What is the relationship between BMC and Design Thining?

Ester Marbun
2 min readDec 2, 2018

--

Hello guys! Kali ini saya akan membahas tentang BMC (Business Model Canvas) dan hubungannya dengan design thinking. Buat kamu yang bingung kenapa pembisnisan bisa berhubungan dengan berpikir desain, tulisan ini sangat bermanfaat untuk kamu. Kuy dibaca! ☺

Begini guys, BMC merupakan tools yang digunakan untuk mengelaborasi design thinking dalam merancang sebuah program. Bukankah kita menyadari dalam merancang sebuah produk tengah terjadi sebuah proses transformasi dari ide atau gagasan yang bersifat abstrak menjadi sebuah produk dalam wujud? Setidaknya kita akan memulai sebuah proyek dengan bertanyaan "Why" mengapa produk tersebut harus ada. "Why" inilah yang akan menjadi basic value produk karena ia merupakan alasan terkuat untuk bisa menjadikan produk tersebut bermanfaat. Setelah selesai dengan “Why”, maka kita akan beranjak pada "What" apa bentuk dari produk yang mampu menjawab "Why" tadi dan disesuaikan dengan unsur lainnya seperti "Who" berupa siapa target dan partner bekerja kita. Setelah itu, barulah masuk ke ranah lebih teknis lagi. Itulah yang ada dalam BMC, menjabarkan proses berpikir untuk menurunkan gagasan menjadi produk.

Terdapat 9 komponen dalam Business Model Canvas, yaitu Customer Segment, Value Proposition, Channel, Customer Relationship, Revenue Stream, Key Resourcess, Key Activities, Key Partnership, dan Cost Structure. Untuk menyusun model bisnis menggunakan pendekatan ini, dimulai dari Customer Segment, diikuti dengan Value Proposition, Channel, Customer Relationship, Revenue Streams, Key Resources, Key Activities, Key Partners, dan Cost Structure.

Nah, dari penjabaran di atas dapat dikatakan bahwa BMC adalah bentuk teknis dari produk desain, maka design thinking adalah tools dalam merancang konsep ide (pada proses ideate di design thining). Berdasarkan pendapat Alamanda Shantica , Vice President of Technology Product Go-Jek, bahwa yang dimaksud dengan design thinking adalah metode kolaborasi berbagai ide lintas disiplin untuk memperoleh sebuah solusi yang akan membantu dalam proses penyusunan lean canvas dalam bisnis.

Design thinking memiliki lima langkah yaitu empatize, define, ideate, prototype, dan test. Keseluruhannya akan meminta kita menempatkan diri kita sebagai penyusun sekaligus sebagai konsumen produk (target market). Dapat dikatakan ini adalah sebuah langkah untuk menolong orang-orang seperti kita yang cukup sulit untuk bisa mengombinasikan ide dalam tataran konsep abstrak untuk menjadi sebuah produk yang komprehensif.

Nah, jadi kamu sudah paham kan mengapa BMC sering dikaitkan dengan design thinking? Baiklah, selamat mencoba guys! ☺

--

--