Sawo kecik (Manilkara kauki (L.) Dubard) termasuk dalam suku Sapotaceae. Spesies ini merupakan tumbuhan potensial yang bernilai ekonomi tinggi. Kayunya dapat dimanfaatkan sebagai bahan konstruksi, furnitur, dan bahan dasar pembuatan kerajinan patung atau ukiran. Bentuk postur pertumbuhan pohonnya yang baik juga mendukung peran pohon ini sebagai pohon peneduh di kawasan perkotaan.
Daun sawo kecik mengelompok di ujung cabang, bertipe tunggal, bangun bulat telur, pertulangan menyirip, tepi rata, serta ujung dan pangkalnya runcing. Permukaan bawah daun berwarna keputihan dan halus dengan tangkai daun yang menebal. Bunga bertipe majemuk, tumbuh di ketiak daun. Buahnya berbentuk bulat telur, dengan kulit yang tipis. Bijinya berwarna hitam.
Sawo kecik tersebar luas di Indonesia, Kamboja, Myanmar, Thailand, Vietnam, Malaysia, Papua Nugini, dan Australia utara. Buah sawo kecik dapat dikonsumsi oleh masyarakat, sedangkan daunnya mengandung senyawa antibakteri dan etanol yang dapat menghambat pertumbuhan jamur Candida albicans dan bakteri Klebsiella pneumoniae. Secara ekologis, pohon ini dapat menjadi pohon perintis dan tanaman pemulih area kritis karena kemampuannya beradaptasi di lahan yang kurang subur.
Status konservasi sawo kecik menurut IUCN ialah data deficient (DD). Sedangkan menurut Peraturan Pemerintah No. 7 /1999, tumbuhan ini menjadi salah satu jenis flora yang dilindungi. Hal ini karena sawo kecil mulai langka karena jarang ditanam atau dibudidayakan.
Nomor: B.18
Lihat pohon-pohon lainnya di sini.