UX Case Study Krealogi : Integrasi dengan Logistik — Check the location of your package now
Disclaimer
Proyek ini merupakan bagian dari UI/UX Training Program yang diadakan Kampus Merdeka dan diselenggarakan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia dengan Skilvul.com dan Krealogi sebagai Challenge Partner. Saya tidak bekerja atau diikat dalam kontrak professional oleh Krealogi.
Latar Belakang
Perkembangan teknologi semakin membantu berbagai pekerjaan manusia dari hal yang mudah maupun sulit. Pekerjaan dalam hal pencatatan dalam produksi, penjualan, dan pengiriman barang pada UMKM pun terjawab dengan adanya aplikasi yang dibuat oleh Du Anyam yaitu Krealogi. Krealogi adalah aplikasi yang bertujuan untuk membantu penggunanya untuk melakukan pencatatan dalam kegiatan operasional dan pembuatan rencana strategi produksi. Namun, Krealogi memiliki masalah dengan pencatatan dan pelacakan produk pada setiap paket yang dikirimkan, sehingga mereka merasa kesulitan dalam melakukan pelacakan pesanan untuk paket paket yang dikirim.
Objektif
- Menyediakan dan mempermudah dalam melakukan pencatatan pesanan dan perencanaan strategi produksi.
- Meyediakan dan mempermudah dalam melakukan pelacakan pesanan pada setiap paket yang dikirim. Dalam hal ini pengguna dapat melihat secara detail terkait lokasi paket yang sedang dikirim dan semua daftar pesanan yang diproses, dikirim dan selesai.\
Peran dalam Team
Dalam melakukan tahap perancangan desain fitur integrasi dengan logistik pada aplikasi Krealogi, saya dibantu oleh 2 (dua) orang teman saya dari SVI 19 kelompok 3, yaitu Yesa Ryo Merlindo (Unviersitas Kristen Duta Wacana, Yogyakarta), dan Zalfa' As Syifa' (Universitas PGRI, Semarang). Dalam Challange ini kami memiliki role yang sama yaitu menjadi UI/UX Designer. Tanggung jawab yang kami lakukan dalam challange ini adalah :
- Melakukan proses define state (menentukan pain point dan how-might we)
- Melakukan ideate state (menentukan solution idea, affinity diagram, prioritization idea dan membuat crazy 8's)
- Membuat user flow
- Membuat wireframe
- Menyusun ui styleguide
- Mengembangkan wireframe menjadi ui design (hi-fi design)
- Membuat prototype pada ui design
- Mempersiapkan dokumen untuk melakukan user testing (stimulus user research)
- Melakukan user testing
- Melakukan iterasi design dengan beracuan pada hasil user testing
Design Process
Dalam melakukan Design process pada case study yang telah kita pilih, saya dan kelompok saya memilih menggunakan metode Design Thinking sebagai alur kerja dalam melakukan perancangan fitur intergrasi dengan logistik pada aplikasi krealogi. Design Thinking sebuah pengembangan dari human centered design, dimana dalam sebuah desain cenderung berfokus pada penggunanya. Dalam proses ini kita memilih menggunakan metode ini karena kita ingin membuat fitur yang sesuai dengan permintaan dari pengguna, sehingga pengguna dapat lebih mudah dan cepat dalam melakukan interaksi dengan fitur yang baru ini.
Tahap 1 — Empathize
Pada tahap awal kami mencari tahu tentang kebutuhan dan kriteria pengguna pada aplikasi krealogi, selanjutnya kami memilih seorang responden yang sesuai criteria dari krealogi. Salah satu kriteria yang kami pilih adalah seorang responden yang memiliki usia produktif dan memiliki pemahaman terkait pengoprasian smartphone. Herjuna yang merupakan seorang akademisi yang memiliki bisnis UMKM yang bergerak pada bidang kuliner makanan ringan, menurut kami cocok menjadi responden dalam case study yang kami lakukan.
Tahap 2 — Define
Pada tahap kedua ini saya melakukannya proses define bersama kedua teman kelompok saya melakukan diskusi untuk menentukan pain point atau masalah yang dialami dan dirasakan oleh pengguna. Selanjutnya kami menentukan how might we, dan menjelaskan tentang ide how might we yang telah disampaikan. Selanjutnya kami melakukan diskusi serta voting dengan cara setiap anggota kelompok meletakan stample pada ide how might we yang dirasa paling cocok dengan masalah yang ada.
Tahap 3 — Ideate
Pada tahap ketiga ini, saya dan kelompok melakukan brainstroming idea untuk menentukan solution idea berdasarkan How-Might We yang telah dipilih. Dalam penentuan solusi ini dilakukan dengan cara diskusi, sehingga setiap anggota yang memberikan idenya dapat menjabarkan dan menjelaskan apa maksud dari solution idea yang di usulkan. Setelah menentukan solution idea, dilakukan pengelompokan dari ide ide yang telah dipilih.
Dari how might we yang telah dipilih, terdapat 7 (tujuh) ide solusi dalam pembuatan fitur integrasi dengan logistik yaitu logistik, tracking, service, list, calculation, validation, dan notification. Setelah itu dilakukan pembagian solution idea kedalam prioritization idea, yang bertujuan untuk menentukan ide mana yang perlu di aplikasikan terlebih dahulu.
Sebelum melakukan implementasi kedalam wireframe dan ui mockup akan dilakukan pembuatan user flow untuk menunjukan alur proses dari masing masing solusi yang telah terpilih.
Tahap 4 — Prototyping
Pada tahap keempat ini setelah selesai melakukan analisi permasalahan, menentukan solution idea, dan membuat userflow kemudian melanjutkan pada tahap perancangan prototyping. Tahap awal sebelum membuat prototyping adalah membuat wirframe (lo-fi design).
Tahap selanjutnya sebelum melakukan prototyping adalah pembuatan ui mockup (hi-fi design). UI mockup merupakan tampilan yang nantinya akan diimplementasikan untuk prototyping pada saat sesi usability testing.
Tahap 5 — Testing
Pada tahap terakhir ini kita melakukan tahap testing. Hal ini bertujuan untuk menguji, apakah antarmuka yang dibuat sudah sesuai harapan pengguna. Responden yang kita panggil merupakan seorang akademisi yang terjun juga dalam dunia UMKM. Testing yang dilakukan menggunakan metode In Depth Interview dan Usablity Testing. Dalam melakukan evaluasi terhadap Usability Testing yang dilakukan kami menggunakan metode Single Ease Question yang mana pengguna akan memberikan penilaian dari range 1–7 pada keseluruhan task yang diberikan oleh penguji dengan menjalankannya pada prototype yang diberikan.
Berdasarkan hasil usability testing yang telah dilakukan, responden memberikan 3 masukan terhadap desain dan prototyping. Feedback yang diberikan terkait penambahan fitur lacak pesanan pada menu home, perbaikan tampilan desain pada produk di detail pengiriman (jika jumlah produk banyak maka perlu melakukan scroll yang panjang untuk melakukan konfirmasi pesanan), dan penambahan validasi ketika paket sudah diterima (Mengunggah foto paket yang pembeli kirim). Selanjutnya responden memberikan penilaian terhadap task yang ada. Dari hasil Single Ease Question yang didapatkan menunjukan bahwa pengguna dapat menyelesaikan semua task yang diberikan dengan memberi nilai 6 dari skala 7 . Namun perhitungan yang dilakukan belum sepenuhnya menjadikan penilaian terhadap UI yang kita buat, karena hanya melakukan kepada 1 responden saja.
Iterasi
Setelah melakukan usability testing, kami mendapatkan beberapa masukan dari responden untuk membuat design yang kita buat ini semakin nyaman dan mudah digunakan. Pengubahan pada antarmuka dimaksud untuk membuat design sesuai dengan kebutuhan penggunanya. Iterasi yang dilakukan mengambil 2 dari 3 masukan yang diberikan responden. Iterasi pertama, responden mengusulkan fitur validasi bukti terima. Fitur yang kedua terkait adanya masalah pada design detail invoice, jika produk yang ditampilkan banyak maka pengguna aplikasi perlu melakukan banyak interaksi. Hal ini dikarenakan button (selesaikan pesanan) berada di paling bawah.
Kesimpulan
Berdasarkan antarmuka pada fitur integrasi dengan logistik yang dibuat, pengguna aplikasi krealogi dapat meningkatkan efektifitas dan efisiensi dalam pelacakan dan pendataan pada setiap pesanan yang dikirim. Fitur ini nantinya akan memainkan peran besar dalam melakukan pelacakan pada setiap paket yang kita kirim. Dengan ditambahkan fitur integrasi dengan logistik diharapkan dapat meningkatkan peforma aplikasi dan minat pengguna baru untuk menggunakan aplikasi krealogi.