Analisis Semiotika Poster Film Parasite (2019)

Elza S P
7 min readDec 16, 2023

--

Sumber: (Parasite_Poster, 2019)

IKON

Dalam poster film Parasite (2019), terdapat ikon-ikon yang dapat dianalisis makna dari tanda-tanda yang digambarkan. Terdapat enam orang (salah satunya hanya ditunjukkan dengan kakinya saja) menghadap ke kamera. Keenam orang ini memiliki tanda sensor berwarna putih dan hitam di matanya. Raut muka yang ditampakkan semua orang di dalam poster ini seolah tegang dan serius. Selain itu, tempatnya di halaman rumah mewah yang digambarkan dengan rumput dan pepohonan hijau yang terawat, kursi santai yang bernuansa orang kaya, kaca besar sebagai dinding rumah yang mewah, bangunan rumah bergaya modern, dan terdapat bayangan tenda yang terlihat dari pantulan kaca rumah tersebut. Halaman rumah mewah tersebut menjadi latar tempat utama dalam film Parasite.

INDEKS

Parasite (2019) merupakan film asal Korea Selatan tentang kesenjangan sosial bergenre black comedy thriller yang disutradarai, diproduseri, dan ditulis oleh Bong Joon Ho. Sebuah keluarga kelas bawah tinggal di rumah bawah tanah yang kumuh. Pendapatan mereka sangat rendah. Suatu hari, Putranya, Ki-woo, mendapat tawaran menjadi guru les privat Bahasa Inggris dari anak seorang konglomerat. Perlahan, Ki-woo memasukkan seluruh keluarganya untuk bekerja di sana dengan cara bohong dan licik. Lama-kelamaan, mereka hidup sebagai parasit dengan memanfaatkan kekayaan tuan rumahnya. Mereka semakin terlena dengan kemewahan fana di keluarga kaya ini hingga berbagai tragedi pertumpahan darah pun terjadi di antara keluarga-keluarga kaya dan miskin.

Indeks pertama: Laki-laki paruh baya

Laki-laki paruh baya tersebut berkemeja warna gelap dan bercelana panjang warna hitam. Dari pakaiannya, terlihat bahwa ia berpakaian rapi formal. Keformalitasan yang ia tunjukkan melalui pakaian tersebut menandakan bahwa ia sedang bekerja di rumah yang dijadikan sebagai latar poster dan menandakan ia bukan pemilik rumah tersebut. Raut wajahnya tidak bahagia, bahkan menunjukkan ketegangan seolah sedang menghadapi sesuatu hal yang serius. Hal ini menjadikan sebuah petunjuk bagi penonton yang belum menonton film tersebut bahwa film ini bukanlah film santai dan jauh dari kata romantis. Hal ini dibuktikan di dalam film bahwa ia adalah keluarga miskin yang menjadi parasit di rumah mewah tersebut dan ia juga sosok yang membunuh bosnya sendiri atau suami pemilik rumah tersebut.

Indeks kedua: Pemuda

Terdapat pula laki-laki dengan pakaian lebih santai (kemeja luaran denim) membawa batu dengan kedua tangannya dan berekspresi tegang dan datar. Melihat dari wajah dan pakaiannya, ia adalah anak laki-laki yang berusia 20-an tahun. Ia menggunakan sepatu hitam seperti sepatu formal sehingga dapat dikatakan bahwa ia juga bukan pemilik rumah tersebut. Hal itu dibuktikan dalam film bahwa ia adalah anak dari keluarga miskin dan ia juga tokoh yang mengajak keluarganya untuk bersama-sama menjadi parasit.

Indeks ketiga: Pasangan laki-laki dan perempuan

Dua tokoh ini sedang bersantai di kursi santai, laki-lakinya pun tiduran di kursi tersebut dan perempuannya setengah menyender kursi yang sama sambil membawa minuman bergelas mewah. Dua tokoh ini disebut pasangan karena mereka tidur bersama di kursi santai dengan pakaian senada. Pakaian yang mereka kenakan dapat dikategorikan sebagai pakaian santai dan timeless sehingga pakaian tersebut mungkin merupakan pakaian berharga mahal. Dengan begitu, dapat dikatakan bahwa mereka adalah tuan rumah atau pemilik rumah mewah yang menjadi latar tempat terjadinya film tersebut. Dalam film, ia memang pemilik rumah yang dijadikan sebagai sasaran untuk para parasit memanfaatkannya.

Indeks keempat: Bocah laki-laki

Bocah laki-laki yang berada di dalam kaca rumah sedang memandang kedepan dengan sensor putih di matanya juga memiliki peran sebagai penunjuk menarik dalam film ini. Pakaiannya yang menggunakan pakaian pendek bergaya pramuka dan berada di dekat tenda menandakan ia adalah tokoh yang memberikan banyak kode bagi penonton. Contohnya adalah lukisan yang ia gambar seolah gambar karikatur manusia yang abstrak padahal lukisan itu adalah bentuk sosok parasit yang tinggal di rumahnya dan tidak diketahui keberadaannya oleh pemilik rumah sendiri sehingga bocah laki-laki ini menyangka bahwa sosok itu adalah hantu yang menimbulkan traumanya.

Indeks kelima: Kaki

Kedua kaki diperlihatkan dari ujung kaki hingga paha tergeletak di rumput halaman rumah. Pada realitanya, kaki yang tergeletak di rumput bukanlah hal yang dimaknai sebagai tidur atau beristirahat, melainkan dimaknai sebagai korban yang mengambil nyawa manusia. Dengan adanya kaki yang tergeletak di rumput dalam poster ini, film ini cukup menunjukkan bahwa akan ada tragedi yang merenggut nyawa manusia dalam ceritanya. Kaki tersebut berwarna pucat menandakan bahwa itu adalah mayat yang tergeletak. Dalam film, terdapat beberapa tokoh yang terbunuh sehingga disimpulkan bahwa kaki tersebut adalah tanda tokoh yang dibunuh tersebut dan sineas tidak memberikan kode mengenai detail inisial kaki siapa yang terdapat di bagian kiri bawah di poster tersebut.

Indeks keenam: Rumah mewah

Rumah mewah ini bergaya modern dengan kaca besar yang dapat memperlihatkan langsung ke bagian halaman rumah. Rumah ini dijadikan sebagai tempat gambar poster itu terjadi sekaligus sebagai latar tempat utama dalam filmnya. Rumah ini seolah dijadikan sebagai barang yang diperebutkan beberapa keluarga dan terjadinya tragedi pembunuhan terjadi.

Indeks ketujuh: Slogan “act like you own the place”

Slogan “act like you own the place” jika diterjemahkan dalam bahasa Indonesia menjadi ‘bersikaplah seolah kau pemilik tempat itu’ terdapat di bagian atas poster film ini. Slogan ini merujuk kepada keluarga miskin yang berusaha untuk menguasai rumah mewah milik keluarga kaya dan merasa seolah-olah bahwa rumah itu adalah miliknya. Padahal, pada kenyataan dalam film itu, mereka hanyalah pembantu keluarga kaya tersebut sehingga menciptakan sebuah judul yang mewakili keseluruhan cerita, yaitu “Parasite”.

SIMBOL

- Tipografi “Parasite”

Pemilihan font grafik untuk poster tidak mungkin tanpa sebab dan alasan bagi para sineas. Selain mencari font yang sopan untuk mata penonton, font tulisan pastilah memiliki makna tersendiri. Font ini menggunakan konsep tajam disetiap sudut hurufnya. Hal ini berarti film ini akan menjadi film yang “tajam” atau serius dan memuat sisi “gelap” alih-alih film yang santai dan menghibur.

- Garis Imajiner

Selain itu, dalam poster ini, terdapat garis imajiner yang membatasi antara tokoh bersensor hitam dan tokoh bersensor putih, sensor hitam di sebelah kanan dan sensor putih di sebelah kiri. Meski hanya imajiner, tetapi garis ini diartikan bahwa terdapat garis antara kelas atas dan kelas bawah yang tidak dapat dimasuki dan tidak mungkin dimasuki oleh kelas bawah. Hal ini dibuktikan di film bahwa keluarga miskin tidak akan pernah menguasai dan menjadi kaya. Pada akhirnya, mereka akan kembali ke tempat mereka berasal.

- Sensor hitam dan putih di mata

Warna putih dan hitam secara general diartikan dengan sesuatu yang bertolak belakang. Warna hitam diartikan sebagai warna gelap, buruk, kotor, suram, dan bernoda. Pemilihan warna hitam disensor mata pada tokoh laki-laki paruh baya dan pemuda menyimbolkan bahwa mereka bukan tokoh yang baik. Hal ini dibuktikan dalam film bahwa mereka adalah keluarga yang menjadi parasit di dalam keluarga kaya dengan cara yang licik bahkan melakukan pembunuhan di akhir-akhir scene.

Sedangkan, warna putih identik dengan hal yang bersih, suci, baik. Sensor warna putih di tokoh pasangan laki-laki dan perempuan dan di mata bocah laki-laki menunjukkan bahwa mereka adalah tokoh yang bersih. Artinya, mereka bukan tokoh yang melakukan kejahatan bahkan pembunuhan. Sebaliknya, mereka adalah tokoh yang dirugikan dan menjadi korban dari tokoh bersensor hitam. Dalam film, mereka dimanfaatkan finansialnya, rumah mewah yang dikuasai oleh keluarga miskin, hingga pertumpahan darah yang berimbas ke keluarga sensor putih juga.

- Batu

Sebuah batu yang ia bawa dengan kedua tangannya memiliki metafora menurut sutradara di film ini. Batu diibaratkan sebagai bumi yang berlawanan dengan air (laut). Batu tersebut diharapkan tokoh ini sebagai jimat keberuntungan dan kekayaan yang menjadi hasrat dirinya. Padahal, jika batu dimasukkan ke dalam air, air tersebut akan membentuk gelombang dan mengubrak-abrik apa yang ada di hadapannya. Hal tersebut juga yang terjadi pada nasib tokoh atau keluarga tokoh ini yang hidupnya menjadi hancur karena hasratnya. Pada scene menuju akhir, terdapat scene ketika tokoh ini meletakkan batunya ke sungai yang dapat menyimbolkan bahwa ia akhirnya menerima keadaan ekonominya dan melepaskan hasratnya.

- Pintu

Pintu adalah bagian dari rumah yang berfungsi untuk sarana keluar masuk ruangan atau bangunan. Pintu terlihat dari titik keberadaan pemuda pembawa batu di dalam poster tersebut. Dalam konteks film ini, ia berada tepat di pintu dan dapat diartikan bahwa ia adalah tokoh yang membawa keluarganya untuk memasuki rumah tersebut atau dengan kata lain mengajak keluarganya untuk bersama-sama menjadi parasit.

- Minuman berwarna merah

Minuman berwarna merah yang menjadi suguhan dari pasangan suami istri yang sedang bersantai di kursi santai. Makna merah dalam air tersebut dapat berupa darah, nafsu, gairah, emosi, dan finansial. Jika dikaitkan dengan jalannya film, hubungan tokoh ini dengan makna merah adalah ia merupakan sosok yang mengundang nafsu, emosi, dan gairah dari tokoh lain melalui kekayaan finansial yang ia miliki sehingga nantinya akan menimbulkan pertumpahan darah. Dalam petikan scene film, pasangan ini mudah terpengaruh oleh ucapan dan hasutan orang lain. Misalnya, ketika keluarga miskin berusaha membuat mereka yakin untuk memecat sopir pribadi yang telah bekerja bertahun-tahun sehingga keluarga miskin dapat menggantikan posisinya. Respons pasangan ini sangat terpengaruh dan langsung melakukan apa yang diprovokasi tanpa mengecek kebenarannya.

- Bayangan tenda Indian

Selain orang, poster ini juga terdapat bayangan tenda dari pantulan kaca rumah mewah. Tenda tersebut berbentuk rumah adat suku Indian atau yang disebut Teepee. Terdapat makna dari rumah adat ini. Pada era postcolonial Amerika, suku Indian sebagai suku asli Amerika mendirikan rumah Teepee sebagai tanda bahwa daerah tersebut sudah ada yang menempati. Namun, kelompok pendatang berdatangan dan ingin menginvasi daerah tersebut. Sama halnya dengan yang terjadi di film ini, keluarga miskin berusaha untuk menginvasi rumah dan kekayaan yang dimiliki keluarga kaya tersebut. Ditambah dengan sebuah scene ketika bocah laki-laki ini bermain panah-panahan dan panah tersebut mengarah ke keluarga miskin. Hal ini dapat diartikan sebuah metafora bahwa suku Indian atau keluarga kaya berusaha mempertahankan apa yang mereka miliki dengan menyerang pendatang baru atau keluarga miskin.

Astuti, W. T. (2007). Membedah Mitos Sampul Novel Bersama Roland Barthes. Dalam Wacana Pemikiran Prancis Kontemporer dalam Teori dan Praktik. Bagaskara Jogjakarta.

Parasite_Poster. (2019, Agustus 14). I Can’t Unsee That Movie: Film News and Reviews by Jeff Huston. https://icantunseethatmovie.com/parasite_poster/

--

--