Dinamika Kaderisasi ITB

Fateh Prasandha
7 min readMay 15, 2017

--

Ketika saya pertama kali menginjakan kaki di bumi ganesha ini, saya mendengar banyak orang, khususnya mahasiswa baru, membicarakan satu hal yang saya rasa menjadi suatu hal umum yang akan kami alami sebagai mahasiswa baru. Hal tersebut adalah Kaderisasi. Waktu itu saya menggambarkan kaderisasi di ITB seperti kaderisasi kaderisasi yang pernah saya alami semasa SMA, mulai dari memakai nametag, membuat tugas tugas yang menyulitkan, hingga dimarah-marahi oleh senior tanpa kami tahu penyebab pasti kemarahan mereka dan yang kami hanya bisa lakukan menjawab “iya” atau “tidak”.

Tetapi ketika saya berbincang kepada seorang teman yang merupakan kakak tingkat saya, dia mengatakan bahwa kaderisasi di ITB ini bukan sebagai sarana pelonco, melainkan akan memberikan dampak dan manfaat nyata yang akan menambah ilmu soft-skill kita. Kaderisasi pertama yang saya jalani saat menjadi mahasiswa baru adalah OSKM. Pada waktu itu saya masih memiliki ekspektasi tentang hal hal yang baru saja saya katakan, tetapi kenyataannya berbanding terbalik. Sepanjang hari saya hanya mendengarkan presentasi presentasi tentang apapun, mulai dari prestasi itb, hingga pada peringkat berapa sebenarnya IP dibutuhkan untuk memasuki dunia kerja. Saya menanggap keberjalanan OSKM ini sangatlah mudah sehingga saya menanggap enteng dan mulai meragukan apa yang teman saya katakan bahwa kaderisasi di ITB ini akan memberikan manfaat yang baik untuk pembelajaran soft-skill.

Seiring bejalannya waktu, saya mulai memasuki semester 3 dimana semester ini merupakan saat saat memasuki jurusan dan meninggalkan TPB. Dan pada semester inilah saya mengalami proses kaderisasi baru lagi, yaitu Ospek Jurusan. Karena saya kebetulan diterima di Jurusan Teknik Perminyakan, maka ospek jurusan yang saya ikuti adalah MPAB HMTM “PATRA” ITB. Tingkat kesulitan kaderisasi ini pun mulai meningkat. Berbeda dari OSKM yang saya alami sebagai mahasiswa baru, Ospek Jurusan ini memaksa saya untuk memberikan usaha lebih sehingga saya mulai tersadar pada kata teman saya tadi bahwa kaderisasi akan memberikan manfaat kepada kami dalam pembelajaran soft-skill. Pada titik ini saya mulai bertanya-tanya pada diri saya sendiri. Apa itu kaderisasi? Mengapa harus ada kaderisasi? Apakah kaderisasi merupakan sesuatu yang sia sia atau tidak?

Saya ambil definisi kaderisasi menurut KBBI dimana kaderisasi atau pengaderan adalah proses, cara, perbuatan mendidik atau membentuk seseorang menjadi kader. Kader sendiri memiliki arti orang yang dipercaya untuk melanjutkan organisasi. Ketika kita kaitkan dengan kehidupan di ITB, dimana Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) merupakan salah satu wadah aktualisasi diri mahasiswa jurusan dalam bentuk organisasi formal, perlu adanya orang orang yang mampu dan memiliki kapabilitas untuk membawa himpunan himpunan tersebut berjalan sesuai dengan tujuan himpunan tersebut didirikan. Oleh karena itu perlu adanya pemberian nilai, penyatuan frame, serta pembentukan karakter sehingga mahasiswa jurusan baru yang akan masuk kedalam himpunan mengerti dan siap ketika diamanahkan untuk menjalankan organisasi mereka masing masing. Setiap himpunan memiliki pandangan serta cara mereka sendiri dalam mendidik karena pengaruh dari budaya dan tujuan himpunan mereka berdiri. Maka dari itu saya akan membagikan beberapa hal yang saya ketahui mengenai kaderisasi HMJ di ITB

  1. Keluarga Mahasiswa Teknik Kelautan (KMKL) : Rizqi Irfan Nawwaf, Ketua Kaderisasi

Kaderisasi merupakan proses pembentukan kader baru. Nilai nilai yang diturunkan KMKL kepada calon kadernya tidaklah saklek tetapi dinamis dan menyesuaikan kebutuhan pengader dan kader, tetapi ada nilai nilai yang wajib diturunkan kepada kader, yaitu apa itu himpunan, pentingnya berhimpun serta manfaat berhimpun. Dari nilai nilai tersebut akan turun menjadi materi dan dari materi akan turun menjadi metode. Penentuan materi dilakukan dua arah dengan melakukan kajian nilai nilai yang dibutuhkan himpunan serta analisis peserta sehingga dapat ditentukan metode apa yang tepat digunakan. KMKL menerapkan metode appreciative inquiry dimana sekecil apapun progress, akan dihargai sehingga dapat memotivasi peserta untuk melakukan hal hal yang lebih baik dikemudian hari.

Setelah kaderisasi pasif mereka lakukan, mereka akan melakukan magang dan mengikuti sekolah divisi sehingga mereka akan menerima nilai nilai yang lebih dalam lagi.

Seorang komandan lapangan KMKL, bukan seorang pemateri atau seorang orator, melainkan bertanggung jawab atas teknis di lapangan

2. Himpunan Mahasiswa Sipil (HMS) : Albert, Ketua Divisi Kaderisasi

Kaderisasi merupakan proses pembentukan kader, dimana kader itu merupakan orang yang akan membawa dan menjalankan suatu organisasi. Ada beberapa tujuan kaderisasi HMS, yang pertama adalah proses pendidikan. Kaderisasi ini menjadi salah satu wadah transfer ilmu bagi mahasiswa jurusan untuk mendalami dan mengerti tentang nilai nilai baik soft-skill maupun hard-skill. Lalu yang kedua kaderisasi sebagai akulturasi. Himpunan adalah organisasi mahasiswa, orang orang yang keluar dan yang masuk sangatlah cepat karena setiap satu tahun, ada orang orang yang lulus sehingga meninggalkan himpunan, dan ada orang yang baru masuk jurusan. Karena orang orang yang masuk ini memiliki frame yang berbeda beda tentang himpunan, maka sangat diperlukan bagi anggota baru ini menerima nilai nilai serta budaya himpunan sebagai penanaman identitas akan mahasiswa himpunan. Lalu yang terakhir adalah proses regenerasi. Sebuah organisasi dipastikan butuh sumber daya manusia, pada saat ada yang lulus dan meninggalkan status anggota himpunan, ada yang masuk menjadi mahasiswa baru jurusan. Mahasiswa baru inilah yang diharapkan menjadi regenerasi anggota baru bagi himpunannya.

Kesalahan pada kaderisasi di ITB itu kebanyakan terletak pada penggunaan metode agitasi dimana metode tersebut dilakukan tanpa alasan yang jelas dan tidak berdasar. Oleh karena itu, HMS melakukan musyawarah dua arah antara pengkader dan kader, agar pengkader mengetahui apa yang dibutuhkan kader dan kader juga mengetahui nilai nilai apa yang dibutuhkan untuk menjadi anggota HMS.

Pada pelaksanaannya, esensi dari sebuah kaderisasi bukanlah metodenya, melainkan materinya. Banyak pelaksanaan kaderisasi dimana hanya terfokus pada metode dan materi mengikuti metode yang digunakan, padahal penanaman nilai merupakan fokus dari kaderisasi sehingga sangatlah jelas pembuatan materi harus dilakukan secara baik dan benar. Ketika menurunkan sebuah nilai atau materi, sangatlah penting menjadi role model bagi kader karena role model merupakan contoh yang dapat menginspirasi dan menyadarkan kader kader akan sikap dan tindakan apa yang harus di lakukan oleh mereka. Sosok role model haruslah konsisten dalam memberkan contoh dan haruslah dapat melakukan penempatan diri. Tetapi tidak semua orang bisa menjadi role model sehingga terjadi ketidakidealan. Oleh karena itu seorang komandan lapanganlah yang wajib menjadi role model dan mencontohkan hal hal yang baik bagi kader maupun bagi sesama panitia

3. Himpunan Mahasiswa Planologi “Pangripta Loka” : Rifa, Ketua Kaderisasi

HMP memiliki beberapa fasa kaderisasi, dimana setiap fasa memiliki tujuan masing masing yang saling berkesinambungan satu sama lain. HMP merupakan himpunan berbasis keprofesian, oleh karena itu kaderisasi di himpunan ini secara umum bertujuan untuk membekali kader kader dengan ilmu dan wawasan keprofesian planologi, serta pemberian materi tentang konsep konsep sosial yang juga berhubungan dengan keilmuan mereka

Fokus awal kaderisasi awal himpunan ini adalah tentang bagaimana suatu angkatan dapat bersatu dan memiliki sense of belonging, karena menurut kajian, kesatuan angkatan memiliki kekuatan lebih besar bagi peserta untuk terus belajar dan berpartisiasi dalam kegiatan himpunan. Kesatuan angkatan juga merupakan upaya untuk mengatasi dilema prioritas antara kuantitas dan kualitas kader dan juga membuat metode yang diaplikasikan lebih banyak melatih dan membiasakan kader untuk bergerak secara angkatan

Komandan Lapangan HMP adalah orang orang yang lulus dari sekolah komandan lapangan dan diharapkan menjadi role model baik bagi sesama panitia maupun kepada peserta kaderisasi. Maka dari itu pendidikan komandan lapangan HMP menekankan kemampuan interpersonal, hard-skills di lapangan, serta ketahanan fisik di lapangan

4. Ikatan Mahasiswa Metalurgi (IMMG) : Bang Gilang

IMMG memiliki proses awal kaderisasi bernama PPAB. PPAB memiliki tujuan sebagai pemenuhan profil kemahasiswaan bagi anggota baru. Faktor utama yang membuat PPAB berjalan dengan lancar adalah kemauan peserta kader mengiktu PPAB itu sendiri. Walaupun sudah tersedia wadah pemenuhan profil himpunan yang dalam pelaksanaan teknisnya baik, ketika tidak ada kemauan dari pesertanya untuk mengikuti rangkaian acara maka acara tersebut tidak dapat sukses. Pada umumnya, peserta kaderisasi yang masih belum mengetahui urgensi dari kegiatan ini biasanya terkena bandwagon effect, efek dimana peserta merasa ingin ikut ikutan. Maka dari itu salah satu harapan pengkader pada peserta adalah hal tersebut.

Kaderisasi awal menurut memiliki dua aspek yang perlu menjadi perhatian, yaitu input dan proses. Input merupakan sebuah masukan data yang tidak dapat diprediksi dari tahun ke tahun karena sifat orang orang yang masuk berbeda sehingga variable input merupkan variable yang tidak dapat dikontrol. Lalu proses adalah implementasi kegiatan dan seluruh variabel bebas input diolah dengan menyamakan profil kader sehingga dapat berkegiatan di himpunan.

PPAB tak lepas dari yang namanya komandan lapangan sebagai role model. Danlap pada IMMG dipilih sebelum pelaksanaan kaderisasi awal, dan diharpkan danlap dapat merepresentasikan peran peran diantaranya role model, pemyampaian materi, pemimpin di lapangan, serta impresi keidealan. Salah satu pertimbangan kemampuan yang danlap harus miliki adalah merekayasa psikologi massa untuk membuat massa fokus dan mendapat materi dengan baik

5. Himpunan Mahasiswa Kimia “AMISCA” : Rifki, PSDA

Legal Formal kaderisasi Himpunan Mahasiswa Kimia “AMISCA” masih merujuk pada dokumen pusat. Rangkaian kaderisasi “AMISCA” terbagi menjadi tiga bagian, yaitu MPAB, Magang, dan LDKO. MPAB merupakan rangkaian kaderisasi pasif dimana peserta kaderisasi menerima materi dengan cara diajarkan secara eksplisit oleh panitia. Lalu setelah MPAB, dilakukan magang dimana peserta kaderisasi yang sudah menjadi anggota himpunan melakukan pembelajaran secara implisit dengan mengemban suatu amanah pada divisi tertentu. Lalu selanjutnya ada LDKO dimana LDKO merupakan Latihan Dasar Kepemimpinan Organisasi.

Nilai yang diturunkan oleh AMISCA adalah nilai nilai yang berbasis keprofesian dan berbasis kekeluargaan. NIlai nilai keprofesian bertujuan untuk mengembangkan wawasan dan keilmuan profesi, serta nilai kekeluargaan bertujuan untuk membuat suasana organisasi harmonis sehingga dapat berjalan dengan baik. Salah satu nilai kekeluargaan pada AMISCA adalah dengan penekanan kakak-adik nim yang dinamai dengan nama senyawa.

Untuk penentuan Komandan Lapangan, belum ada sekolah untuk komandan lapangan. Perangkat lapangan yang ada adalah Koorlap, dan koordiv.

--

--