October, Thank You

❦ellyvia
3 min readJan 19, 2023

--

i know now is november, but i write it for you. yes you — someone that i met in october.

“halo kak!” hahaha, itu sapaan pertamamu bukan? Atau “pagi kak.” Yang mana? Agar aku pilih menjadi sapaan untukmu juga.

Baiklah aku akan menggunakan keduanya.

Haloo, selamat pagi. Ahh tidak, tidak, sekarang malam hari. Selamat malam adikku. Umm bolehkah? Bolehkah aku memanggilmu dengan sebutan adikku?

Untuk apa ini sebenarnya? Tanyamu.

Haha, tidak ada. Kau harus membacanya hingga akhir — Ya jika kau mau. Jika tidak, tetap kau harus membacanya hingga akhir. Hehe.

Bagaimana Oktobermu kemarin? Apakah indah? Ku harap seperti itu karena Oktoberku sangat indah. Ahhh sayang sekali Oktober kemarin terasa seperti kedipan mata saja, sangat cepat. Padahal banyak sekali kenangan yang membahagiakan di sana. Jika waktu bisa diulang aku ingin kembali lagi ke bulan itu dan memperpanjang waktu agar aku bisa menikmati lebih banyak saat yang menyenangkan itu.

Akan ku ceritakan tentang Oktoberku. Bisa kah? Kurasa kita sudah dekat jadi aku dapat menceritakannya padamu. Ahh tidak ya? Ya sudah tidak masalah, tetap akan ku ceritakan.

Keras kepala katamu? Hahaha memang. Kakakmu — woops! — memang keras kepala. Sudah-sudah, cukup, terlalu banyak basa-basi.

Ah tapi sebelum itu, aku ingatkan ini mungkin akan menjadi cerita yang panjang. Jadi, carilah tempat ternyamanmu, aku rasa kau juga dapat menyeduh segelas teh hangat dan menyiapkan sepiring camilan. Hahahaha aku bercanda.

Baiklah mari kita mulai.

Kau tau, aku bertemu seseorang di sana. Seseorang yang tak pernah aku sangka kehadirannya karena kami memang orang asing yang bahkan aku tak tau bahwa dia hidup. Maafkan aku tapi ini sungguh.

Dan kau tau, dia tiba-tiba datang kemudian memperkenalkan dirinya, tidak secara langsung memang, dia memperkenalkan dirinya melalui pesan singkat. Awalnya ku kira dia seorang perempuan karena caranya menulis pesan yang menurutku menggemaskan. Namun, setelah ku tanya namanya aku sedikit terkejut, dia laki-laki.

Aku tak tahu harus seperti apa saat itu. Dalam benakku “Oh tidak dia seorang laki-laki. Bukankah aku membalas pesannya terlalu ramah? Apakah aku harus membalas pesannya seperti balasanku pada yang lain? Tapi kasihan dia. Bagaimana ini aku terlanjur membalasnya dengan ramah?.” Aneh memang isi kepalaku ini. Aku takut itu akan menyinggungnya jika dia tau — sepertinya dia sudah tau. Maaf bila ini menyinggungmu, peace.

Alasan mengapa isi kepalaku seperti itu adalah aku tak bisa terlalu dekat dengan laki-laki. Membalas pesan-pesan mereka dengan singkat seperti menjadi sebuah kebiasaan, terlebih pada mereka yang baru ku kenal. Dalam kondisi ini aku baru saja mengenalnya bukan? Namun, aku membalas pesannya dengan ramah jika dibandingkan dengan balasan pesanku kepada yang lain. Ingin ku kembali pada ‘penggaturan awal’ tapi aku tidak bisa. Bagaimana bisa jika dia menghubungiku setiap hari, menanyakan aku sedang apa dan mengucapkan 'selamat pagi’. Bukankah aku terlalu jahat bila mengacuhkannya.

Semua terjadi begitu saja. Tentu saja kami sering bertukar pesan, bertemu setiap harinya — walau dalam waktu yang singkat. Hingga saat itu dia jatuh sakit, aku menyadari sesuatu. Aku menghawatirkannya. Iya benar, aku menghawatirkan seseorang yang bahkan baru ku kenal.

Memangnya kenapa? Katamu. Bagiku itu sedikit aneh karena tidak biasanya aku seperti itu.

Aku tidak bodoh. Aku tahu perasaan itu, perasaan di mana aku mulai mengkhawatirkannya. Hanya saja perasaan itu harus ku sangkal karena sendari awal aku tak ingin terlibat dalam hal itu untuk saat ini.

Sungguh itu hal yang berat. Rasanya berbeda saat kau menginginkannya dengan saat kau tidak mengiginkannya namun perasaan itu datang. Hatiku berkata 'iya' sementara otakku berkata sebaliknya. Hatiku berkata 'aku menginginkannya' tetapi otakku berkata 'jangan hancurkan pendirian awal’. Sungguh itu menyiksaku.

Sangat menyiksa. Dan kau tau apa yang terjadi?

Kata hatikulah yang memenangkannya. Iya aku jatuh hati pada anak laki-laki yang aku jumpai Oktober itu. Terbilang cepat memang. Tapi…

Aku jatuh hati padamu

Apakah kau sadar jika aku sebenernya membicarakanmu dari tadi? Terlalu kentara ya? Hahaha, ini seperti pernyataan cinta. Ahhh sangat menggelikan bukan.

Tunggu, tunggu ini belum selesai. Izinkan aku untuk mengatakan sebuah ungkapan

“the moon is beautiful isn’t it?”

Tolong jangan larang aku untuk mengatakan itu, tolong jangan larang aku untuk menghilangkan perasaan itu — jika kau memaksa aku janji akan menghilangkannya tapi tidak untuk saat ini — dan tolong izinkan aku memiliki perasaan itu hingga pada waktunya ya?

Untuk sekarang Aku masih ingin menyukaimu — mencintaimu?

Adikku, terima kasih untuk bulan Oktober yang indah, terima kasih telah membuatku merasakan kupu-kupu di dalam perutku kembali setelah sekian lama.

Aku sayang kamu.

--

--