“Tidak Manusiawi” dan “Tak Kenal Kata Libur”, Dua Konsep dari Profesi Wartawan

Ficca Ayu Saraswaty
4 min readMay 24, 2018

--

image courtesy by @ficca_ayu

Suasana di bulan puasa tidak menghalangi antusias para peserta yang hadir pada acara Journalistic Career Program (career talk) sore hari ini (Kamis, 24 Mei 2018). Meskipun sedang dalam kondisi berpuasa, para peserta yang datang pada event ini terlihat begitu semangat untuk menyimak sharing session dari Bapak Maksum selaku Ketua Dewan Direktur Jawa Pos Institute of Prootonomi (JPIP).

Career Talk ini sebenarnya bukan kali pertamanya diadakan, namun sudah kedua kalinya dimana untuk event pertama kami mengundang Bu Mita untuk memberikan materi dalam hal Banking Program. Beliau sendiri saat ini menjabat sebagai Kepala BNI Merr Surabaya dan juga sebagai trainer,” papar Ratna selaku Humas dan Penyelenggara Program Airlangga Career Center

Bapak Maksum sendiri merupakan wartawan senior di Surabaya. Karirnya selama di Jawa Pos (1991– 2009) yakni beliau pernah menjadi redaktur opini, redaktur halaman politik, redaktur resensi buku, anggota tim ombudsman, dan direktur eksekutif The Jawa Pos Institute of Pro-Otonomi (JPIP). Suatu kebanggaan bagi Unair karena memiliki sosok alumni seperti Bapak Maksum.

Background studinya sendiri yakni beliau merupakan lulusan S1 dan S2 dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Unair. Serentetan pengalaman yang pernah beliau capai yakni seperti beliau pernah menjadi tim pengajar “Globalisasi dan Masyarakat Informasi” pada Program Studi Hubungan Internasional (HI) FISIP Unair, “Etika dan Hukum Media Massa” pada Program S2 Ilmu Komunikasi FISIP Unair, “Manajemen Public Relations” (MPR) dan “Opini Publik” pada Jurusan Komunikasi FISIP Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), “Manajemen Redaksi Media Cetak” dan “Pelaporan Investigasi” pada jurusan jurnalistik Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Kristen Petra Surabaya, serta “Media dan Politik” di FISIP Universitas Wijaya Kusuma (UWK).

“Latar belakang diselenggarakannya acara ini adalah untuk memfasilitasi mahasiswa Unair terutama bagi mereka yang berada di semester akhir dan para alumni untuk tergabung bersama dan terorganisir dengan baik hubungannya agar kelak para alumni Unair baik yang sudah bekerja maupun belum nantinya dapat saling berkomunikasi dan berkoordinasi untuk menyiapkan lulusan Unair terbaik dalam memasuki dunia kerja,” jelas Ratna selaku Humas dan Penyelenggara Program Airlangga Career Center

image courtesy from Instagram @ppkkua

Serentetan prestasi juga pernah Bapak Maksum torehkan dalam hal menjadi wartawan internasional dimana sejumlah undangan sudah pernah beliau penuhi seperti mendapatkan undangan dari Departement of State (Kementerian Luar Negeri) Amerika Serikat untuk mengikuti International Visitor Program (IVP) tentang hukum media di Maryland University, School of Communication di Columbia University, New York, University of Houston di Texas, University of Iowa di Des Moines, Seattle, dan San Francisco. Mengunjungi koran The Washington Post , New York Times, dan Seattle Times. Sebenarnya beliau tidak pernah membayangkan atau berekspektasi untuk bekerja di Jawa Pos pada awalnya. “Saya dasarnya yakni suka menulis dan awalnya dimulai dengan menulis untuk Tabloid Airlangga”, ujar Bapak Maksum

Dua konsep yang ia tegaskan bagi siapapun yang akan memasuki dunia pekerjaan atau profesi sebagai wartawan yakni bahwa dalam dunia wartawan “tidak manusiawi” dan “tak kenal kata libur”. Dikatakan “tidak manusiawi” karena memang hampir waktu Anda akan dihabiskan di kantor ataupun di luar ruangan untuk mencari berita. “Kami tidak mengenal weekend, tapi hanya mengenal kata capek.” tambah Bapak Maksum

Berbagai contoh dan pengalaman turut beliau ceritakan pada career talk sore hari ini. Mulai dari cerita beliau saat dikirim ke Palestina untuk bertugas mencari berita disana. Tidak mudah bagi beliau untuk memasuki kawasan disana karena hampir di setiap 500 m beliau akan dihadang oleh tentara bersenjata lengkap yang siap untuk menanyai siapapun yang akan memasuki perbatasan. “Khusus liputan di wilayah Timur Tengah, wartawan dituntut dan dianjurkan untuk bisa mengaji. Terlebih, bagi wartawan yang akan ditugaskan ke negara perang, mereka harus siap menandatangani asuransi kematian”, ujar beliau dengan sedikit candaan menakutkan

Intinya yakni sebagai wartawan yang baik tentu disarankan untuk memiliki kreativitas dan writing skill yang baik pula. Misalnya, saat meliput objek yang sama, wartawan yang kreatif tentu mampu untuk mengambil dari angle yang berbeda. Hal ini dimaksudkan agar berita yang dihasilkan tidak terkesan monoton atau meniru orang lain. Dewasa ini, kehidupan media sebetulnya berkaitan satu sama lain mulai dari online, cetak, maupun TV. Dikarenakan jadwal tayang yang sangat ketat, oleh karena itu wartawan sebaiknya juga bergerak cepat dengan memberikan berita yang update dan tidak boleh copy paste.

Saat akan mendaftarkan diri bekerja di dunia wartawan, biasanya pelamar akan berkurang secara drastis setelah tes tulis karena kebanyakan dari mereka dituntut untuk memiliki English skill yang baik dan sebaiknya sudah memiliki paspor untuk berjaga-jaga karena sewaktu-waktu akan dikirimkan untuk bertugas di luar negeri. Tapi tidak perlu khawatir, karena untuk pelamar terpilih di awalnya akan didampingi oleh mentor. Wartawan baru nantinya masih akan dibimbing atau melakukan tandem oleh para wartawan senior sebelum dilepaskan.

image courtesy by @ficca_ayu

Bekerja di dunia wartawan ini memang beresiko dan menantang, namun gaji yang akan didapatkan pun juga setimpal. Di tahun pertama biasanya tidka ada libur atau cuti, namun setelah itu kemungkinan besar diperbolehkan. Untuk profesi yang satu ini ada yang dinamakan tunjangan profesi, gaji yang cukup besar, dan bonus. Namun beberapa hal juga perlu diperhatikan seperti kualitas dari berita itu sendiri dimana sebisa mungkin tidak boleh menghasilkan komplain yang cukup besar dari pembaca.

Berita yang ditulis dalam satu alinea biasanya terdiri dari empat baris saja, dan dalam satu kalimat tidak lebih dari sepuluh kata. Untuk di awal bisa melakukan magang terlebih dahulu dengan benefit mendapatkan fee dan makan. Terakhir, sebagai penutup, Bapak Maksum menegaskan bahwa yang dibutuhkan untuk bekerja sebagai wartawan yakni tekad yang kuat karena nantinya Anda akan jarang diberikan clue dan melakukan semua hal kebanyakan secara mandiri.

--

--