chibeyya! 🧸
4 min readFeb 3, 2023

Tato Bunga Mawar

Malam itu, Yuki sedang tiduran di kamarnya sembari bermain ponselnya. Tiba-tiba saja, ada notifikasi dari Rafa yang berkata bahwa ia sudah di depan pintu kamar apartemennya. Seketika Yuki panik, karena ia masih menggunakan masker teh hijau di wajahnya. Takut akan dilihat oleh Rafa, ia segera berlari ke kamar mandi untuk membasuh wajahnya sebelum membukakan pintu.

“Lama banget, ngapain si?” tanya Rafa yang kebingungan kenapa Yuki membutuhkan waktu lama untuk sekadar membukakan Rafa pintu.

“Lagi maskeran,” kata Yuki singkat.

“Ih, harusnya lo bukain dulu. Gue ga keberatan kok liat lo maskeran. Pasti lucu,” komentar Rafa.

“Tapi gue yang ga mau,” tolak Yuki.

“Btw lo ngapain sih ke sini malem-malem? Mau bawain es kelapa muda?” tanya Yuki setelah membuatkan dua gelas teh hangat.

“Es kelapa muda diminum malem-malem di apart ga jodoh, ga kaya lo ama gue,”kata Rafa sambil tertawa kecil.

“Dih, emang udah pasti bakalan jodoh?” jawab Yuki sarkas.

“Ga tentu. Tapi kalo mau pasti ada jalan.”

“Terserah,” timpal Yuki dengan ekspresi kesal.

“Ututu, jan marah. Nanti cantiknya ilang. Nih gue bawain sepatu. Sesuai janji,” Rafa menyodorkan satu kantong plastik yang berisikan kardus sepatu. Benar saja, saat dibuka ternyata isinya sepatu yang sudah dijanjikan.

“Makasih banyak akakkk!” kata Yuki kesenangan sampai berlari-lari di apartemen yang bernuansa pink itu. Ia juga meletakkan sepatu itu di rak sepatu setelah memotretnya.

“Gue ada hadiah lagi. Tapi sebelumnya, gue mau nanya lo dulu,” Rafa membuka topik pembicaraan.

“Hah? Nanya apaan?” Yuki bingung sama kata-kata Rafa yang menggantung.

“Lo pernah bikin tato ga?” Yuki terperanjat. Kenapa pertanyaannya tiba-tiba begini? Sungguh tak disangka.

“Ga pernah. Ntar gue dibunuh nyokap. Gue pas SMA mau ngecat rambut aja sembunyi-sembunyi. Alias pamitnya kerja kelompok, malah jalan ke salon dianterin temen gue. Pas pulang nyokap auto kaget, kenapa rambut gue tiba-tiba jadi coklat agak muda. Untung sama temen gue dikasih vitamin rambut biar rambut gue tetep kerawat. Dan nyokap gue karena udah kejadian bisa apa? Toh nyokap gue suka ngecat rambut juga jadi dibiarin. Sama sekolah juga ga dipermasalahin, soalnya sekolah gue ngebolehin cat rambut kalo warnanya ga terlalu mencolok,” cerita Yuki.

“Walah walah, gitu to ceritanya. Emang sih, buat banyak orang minta maaf itu sulit tapi sesulit-sulitnya masih lebih gampang minta maaf daripada minta ijin. Gue pernah jadi remaja yang sekolah di sekolah umum juga, jadi gue tau rasanya,” respon Rafa yang sepertinya mengerti mengenai permasalahan yang dialami oleh Yuki.

“Btw kenapa e kok tiba-tiba nanya tentang bikin tato? Emangnya lo punya?” Yuki masih saja kebingungan sekaligus penasaran.

“Kalo tatoan beneran ga pernah. Soalnya gue orang bisnis, harus ngejaga profesionalitas kalo meeting sama client. Cat rambut aja takut-takut, pernah waktu itu cat ash brown highlight ijo tapi ga lama langsung gue tambal pake warna coklat gelap. Soalnya bokap bilang keliatannya ga mencerminkan orang bisnis,” giliran Rafa yang cerita.

“Ini tmi aja sih, tapi satu fanbase pernah kegocek ama salah satu foto selca gue. Gue upload foto pake stiker tato yang itu, lo tau lah. Mereka semua komentarnya langsung “eh Kak Rafa bikin tato ya?”. Padahal boongan doang,” sambung Rafa mengenai ceritanya tadi.

“Btw, lo tadi kan bilang elo bawa hadiah lagi. Apaan tuh? Gue kepo sumpah,” Yuki kembali merasa penasaran.

“Ya ini. Tato temporer gambar bunga mawar. Udah Rafa approved,” kata Rafa sambil menyodorkan seplastik berisi tato temporer itu.

“Emang lo koleb lagi sama brandnya?”

“Kaga. Gue demen aja.”

“Arti tato bunga mawar apaan si? Gue ga ngerti gituan sumpah,” Yuki penasaran sekaligus bingung.

“Keseimbangan antara cinta, kecantikan, keberanian, dan pengorbanan. Alias kalo lo beneran cinta sama orang, lo bakalan membuat diri lo menarik dan berani berkorban buat orang itu,” jelas Rafa.

“Ya udah, pasang ga ni? Pake air kan? Kamar mandinya di situ, kalo mau masang gampang banget,” kata Yuki sembari menunjuk ke arah kamar mandi apartemennya.

“Pasang aja. Gue juga ada nih. Ambil yang warna merah ya,” kata Rafa. Pada saat yang sama, ia sembari menggulung lengan kanan bajunya agar tato bunga mawar miliknya terlihat.

“Nah, udah. Tumben abis ditempel langsung keliatan. Biasanya nunggu beberapa jam dulu,” kata Yuki setelah keluar dari kamar mandi.

“Itu yang biasa, jadi langsung nongol,” kata Rafa, “anyways, gimme your hand.”

Hey what the fuck are you doing?” Yuki kaget tangannya tiba-tiba ditarik. Setelah tangannya ditarik, tangannya diletakkan di pangkuan Rafa dan dibalik sampai pergelangan tangannya menghadap atas. Setelah itu, Rafa langsung mengambil ponselnya dan memotret tangan mereka yang diletakkan bersebelahan. Itu semua dilakukan dengan cepat, sehingga Yuki pun tak mampu menghindar.

“Mau dikemanain fotonya?” tanya Yuki.

“Ga dikemana-kemanain. Mau gue simpen buat diri sendiri. Toh kalo gue sebarin juga lo aman, soalnya muka lo ga keliatan. Paling mikirnya itu si Eji,” jawab Rafa.

“Eji siapa?” tanya Yuki.

“I’ll tell you later via chat. Gue mau pulang dulu, udah dicariin Raihan. Selamat malam, cantikku,” kata Rafa sambil melangkah menuju pintu keluar.

“Yahhh, ga asik. Tapi gapapa deh, Yuki juga udah ngantuk,” respon Yuki. Setelah itu, mereka mengucap salam perpisahan sembari Yuki menutup pintu kamar apartemennya.

chibeyya! 🧸
0 Followers

now my life's a mess 'cause i couldn't love you any less