DIDIKLAH ANAK SESUAI ZAMANNYA

ERNY ERMAWATI
5 min readJun 18, 2023

--

A. Pengertian Mendidik Anak Sesuai Zaman

Mendidik adalah menyampaikan pengajaran, norma-norma dan nilai-nilai hidup, aturan, dan hukum. Jadi mendidik adalah membantu dengan sengaja pertumbuhan anak dalam mencapai kedewasaan melalui bimbingan baik secara jasmani maupun ruhani. Mendidik anak sesuai zamannya adalah mengarahkan anak- anak kita mampu survive dalam zaman dimana dia hidup, sehingga mampu menjadi insan yang mandiri dan kontributif bagi kemaslahatan umat. Mengenai pendidikan yang bersifat tsawabit (aqidah dan ibadah) maka orang tua harus menempatkannya sebagai yang paling utama. Lebih dahulu dan lebih penting dari penanaman skill. Sebab, kecerdasan skill yang tidak dilandasi dengan aqidah yang kokoh hanya akan menimbulkan kerusakan demi kerusakan. Seperti yang kita lihat dan rasakan di zaman ini. Betapa mereka yang terdidik secara kognitif ternyata banyak yang tidak mampu memengang teguh norma-norma agama, moral, dan sosial.

Mendidik anak bukanlah hal yang mudah. Apalagi zaman terus berkembang dan berubah. Orangtua tentu harus banyak belajar dan mengikuti perkembangan zaman agar sesuai dengan perkembangan anak. Ali bin Abi Thalib juga pernah berpesan mengenai hal pendidikan anak. Menurutnya, setiap anak harus diajari sesuai zamannya. “Ajarilah anak-anakmu sesuai dengan zamannya, karena mereka hidup di zaman mereka bukan pada zamanmu. Sesungguhnya mereka diciptakan untuk zamannya, sedangkan kalian diciptakan untuk zaman kalian”.

B. Langkah-langkah Mendidik Anak Menurut ALI BIN ABI THALIB

Ali bin Abi Thalib membagi 3 tahapan dalam mendidik anak, agar metode pengajaran yang digunakan orang tua sesuai dengan perkembangan. 3 tahap tersebut yakni:

  1. Tahap pertama usia 0–7 tahun, perlakukan anak seperti raja

Pada tahap ini anak baru bisa belajar dengan melihat sikap orang tuanya. Jika orang tua memberikan kasih sayang dan memperlakukannya dengan lembut maka kelak mereka akan tumbuh menjadi orang yang lembut dan penyayang juga. Di sisi lain orang tua juga harus bisa tidak memanjakan anak dan tetap tegas pada hal-hal tertentu. Cara terbaik untuk mendidik anak pada tahap ini menurut Ali bin Abi Thalib adalah dengan melayaninya dengan sepenuh hati dan tulus.

2. Tahap kedua usia 8–14 tahun, perlakukan anak sebagai tawanan

Pada tahap ini, anak sudah saatnya untuk memahami hak dan kewajibannya, baik mengenai akidah, hukum, dan sesuatu yang dilarang dan diperbolehkan. Hal ini dianggap penting karena anak sudah mulai mengerti tanggung jawab dan konsekuensi yang akan mereka dapatkan ketika melakukan sesuatu. Seperti mengerjakan sholat 5 waktu, menjaga pergaulan dengan lawan jenis dan lain sebagainya.

3. Tahap ketiga usia 15–21 tahun, perlakukan anak sebagai sahabat

Pada masa ini, selain mengalami perubahan fisik, anak juga mengalami perubahan mental, spiritual, sosial budaya dan lingkungan yang memungkinkan timbulnya masalah yang harus mereka hadapi. Orang tua harus mampu memposisikan diri sebagai sahabat agar anak mau terbuka dan bercerita mengenai apa yang sedang mereka hadapi untuk kemudian mencari solusi bersama. Selain itu, orang tua juga bertugas untuk mengawasi anak tanpa disertai sikap yang otoriter agar anak tidak merasa terkekang.

Dengan begitu anak akan merasa disayangi, dihargai, dicintai dan akan tumbuh rasa percayadiri dan menjadi pribadi yang kuat sehingga mereka senantiasa mampu melakukan kebaikan dan menjauhi keburukan. Hal yang penting lainnya adalah membekali anak dengan keahlian yang akan mereka butuhkan kelak ketika mereka sudah terjun ke masyarakat.

C. Hal-hal yang Harus Dihindari Saat Mendidik Anak

  1. Jangan berbohong

Apabila ingin menambahkan nilai kejujuran pada diri Anak-anak kita, jangan biarkan mereka terbiasa dengan kebohongan. Banyak sekali orang tua yang hobinya menjanjikan sesuatu kepada anak-anaknya, namun tidak ia berikan. Anak-anak akan meyakini bahwa melanggar janji itu adalah hal yang biasa, apalagi kalau orangtua terbiasa berbohong atau tidak menepati janji, tentu saja anak-anak akan semakin berpikir bahwa berbohong itu diperbolehkan, na’udzubillahi mindzalik. Misalnya ada anak nangis dan tidak lama berhenti nangisnya lalu ibu atau ayahnya berkata kepada anaknya “Sudah nangis berhenti dulu ya sayang nanti ayah atau ibu beliin kamu hadiah” akan tetapi saat anaknya berhenti menangis orang tua tidak membelikan anaknya hadiah saat ditagih anaknya orang tuanya bilang “Nanti ya setelah dari ini, itu”. Jika kita membiasakan suatu kebohongan kepada anak-anak kita, bisa saja mereka pun akan terbiasa berbohong. Mereka akan terbiasa melanggar apa yang telah mereka akan terbiasa melanggar apa yang telah mereka janjikan kepada orang lain. Tidak pernah mengajarkan kita untuk berbohong walaupun kepada anak-anak kita sendiri. Alangkah baiknya jika kita tidak banyak janji kepada anak-anak kita.

2. Mendidik Anak dengan Metode Kuno

Kita memang tidak akan pernah bisa mendidik anak-anak kita di zaman sekarang dengan metode yang pernah kita dapatkan dulu. Terlebih lagi, tantangan yang dihadapi oleh anak-anak zaman now jauh berbeda, apabila dibandingkan dengan tantangan yang kita hadapi di zaman dulu. Itulah sebabnya mengapa ada sebuah nasihat yang sangat mulia dari Ali bin Abi Thalib, “Didiklah anak-anakmu sesuai dengan zamannya, karena mereka hidup bukan di zamanmu.”

3. Selalu Mengatakan “JANGAN!”

Banyak sekali orangtua yang mendidik anaknya dengan metode “jangan”. Mereka menggunakan kata “jangan” untuk menghindarkan anak-anaknya dari sesuatu yang membahayakan. Padahal sebenarnya, kata ‘jangan’ adalah kata yang seharusnya dijauhi oleh setiap orangtua. Kata ini hanya membuat seorang anak cenderung ragu-ragu di dalam mengambil suatu keputusan. Harusnya, kata “jangan” digantikan dengan kata yang bermakna positif. Harusnya, kata “jangan” bisa digantikan dengan kata yang lebih efektif, yang bisa menunjukkan perhatian dan kasih sayang kita kepada anak-anak.

4. Bertengkar di Hadapan Anak

Tidak ada sebuah rumah tangga yang terbebas dari konflik. Tapi hal yang harus kita ingat adalah jangan sampai konflik tersebut membuat kita gelap mata dan hilang akal. Namun ada akibat dari gelap mata yang sangat berisiko tinggi, yaitu tidak bisa mengendalikan amarah sampai harus bertengkar di depan anak-anak. Sebab, apabila seseorang sudah gelap mata dan hilang akal, biasanya orang tersebut akan melakukan hal-hal yang tidak masuk nalar dan logika. Marah di depan anak-anak justru bisa memberikan efek samping yang buruk kepada anak-anak seperti misalnya: Anak-anak kehilangan panutan di dalam keluarga dan Anak akan dihantui rasa takut seumur hidup.

D. Mendidik Anak Dalam Teknologi

Zaman akan berubah setiap saat, zaman kita sebagai orang tua tentunya akan berbeda dengan zaman anak kita besuk. Memang zaman kita dahulu belum marah penggunaan gadget namun sekarang hal tersebut jadi hal yang wajib di miliki. Tidak jarang anak usia dini telah mampu menggunakan teknologi dan orang tua yag menghawatirkan imbas tekonologi sudah berpengaruh bagi kehidupan anak sehari- sehari.

Apalagi anak merupakan mahluk yang mudah tertarik dan tersugesti akan segala hal jadi anak akan termotivasi melakukan hal yang mereka anggap keren dan menarik. Tak jarang trend ngomomg Bahasa gaul yang sebenarnya kurang sopan di katakan akan menjadi hal yang biasa. Ketika banyak orang menormalisasikan kata- kata tersebut dan dijadikan sebagai Bahasa gaul. Bahkan apa yang anak lihat di sosial media hal itu yang akan menjadi sesuatu yang ia kerjakan atau lakukan setiap hari. Anak-anak di bawah umur yang tidak mengerti akan hal tersebut akan meniru tanpa berfikir Panjang. Membatasi gadget bukan berarti tidak peduli dengan zaman anak yang sudah mulai serba teknologi namun kita juga harus menyadari bahwa tidak semua membutuhkan gadget segalanya juga cukup baik digunakan tanpa gadget. Terlalu banyak melihat hal-hal di sosial media bisa menghilangkan didikan dari orang tua atau kebiasaan-kebiasaan baik yang telah tertanamkan.

--

--