuk mengakses halaman tersebut pengguna perlu menekan tombol di sebelah kanan atas, memang tombol tersebut sedikit tak terlihat dan pengguna baru pasti akan kebingungan apa tombol itu. Walaupun jika pengguna tidak kebingungan dengan tombol tersebut, ada sebuah miskonsepsi lagi yang pengguna akan alami yaitu jika pengguna ingin kembali lagi ke halaman sebelumnya yaitu halaman yang ditunjukkan gambar di atas sebelah kiri, pengguna pasti otomatis berpikir untuk kembali mereka harus menekan tombol “back” tetapi ternyata tombol “back” akan membawa pengguna ke halaman sebelum lagu diputarkan, bukan halaman yang tadi pengguna inginkan. Inilah salah satu kelemahan yang dimiliki antarmuka ini, tombol tersebut bukan masuk ke sebuah halaman lain tetapi mengubah isi halaman sekarang menjadi berbeda. Pengguna tidak akan menyadari hal tersebut.

Joox

Pendatang baru dalam industri aplikasi music streaming yang menguasai pangsa pasar yang besar di Asia termasuk Indonesia bahkan menjadi yang teratas. Walaupun sukses di kawasan Asia, Joox tidak bisa mendapatkan pengguna yang banyak di belahan dunia lain. Fokus dari Joox memang mendeliver konten-konten selain lagu seperti video streaming. Ini adalah salah satu keunggulan Joox dalam sisi konten, menggaet pengguna baru dengan mendeliver lebih banyak konten dan strategi ini terbukti sukses walaupun hanya di kawasan Asia saja.

Joox Statistic

Sekarang Joox mempunyai target audiens yang lumayan sempit yaitu generasi milenial dan kawasan Asia. Terlihat dari sisi konten yang disuguhkan dan antarmuka yang ramai atau seru, Joox berusaha untuk menggaet generasi milenial memakai aplikasinya. Hal ini bisa menjadi pedang bermata dua, di 1 sisi Joox dapat lebih mudah menggaet pasar yang lebih kecil seperti generasi milenial di kawasan Asia tetapi sulit untuk menggaet kelompok usia lain karena konten dan antarmuka yang disuguhkan tidak sesuai dengan latar belakang pengguna. Seperti yang telah dikabarkan di berbagai media, Joox sekarang ingin melakukan ekspansi pasar ke berbagai negara selain Asia dan berbagai latar belakang pengguna juga. Sehingga Joox harus berusaha membuat aplikasinya lebih bisa diterima banyak orang.

Joox terkenal dengan antarmuka yang ramai dan banyak konten yang disuguhkan dalam aplikasinya. Kaya akan fitur menjadi salah satu daya tarik aplikasi Joox. Tetapi hal ini berakibat pada antar muka yang lebih kompleks, banyak konten yang disuguhkan langsung dalam 1 halaman. Antarmuka ramai yang dimiliki Joox membuat learning curve aplikasi tersebut tinggi. Pengguna baru perlu waktu dan effort lebih untuk mempelajari antarmuka yang disediakan. Antarmuka seperti ini yang membuat Joox sulit untuk mengembangkan pasarnya ke lebih banyak pengguna karena pengguna baru belum tentu senang dan sulit menyesuaikan diri dengan antarmuka yang disediakan.

Dari menu utama, Joox langsung menyuguhkan banyak sekali konten dan fitur. Dalam menu “Discovery”, banyak sekali fitur dan konten yang disuguhkan seperti fitur pencarian, radio, album, playlist, fitur karaoke, chart, dan berbagai konten video. Pengguna baru akan merasa overwhelm dengan banyak konten yang disuguhkan sekaligus dalam 1 halaman dan membuat pengguna kebingungan untuk mencapai tujuan mereka. Bisa dilihat juga halaman tersebut mempunyai kepadatan konten yang tinggi, terlalu banyak tulisan, fitur beragam yang pengguna baru tidak akan tahu apa kegunaanya. Hal-hal tersebut memberikan kesan kompleks terhadap aplikasi Joox. Terlalu banyak elemen yang disuguhkan dalam 1 halaman dapat membuat elemen penting dari halaman tersebut seperti tersembunyikan atau perhatiannya terenggut oleh elemen-elemen lain yang sebetulnya bukan fitur utama pada suatu halaman.

Salah satu kelemahan pada halaman ini adalah fitur playlists dan artists yang membingungkan. Pengguna baru akan mengira tombol playlists dan artists tersebut menampilkan konten yang dimiliki oleh pengguna, tetapi ternyata tidak dan jika pengguna ingin mengakses playlists mereka, mereka perlu mencari ke bagian menu lain. Bahkan menu artists terasa tersembunyi (dapat diakses dengan masuk ke halaman “All Songs” pada menu “My Music”), hal ini disebabkan oleh fitur dan halaman yang terlalu banyak sehingga untuk mengakses fitur basic pun pengguna harus mencari dahulu dimana letak fitur tersebut. Apalagi pengguna baru yang sama sekali belum pernah menyentuh aplikasi Joox ini akan kebingungan mencari fitur tersebut karena sedikit tersembunyi oleh fitur-fitur lain dan penempatannya yang terlalu dalam.

Menu yang ada di aplikasi Joox terkesan membingungkan. Walaupun menu utama hanya sedikit yaitu 3 menu, terkesan mudah tetapi ini malah membuat banyak konten dan fitur disatukan dalam 1 halaman. Terdapat navigation drawer yang berisi menu-menu kecil lainnya untuk mengakses fitur-fitur unik dari Joox. Kekurangan dari navigation drawer ini adalah pengguna baru tidak akan tahu langsung cara mengakses navigation drawer tersebut. Bisa dilihat di sini banyak fitur-fitur kecil dan baru yang tidak diketahui banyak orang, mungkin ini adalah hal yang baik elemen-elemen tersebut disimpan ke dalam 1 menu yaitu navigation drawer sehingga pengguna tidak akan merasa terganggu oleh fitur-fitur yang tidak ingin mereka gunakan.

Saat memutar musik, Joox akan menampilkan antarmuka seperti pada gambar di atas. Lagi-lagi terdapat banyak fitur unik yang menjadi daya tarik Joox. Tetapi menjadi kelemahan saat antarmuka ini berhadapan dengan pengguna baru. Sebetulnya antarmuka ini sudah cukup dapat dimengerti dengan mudah, tetapi karena ada fitur-fitur unik dan desain yang berbeda dari biasanya pemutar musik umumnya, pengguna baru bisa jadi tidak mengetahui ada fitur tersebut atau tidak tahu cara penggunannya. Seperti fitur untuk memajukan dan memundurkan lagu, pengguna baru bisa jadi tidak akan mengetahui bahwa lingkaran hijau yang berisi album cover tersebut dapat digerakkan untuk menggunakan fitur tersebut.

Lalu ada 2 tombol “sing” yang masing-masing berada di atas dan kanan tengah. Pengguna pasti akan kebingungan apa perbedaan 2 tombol ini dan jika kita coba menekannya ternyata kedua tombol ini menuju halaman yang sama. Tidak jelas apa tujuannya ada 2 tombol yang berfungsi sama persis. Ada juga tombol unik yang jarang ada di pemutar musik lainnya yaitu tombol yang berada di sebelah tengah atas, “dts”. Pengguna baru pasti tidak akan mengetahui apa fungsi tombol tersebut sehingga berakibat tombol tersebut jarang diakses oleh pengguna aplikasi Joox. Tombol-tombol dengan fitur unik ini memang tidak terlalu menggangu desain antarmuka di halaman ini karena halaman ini sudah cukup sederhana.

Jika pengguna menekan tombol pada ujung kanan atas, deretan lagu yang akan dimainkan akan tampil. Halaman ini tidak terlalu mempunyai banyak fungsi. Sebuah list lagu ini memberikan kesan pengguna dapat mengontrol alur lagu yang dimainkan saat ini, tetapi ternyata tidak. Pengguna tidak dapat menekan sebuah lagu untuk memainkannya atau menggeser sebuah lagu untuk mengatur urutan lagu yang dimainkan. Keambiguan ini dapat membuat pengguna kesal dan memberikan kesan buruk terhadap aplikasi tersebut.

In The End

Spotify dan Joox sama-sama mempunyai antarmuka yang sudah cukup baik pada umumnya. Walaupun sudah baik tetap saja ada hal-hal detail yang kelihatannya tidak berpengaruh tetapi sebenarnya menjadi faktor penentu aplikasi tersebut menjangkau target audiensnya. Jika kedua aplikasi tersebut disandingkan Spotify unggul dalam kemudahan interaksi antarmuka pada pengguna baru, sedangkan Joox memiliki fitur yang banyak sehingga antarmuka yang disuguhkan menjadi sedikit sulit dipahami oleh pengguna baru.

Jika ditampilkan side-by-side, sangat terlihat pada 1 halaman Spotify memiliki fitur yang minim dan fokus halaman tersebut sangat tersampaikan kepada pengguna. Joox menyuguhkan fitur sebanyak-banyaknya dalam 1 halaman, mungkin alasannya adalah agar pengguna dapat mengetahui banyak fitur sekaligus dan berharap pengguna akan memakai fitur-fitur tersebut. Tetapi malah sebaliknya, elemen-elemen sebanyak itu ditampilkan dalam 1 halaman akan mengurangi fokus pada halaman tersebut dan memberikan kesan kompleks terhadap aplikasi tersebut.

Spotify juga memiliki tombol lebih sedikit pada 1 halaman daripada Joox yang harus menyuguhkan fitur-fitur uniknya. Spotify akan menyembunyikan tombol-tombol yang jarang digunakan, sedangkan Joox akan menunjukkan fitur-fitur yang mereka ingin pengguna gunakan. Oleh karena itu, sedikit kebingungan akan dirasakan oleh pengguna baru.

Jika dilihat dari segi estetik, Spotify masih saja memberikan kesan simpel dan elegan. Ikon-ikon yang dipakai tidak terlalu rumit dan dibuat dengan elegan. Tata letak tombol-tombol diusahakan untuk tidak saling berdekatan bahkan sangat jauh dari tombol ke tombol lainnya. Margin, padding, jarak dari suatu elemen ke elemen lainnya dibuat berjauhan sehingga tidak terjadi slip. Jika diperhatikan, Spotify memiliki jarak antar elemen dan layar yang konsisten dan indah, sangat rapi. Elemen yang dekat dengan ujung layar tidak terlalu berdekatan dengan ujung layar. Besar ikon tombol pun konsisten sesuai fungsi dan frekuensi penggunaannya. Tata letak tombol diatur agar pengguna dapat menjangkaunya dengan mudah.

Sedangkan Joox memiliki ukuran tombol dan ikon yang sedikit aneh seperti ukuran ikon mulai dan jeda, ukuran tombolnya sangat besar tetapi ikon nya kecil sehingga terlihat seperti tidak konsisten. Tata letak tombolnya pun ada yang kurang baik sehingga sulit dijangkau oleh pengguna. Seperti tombol unduh yang berada pada ujung kiri bawah atau tombol kualitas yang berada di atas, sulit dijangkau tetapi seringkali digunakan oleh pengguna. Jarak antar elemen atau elemen dengan ujung layar juga kadang tidak konsisten sehingga mengurangi keestetikan antarmuka. Album cover pada aplikasi Joox pun seakan-akan terpotong dan tidak menampilkan secara utuh keindahan album cover yang telah dibuat para artists.

Spotify vs Joox

Spotify sudah lama berada di industri aplikasi streaming music sehingga aplikasi mereka sudah lebih matang daripada aplikasi streaming music lainnya. Terlihat dari segi estetik, detail sekecil apapun diperhatikan sehingga membuat antarmukanya konsisten, simpel, dan elegan. Kesederhanaan aplikasi Spotify terlihat dari sedikitnya tulisan yang ditampilkan, menyembunyikan informasi-informasi yang jarang diakses pengguna sehingga membuat antarmuka aplikasi tersebut lebih sederhana dan mudah dipahami. Joox membuat aplikasinya kaya akan fitur dengan konsekuensi kemudahan pengunaannya berkurang dan dari segi estetik akan berkurang juga karena tak tertata dengan baik.

Spotify unggul dalam segi kesederhanaan, estetik, efektifnya suatu fitur dan fitur yang disuguhkan diyakinkan digunakan oleh mayoritas pengguna. Fokus terhadap fitur-fitur basic dan penting. Simpel dan elegan.

Joox fokus terhadap kaya akan fitur dan sebanyak mungkin menyuguhkan banyak fitur kepada pengguna dalam satu waktu tetapi konsekuensinya tidak memperhatikan kemudahan interaksi pengguna baru dan mengurangi segi estetik aplikasi tersebut.

--

--