Sitemap

Pelajaran dari Brunei

5 min readAug 12, 2019

“Fajrin, ada permintaan untuk jadi pembicara di Brunei.”

Begitu pesan dari salah seorang kolega beberapa waktu lalu. Tidak lama kemudian, saya memperoleh detail acara yang dimaksud. Youth Entrepreneurship Plenary 2019 in conjunction with National Youth Day Celebration. Acara ini diselenggarakan oleh Ministry of Culture, Youth & Sports (semacam Kemenpora kalau di Indonesia) dan didukung oleh beberapa lembaga terkait dengan wirausaha di Brunei seperti Young Entrepreneurs Association of Brunei dan Darussalam Enterprise.

Sepertinya menarik. Sepengetahuan saya, perekonomian Brunei didominasi oleh sektor minyak bumi dan gas. Lantas, mengapa sekarang mereka ingin merambah ke bidang lain termasuk ekonomi digital?

Saya kemudian sedikit membaca-baca dan menemukan bahwa GDP per kapita mereka turun dalam beberapa tahun terakhir. Saya menduga penurunan harga minyak serta fakta bahwa minyak itu sendiri merupakan sumber daya alam yang terbatas membuat mereka ingin melakukan diversifikasi ekonomi.

Oke, itu tentu hanya merupakan pemikiran pribadi saya. Saya kemudian menyetujui untuk menjadi pembicara di acara tersebut dengan tujuan untuk dapat belajar satu sama lain.Saya akhirnya mendarat di Bandar Seri Begawan di awal Agustus lalu.

Hari Belia Kebangsaan / National Youth Day

Acara ini ternyata juga dihadiri oleh pemimpin negara ini, yakni Sultan Hassanal Bolkiah. Beliau menyampaikan salah satunya agar generasi muda Brunei tidak bermalas-malasan dan memanfaatkan peluang yang ada. Pemerintah Brunei sendiri akan memberikan fasilitas-fasilitas untuk mendukung hal ini.

Bersama Sultan Hassanal Bolkiah, Crown Prince, dan pegiat wirausaha Brunei

Saya kemudian diceritakan oleh beberapa pegiat wirausaha di sana bahwa perekonomian Brunei selama ini memang menghasilkan masyarakat yang mapan. Pendidikan, kesehatan, dan banyak lagi fasilitas lainnya dapat dinikmati oleh masyarakat secara gratis.

Bahkan, lapangan pekerjaan berebutan mencari karyawan, bukan sebaliknya orang-orang yang mencari lapangan pekerjaan. Dengan masyarakat yang sangat sedikit — hanya 400 ribuan orang atau sekitar seperempat penduduk Depok, masyarakat pun dapat memiliki tempat tinggal yang baik. Ketika saya diberitahu tentang estimasi harga suatu rumah yang saya lihat, saya perkirakan bahwa rumah serupa di Depok akan memiliki harga sekitar dua kali lipat.

Namun ternyata, seiring penurunan harga minyak, situasi perekonomian di Brunei ikut terkena dampak. Lapangan pekerjaan menurun sehingga tidak mudah bagi pemuda Brunei untuk mencari lowongan. Kondisi ini menyebabkan pemerintah ingin mendorong diversifikasi ekonomi dan salah satunya dengan mendukung budaya kewirausahaan. Itulah juga yang mendorong diadakan acara ini.

Opini tentang Wirausaha dan Ekonomi Digital

Saya diminta untuk sharing topik umum, yakni perjalanan dalam mengembangkan Bukalapak dari awal hingga menjadi unicorn. Namun, karena dikemas dalam bentuk talkshow dan disertai sesi tanya jawab dari penonton, topik ini berkembang sehingga mencakup beberapa aspek di bawah ini.

1. Mengembangkan startup di Brunei

Dengan jumlah penduduk hanya 400 ribu orang, ini merupakan pasar yang sangat kecil. Bagaimana menyiasati hal ini? Menurut saya, ada dua strategi yang dapat dilakukan:
- Mengembangkan startup untuk pasar Brunei yang menyasar high ticket item seperti kendaraan, rumah, dan sebagainya. Ini dimungkinkan karena meskipun penduduk Brunei sedikit, namun tergolong affluent.
- Mengembangkan startup untuk pasar regional/global from the day one namun menjadikan Brunei sebagai early adopter. Misalkan, jika kita ingin membuat startup di bidang pendidikan, maka kita dapat melakukan riset terhadap murid atau penduduk di Brunei pada umumnya untuk mengetahui kebutuhan mereka, meskipun startup itu sendiri ditujukan tidak hanya untuk masyarakat Brunei.

2. Mengembangkan ekonomi digital di Brunei

Untuk mengembangkan startup, terwujudnya ekosistem yang kuat akan sangat membantu. Dalam hal ini, pemerintah Brunei dapat melihat contoh salah satunya dari negara Singapura yang memiliki kondisi yang tidak terlalu berbeda dalam hal jumlah penduduk namun memiliki ekosistem yang cukup baik.

Salah satunya, Singapura membuat aturan-aturan yang mendukung agar investor berminat untuk berinvestasi di sana. Selain itu, Singapura juga membuat lingkungan yang menarik bagi talenta asing untuk bekerja di sana. Ketersediaan investor dan talenta merupakan beberapa ingredients untuk mencetak startup sukses. Melalui hal-hal tersebut, meskipun Singapura tidak memiliki jumlah penduduk yang besar, mereka memposisikan diri sebagai hub bagi startup atau pihak yang ingin menyasar pasar Asia Tenggara.

3. Mengatasi status quo

Saya diceritakan bahwa beberapa orang yang ingin memulai startup mengalami persoalan yaitu tidak adanya keyakinan dari orang-orang akan calon produk mereka. “Memangnya kamu yakin produk itu akan digunakan orang?”

Saya pikir ini tidak hanya terjadi di Brunei tetapi di banyak tempat. Hanya saja, di Brunei ini mungkin menjadi sedikit lebih kentara karena terkait dengan kondisi perekonomian yang selama ini baik yang menyebabkan sebagian orang merasa berada di dalam comfort zone.

Pesan saya terkait dengan hal ini adalah, berangkatlah dari masalah nyata atau pain points yang dihadapi penduduk saat ini. Jika memang saat ini tidak mudah untuk mencari lowongan pekerjaan misalnya, cobalah berbicara dengan pemuda yang baru saja lulus dari kampus untuk mendengarkan keluh kesah mereka sebagai dasar bagi kita untuk membuat startup terkait hal tersebut.

Dengan demikian, kita dapat membuat produk yang berpeluang besar untuk digunakan oleh mereka, bukan membuat produk yang kita pikir akan digunakan oleh mereka.

Saya tidak lama berada di Bandar Seri Begawan sehingga tidak sempat melihat banyak hal lain selain acara itu sendiri — meskipun saya sempat singgah di night market dan melihat perlombaan adu panco dan berfoto bersama burung elang. :D

Namun, dari kunjungan singkat tersebut saya menyaksikan semangat dari para pemuda yang ada di sana, yang datang ke acara tersebut maupun yang berinteraksi dengan saya selama di sana (via makan bersama dan sebagainya). Dari sisi pengetahuan akan dunia startup dan ketajaman berpikir pun saya pikir mereka tidak tertinggal dengan pegiat startup dari negara-negara lain.

Saya mendoakan mudah-mudahan ekonomi digital di Brunei dapat tumbuh dengan baik, dan tentunya juga mudah-mudahan ada hal yang dapat dikolaborasikan dengan ekonomi digital di Indonesia.

--

--

Fajrin Rasyid
Fajrin Rasyid

Written by Fajrin Rasyid

Direktur Digital Business at Telkom.

No responses yet