Cr. Pinterest

Balcony

Ezra
3 min readMay 25, 2023

Karin sedang berdiri sendirian di balkon yang jaraknya cukup jauh dari ruangan dimana para mahasiswa lain sedang berdansa. Ia menatap bulan, mengelus cincin bermodel salib yang sedang ia kenakan itu sambil berdoa. Karin berdoa kepada sang pencipta yang mungkin sedang memperhatikannya sekarang diatas, agar orang yang ia cintai mau menerima dan membalas cintanya. Tepat setelah ia menutup doanya dengan tanda salib, terdengar suara dari orang yang barusan menjadi bahan curhatannya dengan Tuhan.

“Ngapain sih disini sendiri?” tanya Winaren sambil tersenyum tipis.

“Nggak kok, bosen aja di dalem ramai.” balas Karin sambil membalas senyuman Winaren.

“Gua bawain minum nih. Sekalian gua mau nemenin lo.” Winaren berkata sambil menyodorkan segelas champagne yang ia ambil.

“Thank you Win.”

“My pleasure honey.”

Mereka pun bersulang dan minum bersama di balkon itu. Tanpa adanya gangguan dari orang lain, dengan ditemani suara dentuman musik tipis yang bisa terdengar dari pesta dansa di dalam ruangan.

“Yang lain pada lagi dansa. Gamau nih dansa sama gua?” ajak Winaren.

“Tapi gua malu… gua juga gabisa dansa,” jawab Karin dengan ragu.

“Gausah malu. Kita dansa disini aja. Lagian musiknya masih kedengaran tipis dari sini. Gua juga lebih mau kita berdua aja daripada harus dansa rame-rame di dalem. I’ll lead, you follow. Sounds good right?” ucap Winaren.

“Okay then. Please lead, dear prince.”

“Hold my hand princess.”

Karin menggenggam tangan Winaren menggunakan tangan kirinya, sementara tangan kanannya ia letakkan pada bahu pujaan hatinya yang lebih lebar darinya itu. Winaren pun menggenggam erat tangan Karin menggunakan tangan kanannya dan menaruh tangannya pada pinggul Karin menggunakan tangan kirinya. Mereka mulai menari. Mengikuti irama dan alunan musik klasik yang terdengar tipis sambil berdansa seakan-akan tidak ada esok hari dan hubungan mereka akan terus berlanjut dengan baik sebagaimana mestinya.

Alunan musik berakhir, menandakan bahwa prom akan segera berakhir. Karin yang mengetahui hal itu pun dengan cepat melepaskan genggamannya pada Winaren. Menarik nafas dalam-dalam karena ia tahu bahwa tak lama lagi, ia akan mendengar jawaban dari lamarannya pada malam sebelumnya.

“It’s time Win. Gua ke toilet dulu ya.” ujar Karin.

“Okay Karin. I’ll wait for you di depan hotel. And i’ll also give you the answer for your confession yesterday.” balas Winaren.

Winaren pun berjalan menjauhi Karin terlebih dahulu sambil melambaikan tangannya kepada gadis yang ia sayangi itu. Dilanjutkan dengan Karin yang dengan cepat berlari ke toilet karena ingin membenahi penampilannya dan untuk menenangkan dirinya sejenak.

Tanpa sengaja di perjalanannya menuju toilet, ia menabrak seorang pria yang cukup tinggi dengan rambut yang agak gondrong.

“Eh maaf maaf ga sengaja…” ucap Karin.

“Iya santai aja gapapa kok.” balas pria itu.

Sebelum Karin berjalan terlalu jauh dari pria gondrong yang ia tabrak. Ia mendengar suara dari seorang pria bertubuh pendek yang merupakan teman dari pria yang ia tabrak tadi. Pria itu terdengar menyebut namanya, membuat Karin penasaran akan apa yang sedang kedua pria itu bahas.

“Itu Karin kan? Yang jadi bahan taruhan lo sama Winaren.” ucap pria pendek itu.

“Iya itu dia. Winaren cerita kalo dia udah ditembak jadinya gua kalah taruhan dah.” balas si pria gondrong.

“Emang lo berdua taruhan apa sih? Serius bener gua lihat-lihat.” balas tanya oleh si pria pendek.

“Motor gua yang ducati.” jawab si pria gondrong.

Betul. Pria gondrong yang Karin tabrak itu ialah Domi. Domi yang memulai taruhan dengan Winaren menggunakan Karin. Domi yang membuat Winaren berani untuk mendekati Karin.

Author’s note : kalau kalian belum kenal Domi, i recommend you to check chapter 1 dulu ya supaya kalian inget lagi.

Setelah mendengarkan hal tersebut, dunia Karin seakan terjatuh disaat itu juga. Hatinya hancur kala mendengar bahwa ia ternyata memanglah hanya dijadikan mainan oleh orang yang telah sepenuhnya ia cintai. Sebelum isak tangisannya dapat terdengar oleh kedua pria itu, Karin memutuskan untuk berlari ke toilet untuk sekedar mengusap air matanya yang sudah mulai sulit untuk dibendung lagi.

©ezrarchivez

--

--